Their POV (1)

16.8K 967 51
                                    

Jeonghan POV

'Hidup bersamamu adalah mimpiku. Mimpi yang terwujud dan menjadi kenyataan. Namun apa yang harus aku lakukan jika hatimu tak pernah milikku?'

'Aku yang terlalu bodoh karena mengharapkan milik orang lain. Ragamu selalu dekat denganku, namun hatimu hanya untuknya.'

'Nyatanya, hidup bersama tak berarti bisa memiliki'

Hari ini aku sedang berada di toko lukisanku, Joyonghan. Duduk di ruanganku, menumpahkan perasaanku pada kanvas yang menimbulkan sebuah gambar.

Seorang wanita yang menyentuh tangkai bunga mawar yang membuatnya terluka, dengan senyum tulusnya.

Ini mengingatkanku, pada hari dimana eomma dan appa membujukku untuk menikah dengannya.

"Aku tidak akan membiarkan Jeonghan hyung menikah dengannya!" Ucap Soonyoung yang mengepalkan kedua telapak tangannya dan meninggikan suaranya.

"Youngie, jangan berbicara dengan eomma dan appa seperti itu." Ucap ku yang melepaskan kepalan tangan Soonyoung.

"Jeonghan, maafkan appa karena memberitahukannya dengan mendadak. Appa mencari waktu yang pas untuk bisa membicarakan hal ini denganmu." Ucap Appa yang ditemani dengan eomma.

"Baiklah, aku paham. Tapi sebelumnya...kenapa perjodohan ini bisa terjadi? Maksudku, aku dan Seungcheol memang sering bertemu jika appa dan eomma pergi kerumahnya, tapi kami hanya sebatas teman saja, kami tidak pernah menyatakan bahwa kami saling menyukai." Ucapku.

'Saling menyukai? Hanya aku yang menyukainya.'

"Dulu,perusahaan kita sempat jatuh. Jika bukan karena  keluarga Choi, mungkin kita tidak bisa seperti sekarang." Ucap eomma.

"Lalu membuat perjodohan ini untuk membalas budi mereka?! Membuat perjodohan konyol ini?!" Ucap Soonyoung yang kembali meninggikan suaranya.

"Youngie... baiklah eomma, appa. Aku terima perjodohan ini." Ucapku.

Appa dan eomma terlihat senang mendengar keputusan ku. Tapi tidak dengan Soonyoung. Ia masih tidak terima jika aku menikah dengan Seungcheol. Aku pun berusaha untuk membuat pengertian dengannya.

Aku menerima perjodohan ini bukan karena calon suamiku adalah Seungcheol, soal perasaan aku tahu dia tidak akan membalas perasaan ku bahkan jika kita sudah menikah. Aku hanya ingin membalas budi appa dan eomma. Melihat bagaimana mereka membanting tulang untukku dan Soonyoung.

"Katakan padaku jika si Seungcheol itu macam-macam,hyung." Ucap Soonyoung padaku setelah mendengarkan menjelaskan dariku.

Keesokan harinya, aku pergi ketoko, disana aku sudah di sambut oleh Mingyu juga Wonwoo.

"Hyung!!! Aku beruntung memiliki kakak ipar sepertimu." Ucap Mingyu yang kemudian memelukku.

"Aku juga beruntung memiliki adik ipar sepertinya, Gyu." Ucapkan yang membalas pelukannya.

"Hyung, kau yakin?" Ucap Wonwoo dengan cemas karena mereka berdua tau tentang perasaanku kepada Seungcheol.

"Aku yakin Wonu, kau tidak perlu cemas seperti itu." Ucapkan.

"Hah... lagipula aku tidak mengerti dengan Seungcheol hyung. Appa dan Eomma sudah melarangnya berkencan dengan Doyoon hyung dan memilih mu sebagai calon istrinya yang jauh lebih baik daripada Doyoon hyung." Ucap Mingyu yang melihat kedua tangannya.

"Mungkin ada sesuatu yang tidak aku miliki, namun dimiliki oleh Doyoon, Mingyu. Doyoon jauh lebih ceria dari padaku, mungkin karena itu hyungmu menyukainya." Ucapkan yang mengacak-acak rambutnya.

"Gyu, nanti kau akan satu rumah dengan Jeonghan hyung. Kau harus menjaganya, mengerti?" Ucap Wonwoo.

"Pasti Wonuku."

Seungcheol POV

'Jangan mengharapkan cinta dariku, Jeonghan.'

Adalah kalimat yang paling sering aku ucapkan kepada istriku sendiri. Melihat hasil pameran toko lukisan Jeonghan yang selalu bertema tentang kesepian membuat hatiku tak nyaman.

Apakah itu karenaku?

Aku merasa seperti laki-laki yang brengsek. Membuatku teringat dengan malam pertama kami, yang hanya di isi dengan keheningan dan kesibukan masing-masing.

"Kenapa kau menerima pernikahan ini Jeonghan? Jika kau menolak, aku dan Doyoon tidak harus menyembunyikan hubungan kami." Ucapku dengan nada yang dingin.

"Lalu bagaimana denganmu? Kenapa kau menerima pernikahan ini?" Tanya Jeonghan yang duduk di bibir ranjang kami.

"Aku tidak bisa membantah permintaan appa dan eomma." Ucapku.

"Kalau begitu sama. Aku juga tidak bisa membantah perintah orang tuaku. Aku tahu kau sangat tidak menginginkan pernikahan ini. Tapi setidaknya biarkan aku menjalankan peranku sebagai anak yang baik bagi orang tuaku dan orang tuamu. Biarkan aku menjalankan peranku sebagai seorang istri walaupun kau tak meminta." Ucap Jeonghan.

"Hah.. terserah kau saja. Tapi, jangan pernah mengharapkan cinta dariku, Jeonghan." Ucapku yang kemudian siap untuk keluar dari kamar.

"Aku tahu, aku tidak akan mengharapaknnya, karena hatimu hanya untuk Doyoon. Jangan keluar dari kamar, appa dan eomma akan kecewa nantinya. Aku tidur di sofa saja." Ucap Jeonghan yang mengambil bantal dan meletakkan ya di sofa.

Hal ini juga mengingatkan dengan Doyoon yang menangis sebelum hari pernikahanku.

"Batalkan saja pernikahan nya, bilang pada orang tua mu, aku yang akan menjadi istrimu." Ucap Doyoon yang menangis dalam pelukanku.

"Tinggalkan keluargamu, Cheol. Ayo kita menikah, lalu pergi dari sini. Cheol, kumohon..."

"Aku tidak bisa membantah perintah appa dan eomma, Doyoon. Aku janji, walaupun aku menikah dengannya, aku tak akan berpaling darimu." Ucapku yang mengecup kening Doyoon.

Aku tak akan berpaling dari Doyoon, tak akan pernah.

Their Story -Jeongcheol-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang