"Aku ingin satu kopi varian baru dari Cafetaria ini," ucap Nyonya Jung lalu menyodorkan kartu kreditnya di hadapan Taeyong. "Pembayarannya untuk dua orang. Hitung saja dengan kopi pria ini."
"A-ah..." Taeyong menelan ludah karena tiba-tiba merasa gugup, "Kebetulan promo beli satu gratis satu masih berlaku, Bi. M-maksudku Nyonya. Jadi kau bisa membayar satu untuk dua kopi."
"Hm, baiklah." kata Nyonya Jung sebelum berjalan ke salah satu meja kosong dan berakhir duduk di sana. Tidak menoleh sedikit pun ke arah Tuan Jung yang masih mematung di tempatnya.
"Paman," Taeyong berbisik, "Apa yang kau lakukan disitu? Cepat susul Bibi ke meja itu."
"Untuk apa Paman mendatangi nya? Dia bahkan enggan menatap wajah Paman," si pria paruh baya terkekeh, "Sepertinya dia kembali untuk menandatangani surat cerai kami."
Taeyong yang tengah menyiapkan kopi pesanan Nyonya Jung berdecak. Setelah selesai meramu minuman berkafein itu, ia kemudian menyodorkan nya kepada si pria paruh baya lalu berucap, "Bawa kopi ini untuknya dan coba lah berbicara dengannya."
"Tapi, Taeyong-ah..."
"Paman..."
Taeyong merengek. Alhasil, Tuan Jung yang mudah luluh dengan wajah menggemaskan Taeyong hanya mampu menghela napas sebelum melangkahkan kakinya menuju meja dimana sang istriㅡatau sebentar lagi menjadi mantan istriㅡberada.
Melihat Tuan Jung telah duduk di hadapan Nyonya Jung, Taeyong lantas bergegas mengambil dua potong kue di lemari dessert. Meletakkan nya pada piring sebelum membawa makanan penutup itu ke meja dimana kedua orang tua Jaehyun berada.
"Hari ini ulang tahun pernikahan Ayah dan Ibuku," ucap Taeyong seraya meletakkan kue yang dibawanya masing-masing di depan Tuan dan Nyonya Jung, "Jadi aku memberikan dessert secara gratis kepada setiap pengunjung yang datang bersama pasangannya."
"Tapi kamiㅡ"
"Ah iya, Paman." Taeyong buru-buru memotong ucapan si pria paruh baya. "Aku ingin ke toko swalayan yang ada di seberang jalan. Paman masih lama di sini kan?"
"Setelah ini Paman akanㅡ"
"Ah, syukur lah." Taeyong lagi-lagi membuat Tuan Jung tidak mampu melanjutkan ucapannya, "Kalau begitu tolong awasi karyawan ku ya, Paman. Aku percaya padamu. Aku akan segera kembali. Sampai jumpa!" serunya sebelum berlari keluar dari Cafetaria. Meninggalkan Nyonya dan Tuan Jung yang kembali saling bertukar pandang dalam diam.
Taeyong tidak berbohong jika ia ingin ke toko swalayan. Sebab ia ingin membeli beberapa buah untuk dijadikan hiasan pada kue tart yang akan disiapkannya sore nanti sebelum kejutan perayaan ulang tahun pernikahan Ayah dan Ibu tirinya diadakan pada malam hari. Namun, niat nya yang semula akan berangkat ke swalayan tiga puluh menit lagi lantas ia pangkas. Sebab ia ingin meninggalkan Tuan Jung bersama istrinya. Pasalnya, jika ia tetap berada di cafetaria, mungkin saja si pria paruh baya akan menggunakan berbagai alasan untuk kabur bahkan lari sebelum menyelesaikan urusan antara dirinya dengan sang istri.
Sembari berjalan santai menuju toko swalayan, Taeyong sesekali menoleh ke sisi kiri dan kanan. Entah mengapa timbul secercah harap agar ia bisa melihat wajah Jaehyun lagi.
Ya, ia hanya ingin melihatnya. Melihat wajah sosok pria yang pernah mengisi hari-hari juga hatinya. Sebab ia bahkan tidak bisa melihat wajah Jaehyun pada hari dimana pria itu dibawa oleh sang Ibu ke Amerika.
Sesampai nya di depan toko swalayan, si lelaki manis pun menghela napas panjang. Ia tidak menemukan Jaehyun dimana-mana. Pikirannya pun seketika tertuju pada ucapan Tuan Jung di Cafetaria tadi.
YOU ARE READING
Hidden | Jaeyong ✓
Fanfiction❝You and I both have to hide❞ M/M | HURT/COMFORT | VIOLENCE | MATURE | SMUT | 21+ Taeyong dan Jaehyun harus menyembunyikan hubungan mereka dari keluarga masing-masing juga publik. Jung dan Lee famili terkenal tidak akur sejak perusahaan Heaven Enter...
Chapter 27: End For Us ㅡ Epilog
Start from the beginning
