Chapter 09: That's Enough For Two Tough Years

11.3K 1.5K 198
                                        

TAEYONG BERGUMAM paham kala mendengar penuturan sang bawahan, tepatnya manager Ten yang tengah berbicara melalui sambungan telepon. "Baiklah, beritahu Ten untuk mengirimnya besok pagi." Ia berucap sebelum mengakhiri panggilan itu lalu memasukkan ponsel dalam saku celana.

Seharian beraktifitas di kantor membuat Taeyong lelah. Sangat lelah.

Di pagi hari ia sudah dibuat pusing dan emosi karena kekacauan yang melibatkan Ten, sang artis. Belum lagi kedatangan Jaehyun di kantor LT Entertaintment yang membela artisnya habis-habisan. Setelahnya pun Taeyong kemudian menghadiri rapat bersama stake holder dengan suasana hati yang jauh dari kata baik-baik saja.

Mood nya benar-benar hancur.

Mengusap wajah kasar, Taeyong lantas melanjutkan langkah lunglainya. Menyusuri jalan menuju basemen LT Entertaintment dengan harapan ia bisa segera sampai pada mobil miliknya, pulang ke apartemen lalu menjatuhkan tubuh di atas ranjang.

Ditengah penerangan basemen yang melawan kelamnya malam, Taeyong sontak memperlambat langkah saat firasatnya tiba-tiba tidak enak. Ia merasa diikuti oleh seseorang. Namun ketika ia menoleh ke segala penjuru arah, Taeyong tak mendapati siapa-siapa.

Mungkin hanya firasatnya saja, pikirnya. Terlebih, kisah yang diceritakan Kun pada restoran agensi saat jam istirahat tadi membuatnya masih ketakutan sendiri. Sang sahabat berkata jika di kota Seoul sedang marak pelaku kekerasaan seksual berujung pembunuhan, dan sang pelaku belum ditemukan oleh pihak berwajib.

Menghela napas pelan, Taeyong kemudian bergegas menghampiri mobilnya. Ia menekan tombol pada kunci di tangannya hingga suara khas ketika kendaraan roda empat itu telah bersedia untuk digunakan empunya lantas menggema.

Namun, belum sempat Taeyong membuka pintu mobil, seseorang tiba-tiba menarik lengannya. Ia kemudian berbalik, menghantam keras perut pria tinggi dibelakangnya dengan kepalan tinju, begitu membabi buta tanpa berniat untuk mendongak dan menatap wajahnya. Ia memekik histeris.

"Taeyong, astaga! Hentikan, hei! Ini aku, kekasihmu!"

"Sialan!"

Taeyong mengangkat lengannya, hendak melayangkan tamparan dan pukulan pada wajah pria yang membuatnya hampir pingsan karena ketakutan. Tapi sosok itu justru tertawa pelan sembari menahan pergerakannya.

"Padahal aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara saat mengikutimu tadi, tapi kau malah berteriak." Pria yang lebih tinggi terkekeh. "Bagaimana jika seseorang mendengarmu lalu melihat kita?"

"Lepaskan." Taeyong menepis cengkeraman tangan lelaki dihadapannya. "Ada urusan apa lagi kau denganku, Jung Jaehyun? Apa kau masih ingin menuntut maaf dari artisku demi membela penyanyi kesayanganmu itu?"

Ia kemudian menatap sang wakil CEO J Nations dari atas kebawah lalu mendengus kasar. "Dan apa-apaan dengan penampilan mu ini?" Tanyanya dengan raut wajah kesal.

Pasalnya Jaehyun lagi-lagi mengenakan pakaian serba hitam. Jaket kulit, celana jeans, baju kaos sebagai dalaman, topi baseball. Sama seperti saat mereka pertama kali bertemu setelah ia kembali dari Amerika. Bahkan kini lelaki berlesung pipi itu juga menggunakan masker hitam.

Bagaimana ia tidak panik dan mengira jika orang yang tadi menjegal lengannya adalah si pembunuh?

Jaehyun menghela napas. Nyatanya Taeyong masih belum bisa melupakan kejadian pagi tadi. Mungkin itu pula yang membuat si lelaki manis enggan membalas pesan dan menjawab panggilan teleponnya seharian, pikirnya.

Membuka masker hitam yang menutupi hidung dan mulutnya, Jaehyun kemudian berkata. "Apa kau marah?" Ia mengerucutkan bibirnya sejenak. "Apa Ayahmu memarahi mu karena aku datang ke kantormu pagi tadi?"

Hidden | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now