Chapter 22: An Almost Unbearable Grief

7K 1.1K 409
                                        

SENSASI PERIH tiba-tiba mengusik pergelangan tangan lelaki berkulit seputih susu yang tengah terbaring di atas tempat tidur. Saat matanya terbuka secara perlahan, hal pertama yang ia dapati adalah langit-langit ruangan dengan tipe tray ceiling. Meski kesadarannya seolah masih melayang-layang di udara, namun ia bisa tahu dengan jelas bahwa tempat ini sangat lah asing. Bukan kamarnya, atau pun apartemennya.

Ketika mencoba untuk bergerak dan berniat untuk bangkit dari posisinya, ia lantas terkejut hingga kedua bola mata nya melebar. Pasalnya, saat itu pula ia tersadar jika dirinya tengah terbaring dalam posisi dimana kedua tangannya terikat amat erat. Masing-masing pada sisi kiri dan kanan tempat tidur. Kepalanya yang masih terasa sangat berat pun berusaha ia gerakkan, guna memandangi keadaan tubuhnya sendiri. Sebab semakin kesadarannya terkumpul, semakin kuat pula sensasi dingin yang menyelimuti dada hingga perutnya. Namun, selang beberapa detik setelah ia menggulirkan mata ke arah tubuhnya, lelaki pemilik mata besar itu seketika terkejut saat ia mendapati bahwa dirinya tengah dalam keadaan nyaris telanjang. Hanya boxer hitam lah satu-satunya pakaian yang melekat di tubuhnya.

Tidak hanya berhenti disitu. Selain rasa perih akibat gesekan tali dengan kulit pergelangan tangannya, ia pun merasakan sensasi tidak nyaman bahkan ngilu pada analnya. Belum lagi bercak merah keunguan yang memenuhi permukaan kulit di bagian dadanya. Dan ia sudah sangat dewasa untuk tahu bahwa tanda itu adalah jejak ciuman.

Di tengah kegiatannya yang berusaha mengumpulkan serpihan-serpihan ingatan bersama rasa panik dan takut akan hal yang menimpanya, lelaki bermata besar itu lantas tersentak ketika pintu ruangan dimana ia tengah terbaring; atau lebih tepatnya disekap tiba-tiba terbuka. Menampilkan sosok berpakaian serba hitam. Mulai dari topi, baju kaos, jaket hingga celana.

“Jaehyun?” Ia bergumam dengan suaranya yang masih sedikit serak ketika sosok berpakaian serba itu itu berjalan ke arahnya, mendekati ranjang. “Jaehyun, apa itu kau?”

“Kau sudah bangun rupanya.”

Saat mendengar suara dari lelaki yang kini telah duduk di samping tubuhnya, mata Taeyong lantas memicing curiga. Hanya berselang beberapa detik setelahnya, sosok berpakaian serba hitam itu kemudian membuka topi. Membuat Taeyong dapat melihat dengan jelas wajah lelaki itu hingga membuatnya seketika mengepalkan tangan dan mengeraskan rahang.

“Sayangnya aku bukan Jaehyun, Taeyong-ah. Surprise?”

“Apa yang kau inginkan dariku, Kim Jongin?” balas Taeyong dengan napas nya yang perlahan tersengal akibat menahan emosi. Pasalnya pria yang ia kira—dan harapkan—sang pujaan hati justru adalah sosok yang amat ia tidak sukai.

“Bahkan dalam keadaan seperti ini kau masih mampu bersikap ketus padaku,” Jongin menyeringai tipis lalu menggulirkan mata ke arah perut hingga bagian intim Taeyong yang tertutupi boxer, “Aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan darimu, Taeyong. Tapi akan sangat menyenangkan jika kali ini aku mendapatkannya lagi saat kau dalam keadaan sadar.”

“Apa maksudmu?!” suara Taeyong refleks meninggi, bersamaan dengan degupan dibalik dadanya yang kian menggila. Sebisa mungkin ia berusaha untuk menenangkan pikirannya dari bayangan-bayangan buruk atas ucapan Jongin.

“Kau bertanya apa maksudku?” Jongin tertawa sarkastik, “Maksudku...” ia menggantungkan ucapannya sejenak seraya meraba-raba dada telanjang Taeyong dengan tangan kanannya.

“Aku ingin melakukan sex denganmu saat kau dalam keadaan sadar seperti sekarang,” Jongin melanjutkan lalu membungkuk dan memberikan kecupan singkat pada rahang tegas Taeyong. Ia kemudian berbisik, “Aku ingin mendengarkan desahan mu seperti saat kau mendesah untuk Jaehyun.”

Taeyong terdiam untuk beberapa saat. Menetralkan napasnya yang kian memburu akibat menahan rasa geram atas ucapan lelaki berkulit tan di sampingnya itu.

Hidden | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now