Di Surga?

703 233 23
                                    

"Jika aku pada akhirnya menjadi Muslim, apakah kau mau menikah denganku, Haura?" tanya Hyun Jae, di sela makan siang di kantornya.

Di toko kue Numani, Haura sedang merias roti dengan gambar karakter kelinci untuk pesanan acara jamuan ulang tahun keponakannya nanti malam. Mendengar itu di siang bolong hari Jum'at, Haura terhenyak.

"Apa maksudmu, Ahjussi? Jangan ngelindur, hei!" decak Haura. Sebelah tangannya kembali membuat mata kelinci dengan cokelat.

"Tidak. Aku serius, Haura. Seserius dulu saat aku mengungkapkan perasaanku padamu," jawab Hyun Jae enteng, lalu menyuap daging sapi yang berada di jjangmyeon--mie hitam ala Korea.

Haura bingung menimpali apa. Ia memilih diam dengan terus menggambar mata pada jejeran roti sobek.

Seutas senyum singgah di bibir Hyun Jae. Ia paham jika Haura pasti malas menanggapi percakapan seperti ini. Sebelah tangannya menyempatkan membenahi handsfree di telinga. Lalu menyumpit mie hitam, melahapnya perlahan.

"Dan ini bukan lelucon, Haura. Sama seperti dulu saat aku mengungkapkan perasaanku, itu juga bukan lelucon."

Telinga si gadis yang kini memakai hijab pasmhina biru muda ini risih mendengar nada bass itu bicara frontal soal perasaan. Mendecak dalam benak, Kenapa sih lelaki Korea gini amat! Bisa nggak, PDKT-nya yang malu-malu kucing dulu, pelan-pelan nyatain perasaannya.

"Aish! Sekarang yang penting kau belajar Islam yang giat saja dulu, Ahjussi tua," omong Haura.

Hyun Jae hampir tersedak mendengar sebutan Haura untuknya. "Mwo? Ahjussi Tua?" komentarnya dengan mulut masih penuh jjangmyeon, "Aish! Aku terkesan tua karena kau tak senonoh memanggilku dengan sebutan Ahjussi."

"Tapi memang kau sudah tua. Terlampau 7 tahun antara aku denganmu."

"7 tahun itu masih ideal untuk rentang usia suami-istri, Haura. Karena nanti, perempuan itu akan lebih cepat mengalami penuaan. Karena itu rentang umur 7 tahun itu sangat bagus supaya nanti kita di masa depan terlihat sama tuanya. Kalau rentang umurnya palingan satu tahun sih nanti kau bakalan terlihat lebih tua dariku beberapa tahun malah, nanti dikira kau kakakku, eh atau malah bibiku."

Mendengar itu, Haura membulatkan netra. Pergerakan tangannya membuat mata pada roti sobek tertahan.

Membenahi letak handsfree di telinga, lalu Haura medecaki Hyun Jae.

"Ya! Siapa juga yang mau menikah denganmu, Tiang Listrik. Enak saja kau mengolokku bakalan mengalami penuaan lebih cepat daripadamu."

Menelan kunyahan jjangmyeon, baru Hyun Jae tertawa renyah. "Maaf deh, Bidadari."

"Jangan menggombaliku, Ahjussi tua!"

"Ya! Siapa yang sedang menggombalimu? Kau 'kan memang bidadari; katanya Haura artinya Bidadari. Aku hanya nyebut dengan beda bahasa saja sih."

Pipi Haura menghangat. Sial sekali jawaban si Ahjussi satu ini.

Haura memilih tak menanggapi apa pun. Ia beringsut membuat mata roti sobek di loyang yang lain. Mukanya meraut kesal.

Hyun Jae sendiri memilih menghabiskan cepat jjangmyeon-nya yang tinggal sedikit di mangkok. Pikirannya bergelanyar pada hinggapan tetiba ingin cepat-cepat menikah dengan Haura yang tak lain untuk bisa menjaga Haura sepenuhnya. Ia sangat mencemaskan Haura. Entahlah, ia bingung bagaimana cara menjaga gadis itu yang sangat jauh dari jangkauannya. Ia juga tahu semua ini berlebihan, padahal ia belum tahu siapa pastinya target Mi Cha, tapi ... hatinya terus bicara jika seseorang itu Haura.

Syahadat di Langit SeoulWhere stories live. Discover now