Keluarga

910 282 57
                                    

Siang-siang, Haura kena omel Hyun Jae karena mengingkari janjinya mentraktir jajjangmyeon. Pasalnya, setelah liburan ke Pulau Jeju, esoknya ia langsung ke Indonesia. Ia pun akhirnya membuat penawaran dengan mengganti roti sobek buatannya.

"Aku tak suka durian, Haura. Kau dilarang mengirimkanku roti sobek rasa durian."

Haura rusuh sekali setelah pulang dari jamaah salat dzuhur, malah kedapatan telepon dari Hyun Jae. Ia sedang persiapan sekolah diniyah di madrasah pondok sebelah, sekitaran 1 kilo meter dari rumahnya.

Tampak Haura sedang mengenakan blazer biru untuk seragam hari rabu. Telinga yang belum mengenakan hijab tersumpal handsfree.

"Jadi Ahjussi maunya yang rasa apa?" timpal Haura. Menyisir rambut panjangnya.

"Keju."

"Baiklah, aku akan membuatkan roti sobek untuk Ahjussi rasa keju besok." Selesai menyisir, Haura mengkuncir ekor kuda rambutnya.

"Bentuknya Shinbi, ya?"

Mendengar nama Shinbi, Haura mengernyit. "Shinbi? Ahjussi suka kartun Shinbi?" selidiknya. Cekatan memakai ciput biru langit.

"Tidak. Itu kartun kesukaan kekasihku sebelum dia pergi."

"Oh, baiklah. Kukira itu kartun kesukaan Ahjussi," omong Haura.

"Bukan. Aku tidak menyukai kartun goblin hijau itu. Aku sukanya One Piece."

"Hmm. Baiklah," jawab Haura. Singkat. Ia benar-benar sedang terburu-buru. Siang ini kedapatan jadwal piket soalnya. Tubuhnya ia bawa ke rak buku, mengambil buku tulis dan kitab pelajaran sekolah diniyah hari ini.

Haura ber-huh lemah kala mendapati jadwal siang ini nahwu, kitab Ibnu Aqil. Mampuslah, ia belum menambah hapalan, bakalan kena hukuman push up.

"Haura."

"Hmm ...."

"Sedang apa?"

"Lagi meratapi nasib," jawab Haura. Sembari membawa kitab dan buku pelajaran ke meja rias. Beringsut mengenakan hijab putih seragam.

"Ada masalah apa?"

"Pelajaran sekolah siang ini membosankan," jawab Haura asal. Mulai menyematkan bros pada hijab.

"Sekolah? Bukankah sudah lulus, Haura?"

"Iya. Aku sudah lulus sekolah SMA. Tetapi aku juga sekolah non-formal setiap siang hari. Dan ini tahun terakhirku di sekolah non-formal Lalu baru, aku berencana untuk kuliah."

"Oh, begitu. Baiklah. Semoga nanti kau bisa lulus dengan nilai yang baik dan masuk universitas impianmu."

"Aamiin."

"Omong-omong. Niatnya mau kuliah di mana Haura?"

"Kairo."

"Kairo? Mesir, 'kan?"

"Iya. Itu di Mesir. Aku sudah berencana ikut beasiswa di universitas Al-Azhar nanti. Karena itu aku harus giat belajar sekarang Ahjussi. Apalagi sebentar lagi juga ujian sekolah non-formal. Ah, rasanya otakku hampir meledak." Haura sudah melepas handsfree-nya, meraih ponsel dan merekatkan ke sebelah telinga yang terbalut hijab putih.

Syahadat di Langit SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang