"Semakin kamu menggali lebih dalam, kamu akan semakin sulit keluar dari kedalaman itu. Karena menggalinya aja kamu butuh melewati banyak air mata yang kamu buang, banyak perasaan yang mungkin bisa kamu kasih buat orang yang lebih pantas buat kamu."

"Kamu bukan butuh dia yang bisa memantaskan kamu,"

"Tapi kamu butuh sosok laki - laki, yang pantas buat kamu Bi,"

Biya tergagu. Dia diam. Dinan menerjangnya penuh atas semua perkataanya. Dia tertampar akan kenyataan dan semua rasa lelah atas segala perjuangannya untuk melupakan Mas Taranya itu. Sedikit harapan dari Biya untuk dirinya, agar bisa kembali menjadi dirinya yang utuh, berdiri tanpa bayang bayang yang mampu memberikan kebahagiaan semua untuknya.

"Aku semu, atas semua kebahagiaanku."

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

nabiya_

Jika dua orang ditakdirkan bersama, Maka dari sudut bumi manapun mereka berasal, mereka pasti bertemu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jika dua orang ditakdirkan bersama, Maka dari sudut bumi manapun mereka berasal, mereka pasti bertemu. -someone.



*

**




"Bi, main ke pantai yuk?"

Voice note yang Dinan kirimkan sampai kepada penerima. Biya mendengarkan voice yang durasinya beberapa detik itu dengan seksama. Seakan menemukan suatu kebiasaanya. Ya, kebiasaanya bersama Dinan

"Mau berenang?"

Tak mau kalah, ia juga membalas voice note Dinan.

"Jalan - jalan aja, sambil mengakrabkan diri."

"Maksudnya?"

Terakhir, Dinan tidak membalas melainkan langsung pergi ke rumah Biya dengan menggunakan pakaian santai yang terdiri dari celana jeans, dan kemeja neck V yang selalu menjadi kebangaannya itu. Jika terkena angin, kemejanya akan terbang dan menampilkan bidang dadanya yang cukup terbentuk akibat gym yang dia ikuti bersama Jemmi.

Biya menarik kerah kemeja Dinan sigap saat angin membentang ke seluruh permukaan tubuhnya.

"Lo di kerok mau? Besok gak bisa masuk kerja, kerjaan lo nanti gue yang tanggung Dinan!" Decak Biya. Biya mengancingkan kemeja Dinan sampai ke atas. Namun Dinan menepisnya dan membalutnya dengan rekatan tubuh yang semakin menempel diantara mereka.

"Gue seneng lihat Biya yang kayak gini."

Wajah datar Biya masih belum membentuk sepenuhnya, namun senyum bahagianya mulai terpancar, walau masih sangat sedikit.

"Gue seneng lihat Biya yang doyan ngomel kayak dulu, nggak yang kayak kemarin kerjaanya nangis mulu. Lo nggak tau gue beli baju di mana kan? Laundrynya juga mahal!" Balas Dinan yang ikut mendecak sebal.

"Lo beli baju bisa, ngelaundrynya gak mampu, dasar MISKIN!" Teriak Biya di telinga Dinan. Mereka semakin menjauh dari kerumunan. Dinan beserta Biya mencari tempat yang cukup tenang untuk mereka berdua. Menikmati hangatnya karang yang terpancar oleh sinar matahari, dan air yang mengulas kaki kaki kecil mereka berlarian maupun bersandar di hamparan pasir halus yang mengelilingi seluruh pijakan mereka.

"Miskin .. miskin.. bakal kaget aja lo kalo gue nikahin bakal gue kasih mahar apaan."

Biya menarik sudut bibirnya sedikit. "Emang mahar apa tuh?"

Dinan melipat kedua tangannya penuh. Menekuk kedua alisnya bersamaan. "Mau dulu nggak?"

Biya yang kebingungan menyentak kaki kecilnya ke sekitarnya sehingga cipratan air memenuhi mereka berdua.

"Mau apa sih?"

"... mau dinikahin?"

Tatap sendu satu sama lain menggaris bawahi bagaimana kedua insan itu saling mengakrabkan diri satu sama lain. Dinan tau, yang Biya butuhkan hanya waktu - waktu kebersamaam untuk mereka agar saling mengenal satu sama lain, Dinan tau, apa yang dia inginkan, dan apa yang wanitanya butuhkan.

Mengarungi cakrawala yang begitu hangat, bersembunyi, dan menorehkan lapisan warna warni di antaranya. Dinan menangkup seluruh permukaan wajah yang disaksikannya bersamaan dengan tengelamnya sang penghantar kehangatan yang menemani sepanjang hari.

Keintiman itu makin terasa mendekat, kala Dinan dengan seluruh kewarasannya mencoba menjangkau kedua pergelangan tangan Biya. Menariknya pelan. Menjamahnya penuh kelembutan. Jari jemarinya menyapu dengan halus seakan kain sutra menggulung sapuan dari permukaan telapak tangannya yang menerpa.

Saat Biya membuka pejaman matanya, cengkraman kuat memegangi pundaknya. Seakan terkaan itu menghinggapi indra perasanya. Decap bibir yang kaku, perasaan yang menggenapkan seluruh kebimbangan hati.

Suara lelaki yang mengalun lamban berbisik.

"I've done opened mine, her belong to"



















Guys, Dinannya masih malu malu pengen tuh haha.



Ketemu lagi secepatnya ya♡
Selamat malam!

Ketemu lagi secepatnya ya♡Selamat malam!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
How to Move on ─ TaeyongWhere stories live. Discover now