Nyaris tersedak, kedua kelopak mataku sontak melebar. Kerongkonganku sedikit tercekat. Bedebah Kiba. Walau aku sedikit bersyukur sebab ia tidak menyebutkan namaku dalam kalimatnya, namun tetap saja beberapa orang yang duduk di sekitar kami tak bisa untuk tak penasaran jadi turut melirik ke arahku bersama pendar kuriositas. Aku tidak tahu mereka tengah mengejek atau tidak karena aku berusaha mati-matian tak mau balas menatap.
Setelah menemukan Kiba bergabung bersama temannya, sejenak kugigit bibir bawah ini lantaran merasa tak nyaman, lantas segera makin mendekati Serae yang duduk di sampingku guna berbisik, "Setelah ini bisakah nanti temani aku ke kamar dulu sebentar, Ser? Begini ... kurasa sepertinya ... aku harus mengganti pakaian."
Serae mengerutkan alisnya tak setuju. "Tak ada satu pun orang yang menertawakanmu, Sakura."
"Ngn ... mereka ... tapi—"
"Mereka cuma terkejut denganmu yang sudah berani tampil berbeda." Serae menoleh menatap ke arahku. Tersenyum meyakinkan. "Oh, ayolah. Ini musim panas dan ini Minggu. Kak Paris memberikan dress pada kita bukan cuma untuk disimpan di dalam almari."
"Mhm, tenang saja." Aku melirik pada Hinata yang kini juga menengahi, "Kau sungguh kelihatan menawan, kok."
Bukannya aku terlalu percaya diri, tapi terima kasih atas pujiannya. Namun baju keparat ini benar-benar sedikit buatku tak nyaman. Musim panas juga selalu menyuguhkan udara pagi yang tetap akan terasa dingin dan dengan mengenakan dress tanpa lengan serta roknya yang menjuntai di atas lutut malah kian membuat tubuhku jadi tak tahan mulai menggigil kecil. Tentu setengah tujuh terlalu pagi untuk menelan sarapan (aku juga tidak tahu mengapa para staff Ashley Down selalu menyiapkan kudapan di hari Minggu jauh lebih pagi dari biasanya).
Sambil menelan kentang tumbuk, kugiring atensi sejenak melirik sekitar mencari-cari apakah ada satu gadis yang barangkali merasakan apa yang sedang kurasakan. Namun, nihil. Mereka cuma makan dengan santai.
Sepertinya memang hanya diriku saja yang masih belum terbiasa. Sebab ini adalah musim panas pertama di mana aku yang biasanya cuma mengenakan kaus oblong (walau usang tapi serius aku lebih nyaman mengenakannya) kini sudah berani memakai dress lantaran Serae bilang; aku sudah cukup besar dan akan kelihatan konyol kalau masih betah menyukai kaus-kaus bermotif teddy bear kesayanganku.
Pagi-pagi sekali pula Hinata sudah mandi lebih awal guna mengurusi suraiku, mengepang mereka, sedikit memoles wajahku, dan beginilah aku sekarang, si pemalu yang mendadak bingung harus melakukan apa tatkala waktu sarapan sudah lama selesai.
Kini aku cuma menghela napas. Duduk di atas tikar piknik yang digelar pada permukaan tanah berlapis pakis. Walau terik mentari yang menyengat sukses membuat air sungai jadi kelihatan dua kali lipat lebih menggoda minta diinvasi, tetapi aku sama sekali enggan menceburkan diri ke sana. Bermaksud menolak secara halus, kugelengken kepalaku kecil saat kulihat Hinata, Serae, serta yang lainnya mengayunkan tangan ke arahku, berharap-harap aku barangkali akan jadi berubah pikiran dan mau ikut berenang. Namun tidak, aku lebih baik tetap memutuskan sendirian, terduduk di bawah pohon oak bersama kotak piknik sambil sesekali mengunyah kastanye.
Ashley Down tentu selalu mempunyai rentetan aturan dan tugas yang mesti dilakoni oleh semua orang di setiap hari libur. Entah itu kami yang merupakan anak asuh, Bibi Yuhi, para staff, security, semua—bahkan hingga Paris sendiri. Mereka mempertimbangkannya secara adil. Seperti asramaku yang telah diberi tugas kepayahan membersihkan kebun belakang dan dapur di Minggu lalu (aku ingat kala itu kakiku nyaris mati rasa dan pinggangku encok karena terlalu lama berjongkok guna menggosok kolong meja), sekarang dapat bebas bisa melakukan apa pun tanpa perlu berpikir ruang kamar sudah bersih atau belum.
YOU ARE READING
Gone Rogue
Fanfiction[on-going] Lebih dari sekadar diberi lusinan ekstasi, atau disuguhi sereguk anggur, laiknya terjebak dalam lingkar adiksi, mereka bilang, Sasuke Uchiha dan Sakura Haruno kelewat menawan pula memikat untuk dipertontonkan. "Mau tahu cara agar menang...
Chapter O2
Start from the beginning
