𝐒𝐄𝐌𝐀𝐊𝐈𝐍 lama kau menginjak semesta, maka semakin banyak pula kau akan mengalami perubahan, kata mereka. Jika boleh mengaku jujur, sebelumnya aku sama sekali tidak pernah—bahkan sekali pun—menyempatkan diri berkenan memperhatikan bagaimana perubahan-perubahan tersebut terjadi (entah yang besar atau kecil) karena kukira semua juga akan berjalan sebagai mana mestinya. Jadi, untuk apa aku peduli?
Seperti Ace, aku tidak tahu-kalau Sasuke tak bercerita-entah sejak kapan anak anjing itu bisa berlari. Teman sekamarku; Serae dan Hinata, entah sejak kapan mereka mulai berani menaruh perasaan pada lawan jenis, dan diam-diam berkencan pula kerap bertukar surat lalu malamnya aku akan menemukan mereka—alih-alih menjerit—memukul-mukul kasur seraya membaca kertas menahan gemas seperti orang sinting. Sejak kapan boneka-boneka di kamar hilang, tergantikan oleh cermin besar (salah satunya ditaruh di samping almari) dan vas-vas bunga; seolah bentuk indikasi yang menjelaskan jika si penghuni sudah bukan lagi gadis-gadis kecil yang mudah merajuk.
Well, pada bagian terakhir katakan aku keliru, kuakui. Karena aku bahkan baru saja merajuk pada seorang lelaki, yang mana alasannya kelewat kekanak-kanakan hanya karena kutemukan dia yang enggan melemparkan senyum di tempo hari. Padahal mengapa pula aku tak langsung bertanya pada Sasuke; mengapa jadi cuek, mengapa jadi makin dingin, mengapa marah—tanpa perlu pakai acara perang dingin serta aku yang mogok makan selama lima hari. Itu bodoh, sangat, aku menyesal dan aku sungguh akan memaafkan diriku serta Sasuke bagaimanapun caranya saat kami bertemu nanti.
Masalah selesai. Seharusnya maka hubungan kami pula akan pulih bisa kembali membaik, bukan?
Dan pagi ini, barangkali tentu aku juga takkan perlu repot-repot mesti mengumpulkan setangki keberanian guna bisa menyapa atau bahkan menciptakan satu sampai tiga lingkar konversasi dengan Sasuke seperti biasa kalau saja si Uchiha itu tidak datang ke asramaku pada kemarin malam, tidak mengaku terangsang, tidak membenamkan tangan ke balik gaun tidur main mengelus pahaku, dan yang lebih mengejutkan lagi bibirnya langsung ditaruh di atas bibirku memagut setengah menuntut. Itu—sial sekali—itu bahkan ciuman pertamaku, astaga.
Hingga dua detik setelahnya, tentu aku yang merasa seperti dilecehkan spontan saja langsung melayangkan kepalan tangan, tanpa berpikir dua kali segera balas menggencarkan sebuah pukulan mentah pada rahang Sasuke, sampai-sampai Serae yang tadinya sedang pulas lelap jadi dibuat tersentak bangun lantaran mendengar ada erangan yang dilesatkan cukup kencang. Sasuke melotot dan aku ingat jelas bagaimana lelaki itu langsung menatapku bengis seolah berkata, "Lihat saja nanti. Akan kuperkosa sampai habis kau kalau kamarnya sedang sepi."
Lupakan. Itu takkan pernah terjadi. Atau barangkali aku sendiri yang terlalu paranoid. Bahkan mewanti-wanti meminta Hinata guna menemani sepanjang hari, takut-takut Sasuke kembali menggencarkan aksi malam tadi, tapi yang terjadi nyatanya pemuda sialan itu malah bersikap santai—benar-benar santai seolah insiden semalam cuma sepele—ketika kudapati ia berpapasan denganku di ruang makan begitu kudapan pagi dibagikan.
Sasuke kini tengah menyantap sarapannya, bergabung bersama teman-temannya yang lain, sesekali terkekeh, mejanya terletak tak jauh dari mejaku dan entah mengapa aku selalu saja berhasil dibuat kesulitan menelan makanan saat kutemukan sepasang mata hitam yang padahal telah lama dan baik kukenali tersebut sesekali menaruh secuil atensi padaku. Ujung bibir Sasuke tampak sedikit lebih gelap; kebiru-biruan, garis senyumnya jadi tak begitu sempurna, ia jelas terlihat kurang nyaman dengan lebamnya dan aku mendadak jadi merasa tak enak seketika. Sekeras itu, kah, pukulanku semalam?
"Selamat pagi, nona-nona." Seseorang menyapa. Lantas kutolehkan kepala menemukan Kiba Inuzuka yang sedang kebetulan melewati meja kami sambil membawa nampan. Cengar-cengir tidak jelas. Dan menyeringai sinting tatkala matanya—barangkali tak sengaja—melirik ke arahku. "Oh, wow." Lelaki itu bersiul genit. "Perpaduan dress serta surai yang dikepang. Aku suka. Impresi barumu hari ini bahkan terlihat jauh lebih cantik daripada Aphrodite, kau tahu? Bahu dan betis polosmu juga ramping ... seksi."
YOU ARE READING
Gone Rogue
Fanfiction[on-going] Lebih dari sekadar diberi lusinan ekstasi, atau disuguhi sereguk anggur, laiknya terjebak dalam lingkar adiksi, mereka bilang, Sasuke Uchiha dan Sakura Haruno kelewat menawan pula memikat untuk dipertontonkan. "Mau tahu cara agar menang...
