Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kalian tahu apa yang paling menyenangkan bagi Asa?
Mencari masalah. Seperti hari ini, dia berencana untuk memetik jamur di hutan pinus dimana para Lupus tinggal. Ya, jamur di sana memang diklaim memiliki rasa yang luar biasa enak. Kalau kata leluhur Klan Wang, rasanya seperti daging manusia —ew.
Tapi kalau dilihat dari sudut pandang ini, masuk akal saja para kanibal lebih suka daging sesamanya daripada yang lain —walaupun tidak menutup kemungkinan mereka juga memakan daging makhluk lain.
Ada rahasia yang diyakini mengenai kenapa jamur itu hanya ada di hutan pinus yang dihuni Lupus dan rasanya mirip dengan daging manusia: karena jamur itu tumbuh di atas tanah dimana mayat Penyihir Putih yang sudah menyegel hutan pinus ini tergeletak. Agak seram, tapi itu tidak cukup untuk mematahkan rasa penasaran Asa terhadap jamur itu.
Ngomong-omong, Wang Asa adalah adik dari pemimpin Klan Wang, Wang Yiren. Ayah mereka sudah lama pensiun dari jabatan itu, dan beliau memutuskan untuk menghabiskan masa tua di lembah yang terletak jauh di sebelah utara tempat tinggal seluruh klan yang beliau tinggalkan. Katanya, beliau menginginkan ketenangan —walaupun bagi Asa, itu adalah sebuah pengasingan.
Mungkin karena Yiren gemar berburu, maka Asa juga sangat semangat kalau tiba saatnya berulah. Termasuk saat ini. Orang-orang klannya melarang anak-anak mereka untuk mendekati hutan pinus ini karena di sana adalah sarang Lupus, serigala putih yang terkenal sangat membenci manusia, terutama Klan Wang. Konon, seandainya tidak ada jimat yang melingkari hutan ini, para Lupus pasti sudah melenyapkan Klan Wang.
Entah apa masalah mereka, tapi Asa menganggapnya hal yang wajar. Bahkan Snow, kucing Yiren yang suka malas-malasan, akan mengeluarkan cakar saat Asa menginjak ekornya. Ya, itu memang sudah naluri.
Selangkah sebelum memasuki hutan tempat tinggal lupus itu, Asa mendengar lonceng yang bergemelinting tertiup angin. Lonceng itu diikat di salah satu pohon dengan pita merah, lengkap dengan ukiran pada batang pohon bawahnya yang bertuliskan, "Step backward, nothing can save you from the holy wolves."
Asa melepas tawa kecil. Mereka menamai Lupus dengan 'holy wolves', tapi peringatan yang tertulis malah berbanding terbalik. Bukankah itu lucu? Kalau memang Lupus adalah hewan suci, kenapa dia malah menjadi sebuah ancaman? Apa dunia sedang terjungkir balik sekarang?
"Nona Asa?"
Asa menoleh, mendapati wanita paruh baya yang berpakaian khas klannya menatapnya bingung.
"Nona ngapain di sini?" tanyanya lagi.
"Nggak papa, hehe.." Asa segera berbalik, menghadap wanita itu dengan wajah merekahkan senyum. "Controlling aja, kayaknya aku tadi denger suara aneh, kirain jimatnya rusak atau gimana. Serem juga kalo dipikir-pikir," kilahnya.
"Jimat peninggalan Penyihir Putih adalah yang terkuat, gak mungkin rusak."
"Ya.. tapi jimat itu udah terpasang 300 tahun yang lalu —kayaknya lebih. Bisa aja dimakan rayap atau lapuk kena panas dan hujan."
"Gak perlu khawatir." Wanita itu mengulas senyum, meyakinkan.
"Terus Penyihir Putih udah lama mati, klan mereka udah gak ada di sini," lanjut Asa.
"Cuma raganya yang hilang, tapi jiwanya masih ada," kata wanita itu. "Buktinya, walaupun udah ratusan tahun, jimat itu masih ada. Dia pasti juga masih di sini, melindungi kita dari bahaya."
Asa mengernyit. "Jadi yang mujarab itu jimat Penyihir Putih atau —"
Belum selesai Asa mengucapkan kalimatnya, suara lolongan yang terdengar jauh tapi cukup jelas membuat perhatiannya maupun wanita di depannya teralih. Berikut dengan suara gemerasak dan kepakan burung yang tidak beraturan, membuat suasana sedikit menyeramkan.
"Lebih baik kita pulang," ajak wanita itu. "Aku takut mereka liat kita."
"Katanya mereka gak bakal bisa nembus barrier dari jimat Penyihir Putih?" Asa menghela napas.
"Apa pun bisa terjadi, jadi kita cari aman aja. Lagian udah sore, Nona Yiren pasti nyariin."
Sekali lagi Asa menghela napas. "Duluan aja," katanya sambil mengibaskan tangan, memberi isyarat pada wanita itu untuk pergi terlebih dulu.
Wanita itu seperti enggan, tapi pada akhirnya dia tetap beranjak.
Tadinya, Asa sangat penasaran dengan jamur itu. Tapi mendengar lolongan Lupus di dalam sana, agaknya nyalinya jadi ciut juga.
Belum sampai Asa berbalik badan untuk pergi pulang, matanya menangkap sesuatu yang bersinar di salah satu akar pohon pinus. Asa diam, memperhatikan benda itu. Ah, ternyata bukan bersinar, hanya saja saking putihnya, benda itu sangat mencolok karena kondisi hutan pinus yang sangat gelap, tampak seperti hutan pinus ini memang ditutupi oleh sesuatu sehingga sinar matahari tidak bisa menembus barang secercah.
Tapi —tunggu, apa itu jamur yang orang-orang maksud? Asa memang belum pernah melihatnya sebelum ini, tapi orang-orang bilang, bukan manusia yang mengenalinya, tapi jamur itu sendiri yang akan menampakkan dan menunjukkan jati dirinya.
Asa menggigit bibir. Ragu. Lolongan tadi masih membuatnya sedikit was-was, tapi jamur itu hanya selangkah di belakang barrier, sangat dekat dari jangkauan. Lama Asa berpikir, akhirnya keputusannya bulat.
Nggak papa, kan?
Gemerasak dan kepakan burung yang kacau kembali terdengar. Wanita paruh baya yang belum jauh beranjak tadi menoleh ke belakang, tapi Asa sudah tidak ada di tempatnya.
Wanita itu menggulir pandangan dengan gusar, tapi dia tetap tidak menemukan sosok gadis adik pemimpin klannya itu. Bahkan setelah dia kembali dan mencoba melihat ke dalam hutan pinus di depannya, nihil.
"Nona Asa!" panggil wanita itu panik. Tapi yang menyahuti bukan Asa, hanya lonceng pada jimat Penyihir putih yang kembali bergemelinting, juga kepakan burung yang terdengar gusar jauh dari seberang.
Asa tidak ada di manapun.
○ in between ○
DISCLAIMER
buku ini ditulis untuk hiburan, tidak ada niat plagiasi atau semacamnya. semua tokoh adalah milik Tuhan YME, orang tua dan mereka sendiri, yang mana sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang tertulis di sini.
best regard, greencrayons_ July 3, 2021
haiii, welcomeee!!! 🎉🎉🎉
sebenernya buku ini pernah dipublish dengan judul "Dolphin Spell", tapi diunpub karena buntu wkww terakhir aku cek draftnya januari 2019 wkwkwk 2,5 tahun yang lalu :"))
karena aku terinspirasi lagi berkat lagunya mba Avril yang judulnya "Innocence" (walaupun belum tau bakal kayak apa eksekusinya) jadi aku memutuskan buat nge-repub dan nge-remake ff ini. semoga konsisten, gak mandek di tengah jalan hehehe (walaupun masih ada tanggungan krucil krucil yang lain)