Jangan Dulu Usai

2 0 0
                                    

16 November 2020

"Tolong, tolong untuk segera kembali. Hati ini terasa hampa tanpa kehadiran dirimu. Hal termudah untuk mengungkapkan semuanya, dan ini merupakan cara terbaik untuk menyampaikannya hanyalah lewat sebuah doa dan tulisan. Aku hanya berharap semesta dapat mendengar apa yang aku inginkan saat ini"

Begitulah yang aku rasakan ketika aku membuka ponselku. Aneh rasanya ketika harus mendengar apa yang tidak ingin kita dengar, membaca apa yang tidak ingin kita baca, dan mengetahui apa yang kita tidak ingin ketahui sama sekali. Rasanya seperti semesta sedang memaksa kita untuk keluar dari zona teraman kita dan berjalan menuju lintasan alur baru.

Aku masih belum siap jika harus beradaptasi dengan hal baru, yang aku maksud adalah hal lama yang terulang lagi. Itu masih termasuk hal baru, kan? Entahlah bagaimana menyebutnya, tapi bisa saja dikatakan sebagai hal lama yang harus datang kembali.

Sebenarnya aku belum mau menerima hal ini kembali ke hidupku lagi, nakmun semesta memaksaku untuk menguatkan diri.

Ponselku berbunyi sepagi ini. Aku penasaran, namun aku takut ada sesuatu yang terjadi. Kali ini ada sebuah kabar yang membuatku kaget:

Algi: "Nas"

Aku: "iya?"

Algi: "Desember ini aku pulang ke Jawa"

Tubuhku lemas ketika aku membaca pesan itu, bahkan tangan ini sudah mati rasa sehingga aku tidak bisa membalas pesannya. Aku tidak tahu harus berkata apa. Rasa ini hancur, ini seakan semesta memaksaku menerima apa yang aku tidak pernah mau terima.

Lima menit kemudian aku baru bisa memberanikan diriku untuk membalas pesan itu. Dengan hati yang kuat aku sedikit bertanya:

Aku: "ha? Iya?"

Algi: "iya"

"tapi ga tau sampai kapan"

"maybe this will be our last data"

Aku: "kak"

Algi: "kamu takut?"

Aku: "jujur aku takut"

Tubuhku semakin lemas ketika harus menerima kalau ini harus terjadi. Mimpi buruk yang pernah aku alami itu terjadi juga. Aku ingin sekali menghakimi semesta. Ini tidak adil, seharusnya mimpi buruk yang pernah terjadi itu tidak ada dalam dunia nyata.

Hingga detik ini aku masih kesal dengan semesta. Aku masih tidak ingin memikirkan itu lagi, namun hal itu terus melintas dalam kepalaku. Aku benar-benar terganggu dengan adanya pikiran aneh itu.

Algi mengirim pesan lagi, dan kali ini aku akan mencoba lebih bisa untuk bertahan dari yang sebelumnya:

Algi: "Nas"

Aku: "iya?"

Algi: "kamu kenapa?"

Aku: "aku cuma takut kalau nanti ada yang deketin kamu"

Algi: "Naswa ku, aku janji bakal ketemu dulu sama kamu"

Aku; "janji, ya?"

Algi: "iya, janji"

Perasaan ini hancur, hati juga masih bertanya-tanya pada diriku sendiri. Apakah dia akan berhasil menepati janjinya? Atau apakah ini hanya dunia fiksi saja? Entahlah, aku hanya bisa mengetahuinya melalui kabar dari semesta.

 "untuk Semesta....

Hai, semesta, maaf aku mengganggumu. Aku hanya ingin sedikit bercerita. Mungkin surat ini akan sedikit panjang. Entahlah, aku juga tidak akan pernah tahu tentang surat ini, yang penting aku bisa mencurahkan perasaanku agar aku lebih tenang.

Dear You #2Where stories live. Discover now