[10.] Tidak ada maaf untukku?

354 43 44
                                    

Selamat membaca Bab kesepuluh 🦋

Note: Cerita ini hanya fiksi belaka, ambil baiknya, tinggalkan buruknya. Semoga pesan baiknya selalu tersampaikan ke kalian 💭

Ramaikan, supaya aku cepat update!

•••••

10. Tidak ada maaf untukku?


"Papah sudah bilang kan sama kamu, tahan dulu! Tunggu mama mu itu siap. Sekarang apa? Semuanya makin parah."

Abi diam, mendengarkan semua omelan Arya— papah nya.

Arya baru kembali setelah satu minggu berada di Yogyakarta karena urusan pekerjaan. Saat kembali, kabar perihal perkataan Abi mengenai Sadewa kepada Mira— mamah nya, sampai ke telinga sang papah.

"Pah, ini semua untuk kebaikan mamah, kan?"

"Kebaikan apa? Kamu ngerti apa, Bi?"

"Kamu jadi anak gak bisa di andalkan!"

Huh— Abi hanya mengela nafas mendengarnya. Abi yang tidak mengerti atau mereka yang gagal mengerti maksud Abi?

Abi hanya ingin Mira tidak larut dalam kesedihan ini. Abi hanya ingin ibunya dapat menerima kenyataan dan kembali hidup dengan apa yang ada, meski memang ikhlas tak semudah itu.

Kepergian Sadewa tak bisa membuat dunia ini berhenti berputar. Mereka tetap harus menjalani hidup dengan kenyataan yang ada.

"Maaf, pah. Abi juga udah minta maaf sama mamah. Tapi Abi capek, pah. Mamah selalu menanyakan Sadewa, setiap hari. Bahkan, mamah sampai gak ingat sama Abi, mamah gak pernah tanya gimana kondisi Abi, hal-hal kecil tentang Abi, mamah cuma selalu ingat sama Dewa," tutur Abi.

"Halah, kamu gak usah berlebihan gini. Kamu tau kan mamah mu itu sangat dekat dengan Dewa? Kamu juga tau kan semasa hidupnya Dewa seperti apa? Hidup kamu jauh lebih beruntung daripada dia, apa itu gak cukup? Kamu gak sakit seperti dia," timpal Arya.

"Apa Abi harus sakit seperti Dewa supaya papah dan mamah juga sayang sama Abi?"

"Kamu makin ngelantur. Terserah lah, papah pusing dengarnya."

Arya berlalu dari hadapan Abi. Anak lelaki ini hanya menghela nafasnya. Ya sudah lah, ini tak perlu sampai ke pelosok untuk di pikirkan, sekarang— Abi lebih dulu ingin Mira memaafkannya saja.

🦋🦋🦋

Zeera mendekati pintu rumah dengan sedikit rasa takut. Sepedanya, sudah terparkir di halaman rumah. Tadi— Zeera sempat ke toko lebih dulu, dan berharap bahwa adiknya masih ada sendiri disana.

Namun, toko sudah tutup. Entah Alena pulang karena memang sepi dan malas sendirian, atau mungkin— ibunya sudah kembali.

Tangan Zeera memegang kenop pintu, menghela nafas lebih dulu.

Pintu terbuka, Zeera membalik tubuhnya untuk menutup pintu.

"Darimana?"

Zeera mematung sekejap. Menelan ludahnya dalam-dalam.

Be My Butterfly [Hiatus]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें