Part 51

20.9K 2.9K 489
                                    

Warning!!

Ada banyak adegan bawang dan nyerempet psycho disini, hati-hati.
_______

Malam ini, Haechan berencana membuat sup ayam, tteokbokki pedas, bulgogi, dan udang tempura. Tentu saja yang terakhir adalah keinginan ketiga anak itu.

Mereka membagi tugas, Jisung akan mengupas sayuran, Chenle yang memotongnya, dan Jeno yang akan benar-benar membantu Haechan memasak.

Yahh sebenarnya hanya memasukkan potongan sayuran yang tidak simetris kedalam panci yang berisi air mendidih lalu mengaduknya sesekali, sesuai instruksi dari Haechan.

Selesai dengan menu pertama, mereka lanjut ke menu kedua. Kali ini Haechan yang mengambil bagian, sementara mereka hanya membantu sesekali.

Melihat makanan dengan warna yang memikat, mereka benar-benar menjadi lapar. Diam-diam mereka menelan air liur mereka sendiri, Haechan yang menyadarinya hanya tertawa kecil.

Di menu ketiga, Jeno membantu mencampur bumbu dan si kembar bermain dengan bahan untuk udang tempura. Bermain dengan tepung. Wajah mereka penuh dengan benda putih itu, bahkan Jeno juga ikut kena padahal ia tidak ikut bermain.

Karena memasak bulgogi cukup rumit untuk anak-anak itu, Haechan memutuskan agar mereka mulai membuat udang tempura saja. Mereka setuju, dan mulai membuat banyak. Tentunya dengan banyak keributan yang terjadi.

Setelah selesai dengan memasak, mereka mandi dan mengganti pakaian mereka. Mereka hanya mengenakan piyama, itu karena setelah makan malam mereka akan langsung tidur tentunya.

Haechan membawa ketiganya ke ruang tamu. Ia sudah menyiapkan minuman selamat datang untuk Mark, Jus jeruk segar yang ia peras. Jisung bersikeras untuk memegang nampan berisi gelas jus itu, dia ingin memberikannya langsung pada sang ayah.

"Dia hampir sampai."ujar Haechan setelah melihat ponselnya.

"Aku benar-benar sudah tidak sabar!!" seru Jisung, ia terus bergerak-gerak dan membuat jus jeruknya hampir tumpah. Untungnya Jeno menahannya.

Tak lama, suara mesin mobil terdengar di halaman mansion. Jisung semakin bersemangat sekarang.

Ketika suara langkah kaki terdengar, lalu disusul dengan pintu yang dibuka.

"Selamat datang!!" ujar mereka bertiga dengan penuh semangat, sementara Haechan hanya tersenyum.

Namun segera, senyum mereka hilang. Chenle bahkan sudah memasang wajah datar. Sementara Jisung hampir menangis. Si sulung hanya pura-pura tersenyum.

Ayah mereka pulang dengan seorang wanita, terlebih lagi dia menggendongnya di pelukannya. Wanita itu tampak kesakitan dan dia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Mark. Entah kenapa, Haechan merasa sakit hati melihat pemandangan itu.

Senyumnya sedikit tidak wajar, namun ia sebisa mungkin untuk menyembunyikan ketidak wajaran dalam ekspresinya.

"Oh? Kalian disini?" ujar Mark setelah menyadari bahwa ketiga putranya juga Haechan ada di ruang tamu.

Tak ada yang menjawab, mereka masih belum bisa mencerna apa yang terjadi.

Sementara wanita dipelukan Mark diam-diam tersenyum puas setelah melihat reaksi Haechan, ia lalu mengaduh kesakitan dan semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Mark.

Chenle mengepalkan tangannya dengan kuat, persetan dengan harus jujur pada ayahnya! Ia tidak sudi melakukannya lagi sekarang!!

Lebih baik ia pergi ke Canada daripada harus melihat hal seperti ini.

Lain dirinya, lain pula si sulung. Ia memang kecewa pada ayahnya, tapi sebisa mungkin dia menyembunyikannya. Ia akan menyelesaikan masalah ini nanti, dengan mengatakan banyak hal pada ayahnya.

Jisung? Dia sudah bersembunyi di paha Haechan. Jusnya ia taruh di meja dekat Jeno, ia tidak mau melihat ayahnya lagi. Ia pikir memiliki orang tua meskipun hanya satu akan membuatnya bahagia. Nyatanya? Ia terus kecewa dengan kelakuan sang ayah.

Jika Jisung bisa memilih, ia lebih suka tinggal di panti asuhan seperti teman-temannya daripada harus seperti ini. Dia rasa, semua yang dilakukan mereka beberapa waktu lalu itu sia-sia. Seharusnya mereka tidak perlu menyambut kedatangan ayahnya yang seperti bajingan!

Haechan tersadar dari kebingungannya, "eh? Umm.. Mari makan malam dulu? Kami sudah memasak beberapa hidangan tadi, jangan sampai itu menjadi dingin atau rasanya akan tidak enak." ujarnya memecah kecanggungan.

Ia tidak tahu, apakah Mark masih ingat dengan perkataannya waktu itu atau apakah yang dia katakan itu hanya bercanda. Sekarang ia benar-benar tidak percaya dan tidak mau percaya lagi ucapan pria itu.

Hatinya sakit, Mark membawa pulang orang lain dan bahkan menggendongnya dalam pelukannya seperti sepasang kekasih.

"Ahh... Kakiku sakit... Mark... Bisakah kita istirahat saja? Kakiku benar-benar sakit..." ujar wanita itu tiba-tiba, ia merintih kesakitan namun tanpa disadari yang lainnya ia mengeluarkan smirk penuh kemenangan.

"Maaf Haechan, aku sudah makan. Kalian saja yang makan, aku akan membawa Mina untuk istirahat." Mark menolaknya, ia lalu kembali berjalan menaiki tangga dan memasuki kamar utama. Bersama Mina, wanita dipelukannya.

Chenle langsung menjatuhkan gelas jus sebelumnya ke lantai, yang membuat suara benturan yang keras. Nafasnya terengah-engah karena amarahnya, ia ingin mencakar wanita jalang itu hingga dia dipenuhi darah.

Chenle memang tidak sepolos Jisung, pikirannya sudah lebih dewasa dari saudara kembarnya itu. Ia mengerti apa yang dilakukan sang ayah, dan maksud terselubung dari wanita itu. Dan itu benar-benar membuatnya ingin melakukan hal-hal buruk seperti menguliti wanita itu.

Jeno melunturkan senyumnya, wajahnya benar-benar dingin. Tidak ada lagi Lee Jeno yang ramah dan tenang, ini adalah sisi lain Jeno yang tidak diketahui oleh orang lain.

Haechan sendiri hanya bisa menatap pintu kamar utama dengan pandangan kecewa, ia menahan diri untuk tidak menangis. Dia hanya bisa menggigit bibirnya dan tersenyum seperti biasa lalu mengajak ketiga anak itu makan malam.

Jisung menyadari Haechan hampir menangis, jadi ia terus disampingnya agar Haechan melupakan kejadian sebelumnya. Ia juga menjadi sedih ketika melihat Haechan sedih.

Mamanya sakit hati karena ulah sang ayah, Jisung berjanji akan mengerjai wanita itu hingga dia tidak mau hidup lagi karena dia sudah membuat mamanya hampir menangis!

Dan ayahnya, dia akan membuat sang ayah menyesal telah membawa wanita itu ke rumah ini. Ia sudah tidak peduli dengan peringatan ayahnya tentang sekolah di Canada, karena ia yakin Chenle dan Jeno memiliki pemikiran yang sama dengannya sekarang.

Mereka tidak takut pada ancaman itu, toh mereka melakukan ini karena itu adalah kesalahan ayah mereka sendiri. Mereka akan menegakkan keadilan untuk Haechan hyung mereka, dan menghukum siapapun yang berani membuatnya sedih. Bahkan jika itu ayah mereka sekalipun.

'Papa, nantikan hukuman dari kami. Kau akan menyesal karena telah membawa jalang itu kemari.' batin ketiganya.

_______

To be continued

AKHIRNYA YAWLA MASUK KONFLIK TERHURA AKU TU

Nantikan kelanjutannya hanya di channel ini :)

Bagi yang mau berdonasi ini nomornya 089618726827 atau bisa juga melalui aplikasi dana
   

[END]Mom For UsWhere stories live. Discover now