-08.Rooibos-

238 45 0
                                    

'Fuck!' Draco dan pikirnya kacau. 'Bukankah orang tadi adalah orang yang sama dengan si bodoh yang ada di ritual? Karena -bloody hell, tidak mungkin ada seseorang dengan rare case berkeliaran bebas macam dia, selain dia tentunya.'

'Sialnya aku tak bisa mengalihkan pandanganku, karena sungguh aku penasaran akan motif orang ini.' Lanjutnya dalam hati lagi, melihat orang tadi mengambil dua cangkir teh oolong hangat dengan senyuman bodoh, dan berpamitan setelah meminta maaf padanya.

Begitu akhirnya moodnya hancur. Sebenarnya tak ingin berlama-lama di acara macam ini, karena posisinya tidak penting-penting amat kan disini? Tapi ia tak bisa menolak permintaan ibunya yang selalu mendesaknya untuk menghadiri rumah duka keluarga yang menggunakan jasa kremasi mereka. Dalihnya sebagai salah satu cara mempertahankan keberlangsungan usaha mereka bla-bla, tetapi ia tahu niat asli ibunya hanya untuk membuatnya berinteraksi dengan manusia lain. Seharusnya bisa saja ia pergi ke kantornya, atau paling tidak kalau diam di rumah ia bisa mengerjakan satu atau dua dokumen yang sekretarisnya berikan kemarin-kemarin. Bukan malah ngobrol tak penting atau sekedar setor muka disini.

Atau diajak –paksa- ngobrol oleh seorang wanita muda berapi-api yang tiba-tiba datang padanya. Apa tadi namanya? Herme? Hermon? Ah, Hermione. Ia tahu benar gesture macam wanita ini. Salah satu tangannya menggenggam papan tulis kecil dengan kertas bertuliskan pertanyaan-pertanyaan berantakan. Satunya lagi? Wow- alat perekam? Dia ini ingin wawancara atau interogasi, sih? Pikir Draco. Tapi, ia putuskan untuk meladeni saja, 'demi kelanjutan perusahaan'. Sedikit senyum bisnis rasanya tidak buruk.

"Keberatan meluangkan waktumu sebentar?" Mulai si wanita berbasa-basi.

"Uh, tidak. Aku hanya heran. Jarang-jarang orang mewawancaraiku langsung di rumah duka."

Si wanita –Hermione ini tetap saja menunjukkan senyum bisnisnya. Berusaha menampik kalimat sarkasme Draco. Sepertinya dia tidak buruk. Jadi, ia mempersilahkan Hermione memulai pertanyaannya. Seperti biasa pertanyaan basa-basi di awal. Draco tak sabar, dimana pertanyaan-pertanyaan berpeluru wanita ini? Apakah sudah setengah jalan, atau di pertanyaan berikutnya-

"Jadi, apa sebenarnya ide awal kalian membuka usaha macam itu?"

This is it.

"Um... Itu ide ayahku. Dia punya semacam issue dulu tentang kematian kawan baiknya. Katanya kasihan kalau membayangkan tubuh dinginnya tertanam dan membusuk di dalam tanah. Terdengar menyeramkan atau aneh memang. Tapi bisa kau simpulkan sebagai alasan pribadi. Dan kalau bisa membantu finansial keluarga kami, kenapa tidak?"

"Okay, tapi bukankah kalian sudah- maksudku jauh sebelum krematorium ini, bukankah perusahaan utama kalian sudah punya nama? Bahkan kudengar sudah banyak yang bergabung, dan sampai sekarang kau memimpin salah satunya, benar?"

Wah dia banyak tahu, tapi sok tahu juga.

"Ah, iya benar begitu. Tapi semua kembali ke alasan awal-alasan pribadi ayahku. Jadi, tak ada yang sanggup melarangnya. Kau tahu, sesuatu semacam 'teman yang sudah seperti saudara sendiri'."

"Begitu. Aku turut berduka. Lalu, kenapa kalian membukanya dekat dengan manor?"

"Hmm.. sebenarnya itu dimulai dari usaha sampingan yang kecil-kecilan. Jadi, ayahku memutuskan untuk mengembangkannya disana. Lagipula, area manor kami masih menyisakan lahan yang cukup untuk semua itu."

"Hm.. begitu." Kata si wanita, sambil mengorak-arik pulpennya diatas kertas catatannya.

Lalu, ia pergi begitu saja setelah berucap 'Terimakasih telah meluangkan sedikit waktumu, Mr.Malfoy! Aku akan gunakan informasi ini dengan bijak! Haha.' Draco sekali lagi hanya memberikan senyuman kecil, senyuman bisnisnya. Lalu mengambil kunci Merci hitamnya dari salah saku kiri celana, menghabiskan minumannya, lalu beranjak pergi.

AURAWhere stories live. Discover now