Tentang Sebuah Pertemuan

71 1 0
                                    

Raga yang terpaut ruang dan waktu sudah pasti dirundung rindu. Di kala rindu tengah mengusik, sudah sepatutnya jika pertemuan menjadi sebuah jawaban. Setidaknya itu yang sedang dinanti oleh Anisa, menantikan sebuah pertemuan dengan Bayu. Sahabat yang sudah lama tidak dia jumpai, mungkin sekitar dua tahun telah berlalu.

Sebuah jeda yang cukup mengundang tanda tanya sejujurnya. Bayu sempat pergi tanpa mengucap kata berpisah. Memang tidak selamanya dalam persahabatan akan terus terbuka maupun untuk selalu bertemu satu sama lain, ada kalanya komunikasi itu mulai renggang. Lagi pula persahabatan ini bukan hanya tentang Anisa dan Bayu saja, melainkan masih ada Roni, Dimas, Diana, dan juga Salma.

Tapi tidak ada yang tahu bahwa Anisa memiliki tempat khusus untuk Bayu, sebuah perasaan yang dia jaga tanpa memberitahu siapapun. Dengan demikian dia bisa berada di sekitar Bayu dengan baik, tanpa curiga, dan tanpa harus khawatir akan canggung.

Tapi Anisa sempat kehilangan kepercayaan dirinya disekitar Bayu, ketika Fisa yang juga merupakan teman sepermainan antara dirinya dengan Bayu mengadukan sesuatu yang bahkan tidak pernah dibayangkan oleh Anisa sebelumnya. Dia lupa kalau dia telah menceritakan rahasia besarnya kepada Fisa yang dia pikir bisa menjaga rahasianya.

Siang itu ketika mereka hendak pulang bersama, tanpa disangka Bayu menanyakan sesuatu yang membuat Anisa bingung kepalang karenanya.

"Nis, katanya Fisa kamu sama aku ya ?" sebuah lontaran pertanyaan yang bagaikan petir di siang bolong bagi Anisa

Pertanyaan yang singkat dan cukup jelas untuk pura-pura tidak didengar oleh Anisa. Meski demikian Bayu berusaha mengatakannya tanpa sepengetahuan yang lainnya. Anisa terdiam, wajahnya terasa memanas. Dia tidak bisa memastikan apakah wajahnya berubah menjadi merah atau tidak, yang jelas dia kebingungan menghadapi pertanyaan Bayu yang pada dasarnya memang benar. Jika dia bisa memilih dia akan langsung menghilang dari hadapan Bayu saat itu juga. Tapi apa daya, dia tidak memiliki kesempatan itu. Diam juga tidak akan menyelesaikan apapun, Anisa mencoba menjawab dengan yakin.

"Kenapa kamu berkata begitu, kamu tahu sendiri bagaimana Fisa jika sedang bergurau." Elak Nisa yang masih berusaha mencari jawaban yang aman.

Menanggapi jawaban Anisa, Bayu tertawa sinis. Entah itu tawa dengan maksud yang bagaimana. Apakah dia meremehkan perasaannya atau dia menertawakan dirinya sendiri yang menanyakan hal itu. Semenjak kejadian itu, jujur saja Anisa menjadi waspada dan kalut sendiri. Setiap dia bertemu Fisa, dia masih tidak mempercayai apa yang terjadi. Dia tidak bisa menyalahkannya, karena pada kenyataannya memang demikian. Selain itu tidak ada kesepakatan antara dirinya dan Fisa untuk tidak menguak rahasia tersebut.

Tapi itu semua adalah kejadian di masa lalu, memang sempat sikap Bayu sedikit berubah dan hubungan mereka menjadi berjarak. Anisa sempat kalut karenanya, bahkan mempengaruhi pikiran dan perasaannya. Tak jarang air mata juga kerap menyertai, berharap semuanya akan kembali seperti semula. Meski begitu, perubahan keduanya itu tanpa disadari yang lainnya. Karena ketika mereka bersama semuanya baik-baik saja, tapi tanpa mereka tahu hal itu membutuhkan beberapa waktu untuk Bayu dapat bersikap seperti biasa kepada Anisa, dia bersyukur akhirnya keadaan kembali membaik seperti semula. Anisa mencoba meyakinkan dirinya bahwa dia tidak akan serakah dengan perasaannya itu, karena tidak ada yang lebih berharga dari pada persahabatannya dengan Bayu dan yang lainnya.

Namun, untuk jeda kali ini bukanlah karena masalah perasaan itu, entah apa yang membuat Bayu lambat laun kian menjauh dan jarang untuk mau bertemu. Dia sudah menemukan teman barunya. Meski banyak tanda tanya yang terlintas di benak Anisa dan sahabat-sahabatnya, itu semua tak kunjung mendapat jawaban. Jujur saja Anisa sempat merasa bersalah, apakah dia menjauh karena perasaannya itu ? Tapi sejauh ini dia tidak melakukan sesuatu yang di luar batas, tapi entahlah ini semua terlalu semu untuk dipahami.

TENTANG HATIWhere stories live. Discover now