Sate Usus

751 16 1
                                    

Aku telah selesai berkutat dengan pekerjaanku di kantor, sekarang sudah waktunya untukku pulang. Aku mematikan komputer yang penuh dengan data-data, lalu merapikan berkas-berkas yang berserakan di atas mejaku. Setelah itu, aku mengambil jaket dan mengenakannya, kemudian bergegas pulang.

Suara ketukan hak tinggi milikku memecah keheningan malam. Aku berjalan dengan santai menuju rumahku yang berjarak lumayan dekat dengan kantor. Di tengah jalan, aku memutuskan untuk mampir di salah satu kedai sate yang tidak pernah sepi pembeli. Aku akui, di sini rasa satenya benar-benar sangat lezat, terlebih rasa sate usus yang menjadi menu favoritku.

"Halo, selamat malam," sapa salah seorang pramusaji yang kebetulan lewat di depanku.

Aku tersenyum, "selamat malam," sahutku.

"Silakan duduk," ucapnya dengan nada sopan.

Aku mengangguk, kemudian duduk di bangku yang kosong. Selang beberapa saat, seorang pria paruh baya yang kuketahui adalah pemilik kedai ini datang menghampiriku.

"Mau pesan apa Nona?" tanyanya. Di kedai ini, bukan hanya pramusaji yang melayani pembeli. Namun, terkadang pemilik kedainya juga turun tangan seperti sekarang.

"Biasa Pak, sate usus satu porsi," jawabku.

"Makan di sini atau dibungkus?"

"Makan di sini aja Pak."

Beliau mengangguk-angguk sambil mencatat pesananku di buku catatan kecil.

"Nona ... sekarang kami mengadakan promo menu sate usus special dengan ukuran jauh lebih besar. Apa Nona tertarik mencobanya?" tanyanya lagi.

Mendengar kata "besar" membuat mataku berbinar, sontak aku langsung tertarik untuk mencobanya.

"Boleh, saya tertarik untuk mencobanya ... tapi, sebelum itu saya ingin tahu harganya berapa?" Meskipun tertarik, aku harus memastikan apakah harganya ramah di kantong atau tidak.

"Harganya sama seperti sate usus biasa Nona karena kami lagi mengadakan promo."

"Kalau begitu baiklah, saya pesan sate usus special satu porsi."

Pemilik kedai itu tersenyum, "baik Nona," sahutnya, kemudian melenggang pergi menuju dapur.

Selagi menunggu, aku mengambil ponselku dan membuka media sosial. Beberapa pemberitahuan ku abaikan, aku lebih memilih menscroll beranda instagram yang banyak memuat berita orang hilang.

Tidak terasa akhirnya pesananku datang. Aromanya benar-benar menggugah selera.

"Silakan Nona," kata pemilik kedai itu.

"Em, terimakasih Pak," sahutku. Pemilik kedai itu mengangguk, kemudian kembali ke dapur.

Aku menatap sate usus di depanku dengan tatapan lapar. Seperti kata pemilik kedai tadi, sate usus ini benar-benar berukuran besar.

"Apakah ini usus sapi?" batinku bertanya.

Untuk mendapatkan jawabannya, aku memutuskan untuk memakannya. Satu suapan meluncur ke mulutku.

"Em, ini bukan usus sapi," gumamku.

Aku sudah pernah memakan usus sapi, jadi aku tahu rasanya seperti apa. Ini pasti bukan usus sapi karena rasa usus sapi tidak seperti ini. Kira-kira binatang apa yang ususnya selezat ini(?).

FOR NIGHTWhere stories live. Discover now