FOR NIGHT

Halusinasi

Kata ayahku, karena kurang tidur aku sering berhalusinasi, jadi untuk menjagaku dia selalu mengurungku di kamar.

Aku ingin menceritakan kejadian beberapa waktu yang lalu, saat jarum jam menunjukkan pukul 01:00. Kala itu, aku sedang duduk bersandar di pintu kamar sambil mengupas apel untuk di makan.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba mataku memberat karena kantuk. Lama kelamaan aku tidak bisa menahannya dan mulai tertidur.

Entah berapa lama aku tertidur, yang pasti sekarang mataku sudah mulai nyaman. Namun ketika aku membuka mata, aku dikejutkan dengan kehadiran ayahku. Belum sampai di situ, aku lebih terkejut lagi ketika merasakan kalau aku tengah berada di tengah hutan, tepatnya di pinggir jurang.

"Ayah, kenapa kau membawaku ke sini?" tanyaku.

Namun ayahku hanya diam, itu membuatku takut.

Kemudian ayahku melihat ke arahku sambil tersenyum menyeramkan, "ma ... ti."

Aku langsung membulatkan mataku sambil beringsut mundur. Namun ayahku langsung menarik tanganku dan mengarahkannya ke jurang, aku yang ketakutan berusaha melakukan perlawanan.

Di tengah ketakutan, aku melihat pisau yang tadi ku gunakan untuk mengupas apel, terletak tidak jauh dariku. Karena tidak ada pilihan, aku meraihnya dan menyayatkannya di lengan ayahku.

Jeritan pilu menggema di telingaku, aku tahu itu menyakitkan, tetapi aku sudah benar-benar tidak punya pilihan. Setelah tangannya putus, aku langsung mendorongnya ke jurang kemudian bergegas pulang.

Satu hari berlalu, aku tidak merasakan apapun.

Di hari kedua, saat malam tiba. Bayangan ayahku menghampiri kamarku.

Raut wajahnya begitu pucat, sungguh sangat memprihatinkan. Dia berjalan menghampiri nakas yang terletak di samping ranjangku dan meraih figura berisi fotoku, kemudian memeluknya erat sambil menangis tersedu-sedu.

Apa dia menyesal sekarang?

Aku mencoba bertanya, "ayah kenapa kamu menangis?"

Namun ayahku tidak bisa mendengarnya.

Ah ... aku baru sadar kalau kita beda alam.

Silakan berteori