2 : Drink Or Drunk?

14 5 0
                                    


Taehyung POV


Hari ini jam 9 malam, persis seperti kemarin aku melihatnya tengah mengumpat kecil. Hm, kebiasaan buruk memang tapi biarlah kurasa harinya memang benar-benar berat.

Senyum ayu yang kulihat pagi tadi, kini bersembunyi dibalik wajah cantiknya, terus terang seolah menyatakan senyumnya tak ingin ditampakkan pada saat seperti ini.

“Uhh sial sekali, sih”

Kurasa sudah kesekian kalinya aku mendengar dia mengumpat, dan konyolnya aku malah tersenyum akan hal itu. Terlalu penasaran entah apalagi yang ia lewati seharian ini sampai bibir mungilnya itu tak berhenti mengumpat sana-sini.

Jadi gemas kan, kalau begini.

“Malam Hee, baru pulang ya?”
Aku memberanikan diri untuk menyapanya duluan, toh kali ini niatku baik.

Tunggu aku memang selalu begitu, aku ini orang baik.

“Oh? Tae, hai malam juga.” Jawabnya terkesan cuek sembari melanjutkan langkah kecilnya mencapai gagang pintu.

“Hm, harimu buruk ya?”

“Apa? Ahh kau- itu aku…”

“Kau bisa berbagi cerita kalau tidak keberatan, tenang saja aku pandai menjaga rahasia, kok.” Ujarku diiringi senyum bangga.

Iya, oke. Aku memang kelewat percaya diri.

Setelahnya, kulihat ia hanya tersenyum segan tersirat dari kedua matanya bahwa dirinya enggan untuk membahasnya lagi.

“Hey, Kim kurasa kau bawa sesuatu untukku?”

“Iya, ini dari ibu.” Ku ulurkan keranjang kecil yang kubawa padanya, ia mengambil dengan antusias. Dilihat dari raut wajahnya yang nampak ceria, bisa saja dia menyukai kue yang ibu buat.

Sekarang, aku seperti berhadapan dengan gadis kecil yang kegirangan mendapat hadiah, Hyunhee seolah melupakan beberapa waktu lalu kalau ia telah merapalkan sumpah serapah entah untuk siapa.

“Terimakasih…”

“Tentu, akan kusampaikan pada ibu nanti, kalau begitu aku-“

“Tidak. Terimakasih untukmu, ya-- untuk bibi kim juga tentu saja”

Aku tersenyum menatapnya bermaksud membalas senyumnya sedetik lalu, “Untukku?”

“Iya, kau membantu ku banyak dua hari ini.”

“Haha, hey tak perlu begitu, itu sudah tugasku selaku-“

“Mau minum Bersama, tae?”

Tunggu apa? telingaku tidak salah dengar kan?


Minum yang seperti apa maksudnya?

***


“Cukup Park Jimin! Aku tidak mau tau, juga tidak peduli. Pergi sekarang!”

“Ji.. dengarkan aku dulu, ini tidak-“

“Tidak seperti yang ku bayangkan? Shut the fuck up, bastard!

Selepas aku meneriakinya, kututup pintu flat rapat-rapat tak lupa debuman pintu yang cukup membuat kupingku pengang.

Bersamaan dengan itu, rasanya beban dihatiku hilang begitu saja lenyap bersama presensi Jimin di depan pintu sana.

Sungguh kali ini aku tak bisa menoleransi alasan si Park sialan Jimin. Peduli setan siapapun dia untukku saat ini. Aku hanya lelah mendengar alasannya.

Banyak sekali alasan yang ia tumpah ruahkan padaku, sampai kurasa tidak ada lagi alasan yang dapat kupercaya dari bibirnya yang seksi itu.

Definisi playboy benar-benar pas disematkan untuknya. Sialan.

Sejenak kutarik nafas yang dalam guna menenangkan diri. Pun celoteh Jimin tidak lagi terdengar di luar sana. Ku rasa ia telah pergi dan lebih memilih menghabiskan semalaman suntuk dengan pacarnya.

Tentu saja pacarnya yang lain.

Kalau tidak ingat dia sepupu Hyunhee yang nyatanya masih temanku, kurasa aku sudah merencanakan pembalasan dendam berat untuk seorang Park Jimin.

Baru sepuluh menit, tiba-tiba ponselku bergetar, segera ku lihat siapa yang menelpon ku malam-malam begini. Sudah siap menolak panggilan jika memang benar  itu Jimin.

Namun, kutemukan nama lain yang tertera,

“Halo?” terdengar sapaan dari sebrang sana


Hi sweetie, tumben belum tidur? Kutebak kau pasti akan membayar janjimu bercerita malam ini?” tebakku asal.

“Astaga Jisa, berhenti memanggilku seperti itu, memangnya tidak ada panggilan lain!? ” Hyunhee terdengar jengkel, biar saja toh memang Hyunhee tipikal sasaran empuk untuk dijadikan korban kejailan.

Sorry, Hyun. Hehe.

“Kau benar-benar gadis pemarah Hyun, tidak takut jadi perawan tua, hah?”

“Sial. Jaga mulutmu- lagi pula apa urusannya dengan menjadi perawan tua !?” sewot Hyunhee

“Tentu saja, siapa yang mau mengencani perempuan bermulut kasar seperti mu ?” sungutku membalas Hyunhee.

“Lihat siapa yang bicara? Kau membicarakan dirimu sendiri, huh?”

“Hey ! siapa bilang ak—"

“Terserah. Aku menelponmu bukan untuk berdebat, ngomong-ngomong.” potong Hyunhee cepat.

“oke-oke lupakan, lalu untuk apa? Kuhajar kau besok pagi jika tidak penting sama sekali” sebenarnya hal yang baru hampir tengah malam begini Hyunhee menelponku tiba-tiba.

“A-aku bertengkar lagi dengannya—

Hyunhee memberi jeda, bisa kurasa dirinya ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

—dan mengajak orang asing untuk minum bersama, apa itu tidak masalah Ji?”

Wah, kalau begini sih, Hyunhee bukan hanya mengajak berdebat malam-malam, tetapi juga minta dihajar secara sukarela besok pagi.


Sabtu, 28 Nov 2020.


Well, Chap 2 finish ✨✨
Alur story ini kedepannya bakal lebih santai ya, ku kasih tipis-tipis moment setiap tokoh biar feel nya lebih dapet dan akrab ke kalian,, yaa semoga ya hehe.

Kalian pernah gak sih kebayang Taehyung yang begini kalau lagi bucin bakal gimana? ㅠㅠ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalian pernah gak sih kebayang Taehyung yang begini kalau lagi bucin bakal gimana? ㅠㅠ

So, i hope you enjoyed and liked the story 💜✨💜

See u soon, 💃








With ma deepest luv,
Brishine.

Sweet Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang