[HTMO] 22 - Unconscious Feeling

Start from the beginning
                                    

Biya menangkup wajah Tara dengan lembut.

"Kalau Mas capek, nanti bisa gantian sama Biya kok Mas."

Tara merasa tersentuh, dia jadi menghangat atas kata kata yang Biya lontarkan. Dia tidak menyangka kalau Biya akan seperhatian ini dengannya.

"Mas makan yuk? Aku masak barusan. Kita makan sama Dave ya Mas." Ajak Biya yang diangguki oleh Tara.

***

"Mah, Pah makan dulu yuk." Panggil Biya dari meja makannya.

Sementara itu Dave masih digendong sang Ayah. Beberapa kali dari hari ini Dave terus menangis tanpa sebab. Membuat Tara sedikit kerepotan karena Dave tak mau lepas dari gendongan Ayahnya.

"Mas, biar Dave sama aku. Kamu makan, aku udah siapin piringnya." Ucap Biya, sementara Dave masih mau jika Biya yang mengurusinya.

"Loh kok Tara doang yang disiapin piringnya, buat Mamah sama Papah mana?" Tanya Mamahnya.

"Bentar Mah, Tara ambilin." Sigap Tara, dia langsung pergi ke dapur dan mengambilkan dua piring lainnya untuk mertuanya.

"Kamu tuh gimana? Tara doang yang diurusin nih." Ceplos sang Mamah.

"Loh, aku juga ngurusin Dave, aku juga masak kok Mah." Ketus Biya, agak sedikit jengkel saat Mamahnya memojokinya.

"Iya iya, anak Mamah emang udah pantas berumah tangga, jadi kapan nih?" Goda sang Mamah. Sementara itu dari beberapa langkah Biya berdiri, ada Tara yang memperhatikan gerak geriknya begitu intens.

"Nanti, kalau udah ada jodohnya Mamah sayang." Jawab Biya sekenanya.

"Nak Dinan yang kemarin itu bukan pacar kamu?"

Biya menepuk nepuk punggung Dave perlahan sambil membiarkannya nyaman di posisinya yang bersender di pundak Biya. Biya sendiri heran kenapa orang tuanya mulai bertanya tentang urusan pribadinya, apalagi menyangkut tentang pasangan.

"Bukan Ayah, dia temen kantor Biya."

Ayahnya mengangguk mengerti, "Tara kenal juga?" Tanya sang Ayah ke menantunya. Sementara itu Biya merasa tak enak jika membahas hubungan antara Tara dan Dinan, karena sebegitu rumitnya urusan mereka. Apalagi mengingat Tara sempat cemburu atas kehadiran Dinan disisinya. Namun tak bisa dipungkiri, saat Aira meninggalkan mereka semua, Dinan lah yang paling menguatkan Biya, bukan dirinya.

"Temen Kuliah Yah.."

Ayahnya makin kebingungan, karena saat itu diantara mereka tak ada pembicaraan sama sekali.


Dinan is Calling ...

Biya kebingungan, disaat seperti ini Dinan seperti merasa terpanggil. Sepertinya Biya harus mematikan ponselnya saat ini. Mengingat dia juga sedang mengurus Dave, belum lagi membersihkan sisa makanan yang ada di meja.


***

"Kenapa nggak diangkat Bi? Aku khawatir, kamu gapapa kan?" Terdengar suara dengan intonasinya yang terburu buru. Dinan sudah 5 kali menelponnya di beberapa waktu lalu, namun Biya barus bisa mengangkat panggilan itu.

"Maaf, tadi habis mandiin Dave." Jawab Biya pelan.

"Tapi kamu gapapa kan?" Tanya Dinan memastikan.

How to Move on ─ TaeyongWhere stories live. Discover now