Part 12 : Behind Those Warm Eyes.

208 17 2
                                    

Judul lagu multimedia : Sasha Sloan : Dancing with Your Ghost.

✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨

✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Adalah sebuah kesalahan besar Jin Wook memutuskan ikut makan siang bersama Ha Na dan Kwon Yul. Dia dibuat harus menahan rasa cemburu karena kedekatan kedua orang itu.

Jin Wook sadar harusnya ia bersikap lebih dewasa. Kekasihnya dan Kwon Yul merupakan kawan lama. Satu manajemen. Semestinya hal-hal sepele tak membuatnya kehilangan kepercayaan pada Ha Na. Namun itu sebelum Jin Wook melihat apa yang ada dalam sepasang mata Kwon Yul.

Cara Kwon Yul menatap. Berbicara. Serta memperlakukan Ha Na. Itu jelas-jelas lebih dari sekedar teman lama.

Jin Wook tahu, karena seperti itulah caranya memandang Ha Na selama belasan tahun ini.

Memuja.

Jatuh cinta.

Sementara Ha Na sendiri, bukannya tidak tahu tentang perasaan kekasihnya. Ia sudah berusaha keras mencairkan suasana. Membuat Jin Wook dan Kwon Yul menjadi akrab. Namun dibalik senyum yang saling dilemparkan kedua pria itu untuk satu sama lain, Ha Na menyadari perasaan mengganjal di antara mereka.

Ketika akhirnya mereka selesai makan, Jin Wook sudah akan bangkit untuk membayar. Namun Kwon Yul menahan pria itu seraya berkata.

"Saya akan membayar karena saya yang mengajak" katanya sopan.

Sejujurnya, di luar rasa cemburunya pada Kwon Yul, Jin Wook sadar kalau pria itu pemuda yang sangat baik. Akan tetapi hal tersebut justru membuat Jin Wook semakin bertambah jengkel. Hal itu membuat Kwon Yul makin tampak sempurna.

Ketika Kwon Yul beranjak menuju kasir, Ha Na mengajak Jin Wook berbicara di luar halaman samping restauran yang sepi.

"Oppa, apa yang kamu lakukan tadi di dalam? Mengapa kamu tampak begitu kesal?" tanya Ha Na tanpa basa-basi.

"Serius kamu bertanya begitu?" Jin Wook mendengus. Memasukkan kedua tangannya dalam saku depan jaket parasut coklat tuanya.

"Oppa. Apa ini soal Se Inie?".

"Ya. Kamu bahkan memanggilnya dengan sebutan itu".

"Itu memang nama aslinya, dan begitulah kami memanggilnya".

"Benarkah? Tapi kenapa Manajer dan Asisten pribadinya tak memanggilnya demikian?" Jin Wook semakin ngotot.

Ha Na melemparkan pandangan tak habis pikir untuk Jin Wook. "Jangan bilang Oppa cemburu pada Se Inie?".

"Iya benar aku cemburu padanya. Aku tak suka setiap kali  kamu tersenyum begitu cantik dan mendengarkan candaannya sambil tersipu-sipu. Aku tak senang karena caranya menatapmu mengingatkan pada diriku, padamu, di masa lalu bahkan hingga sekarang. Katakan aku kekanakan namun ini perasaanku sesungguhnya".

Semua kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Jin Wook tanpa dia bisa menahannya.

Ketika sadar, ia menutup mulutnya sendiri memakai satu tangan. Ada rasa malu menyelip dalam dadanya.

Keheningan menggantung di antara mereka. Selama beberapa saat Jin Wook dan Ha Na hanya berdiri di tempat masing-masing. Saling pandang. Tak bergeming.

Ha Na membuat gerakan lebih dulu. Mendekati Jin Wook hingga tak ada lagi jarak di antara mereka. Menoleh sekilas ke sekitar, setelah memastikan aman dirinya tanpa banyak bicara mengalungkan kedua tangan ke leher aktor tampan tersebut. Sedikit berjinjit, lantas mencium bibirnya.

Selama sepersekian detik Jin Wook mematung ditempatnya berdiri. Mengerjap-ngerjapkan mata selama beberapa detik.

Sama seperti Ha Na. Lelaki itu selalu saja merasa tak siap menghadapi romantisme impulsif dari lawan jenisnya.

Ha Na membasahi bibir bawahnya. Sedikit menarik diri.

"Maaf sudah membuatmu cemburu, aku tak menyangka juga tidak tahu. Namun Oppa harus memahami satu hal siapapun yang sedang atau pernah bersamaku, mereka semua tidak sepadan dengan dirimu. Karena cuma Oppa yang ada di sini" Ha Na menunjuk dadanya. "....juga di sini" lalu kepalanya. "Jadi, percayalah padaku. Bisa kan?".

Terdiam selama beberapa detik. Jin Wook meraih Ha Na hingga tenggelam dalam dirinya. Sedikit membungkuk, tanpa ragu ia membalas ciuman kekasihnya. Dengan lebih panas serta rakus. Seakan ini menjadi jawaban atas permintaan Ha Na barusan.

Keduanya terlampau terlena pada keintiman yang terjadi di antara mereka. Ha Na menarik kerah jaket Jin Wook, keduanya berpelukan amat erat juga rapat. Seakan mereka tidak peduli pada hari esok.

Tanpa mereka sadari. Sepasang mata tengah mengawasi mereka dari kejauhan. Sorot dalam kedua irisnya dipenuhi kesedihan. Seraya mendesah panjang. Kwon Yul berkata lirih.

"Dasar bodoh. Bisa-bisanya berpura-pura kalau tak dapat menutupinya. Seharusnya dari awal kalian bicara jujur saja" tukasnya.

Ia mencoba tersenyum, namun ujung lidahnya terasa getir.

Sambil melirik ke arah kantung plastik hitam berisi beberapa kaleng bir di tangannya. Kwon Yul berkata. "Yah, sepertinya aku harus menghabiskan ini sendiri. Nanti".

Ia lantas memutar badan. Meski hatinya terasa pedih, namun ia tak mau memperlihatkannya.

Kwon Yul berjalan meninggalkan restauran dengan dagu terangkat tinggi serta dada membusung. Dia tak mau merasa kalah.

########

Terus ini kenapa genrenya jadi romance giniiiii 😂😂😂😂

Puk puk Kwon Se In. Maaf ya nak kamu harus jadi set boi macem Ji Soo atau Jin Pyeong #eh!

 


[ Completed!] Let Our Hearts Decide ( Fanfiction )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang