Part 2

943 15 28
                                    

"Apaan sih cowok tengik itu? Kurang kerjaan!" Dumel Melisa karena berulang kali melihat Leebin melepaskan tawanya ketika bertemu tatap dengan dirinya. Leebin masih berdiri di belakang kerumunan mahasiswa. Pria itu membenamkan wajahnya ke dalam topinya.

"Panas! Kapan sih mereka bubar?" Gumam Leebin. Bertanya-tanya sambil menatap arloji di pergelangan tangan kanannya.

"Woiiii! Buruan gantian wooi!" Teriak pria itu ke arah mahasiswa yang masih tetap berjubel tanpa perduli cuaca hari itu begitu terik, seraya menutupi kedua pipinya.

Beberapa orang mendengar teriakannya, yang bagian depan dan telah puas melihat papan pengumuman mulai bergeser ke belakang, berganti dengan mahasiswa lainnya yang ingin melihat papan pengumuman di sana.

"Dari tadi kek, gitu!" Leebin cemberut sambil membetulkan letak tas ransel miliknya di bahu kanannya. Mulai maju menerobos kerumunan manusia di depannya, kini hanya tinggal setengah dari sebelumnya. Dia tidak kesulitan menuju ke depan. Selangkah lagi dia mencapai papan pengumuman.

"Woiiii! Jangan dorong! Wooii! Kampret sial.. lan!" Berteriak tanpa melihat siapa yang sedang mendorong punggungnya, hampir saja dia terjungkal ke depan mencium tong sampah. Untung saja dia berpegangan pada tiang besi papan pengumuman tersebut. Lalu menoleh ke belakang, melihat Melisa berlenggang kangkung dengan santainya menatap papan nama di depannya. Gadis itu menyibakkan rambut panjangnya ke belakang. Dia mengenakan kaca mata hitamnya, masih meneliti papan pengumuman di depan matanya. Leebin mengerjapkan matanya berkali-kali, ternyata yang mendorong punggungnya adalah Melisa.

"Niat banget mau balas dendam." Dumel pria itu seraya berdiri tepat di sebelahnya. Cuek! Nggak peduli! Nggak mau tahu!

"Kamu bawa bolpoin nggak?" Melisa bertanya pada mahasiswa dan mahasiswi di sebelahnya. Namun tak satupun dari mereka yang mau menyahut pertanyaan darinya. Lalu menoleh ke kiri, melihat pria dengan headset pada kedua telinganya. Leebin! Ragu-ragu gadis itu menyentuh lengannya dengan ujung jari telunjuknya.

"Apa?!" Tanya Leebin sambil menoleh ke arah Melisa tanpa melepaskan headset pada lubang telinganya.

"Bolpoin." Ucap Melisa sambil menadahkan tangan kanannya.

Leebin menggelengkan kepalanya, mengabaikan Melisa lalu kembali melanjutkan untuk mencari namanya di kertas pengumuman.

"Dasar pria menyebalkan!!" Gumam Melisa sambil menarik headset dari satu telinga Leebin. "Bolpoiiiinnn!" Melisa berteriak hingga membuat telinga Leebin berdengung

"Kamu ini! Bikin kuping ku budeg! Dasar cewek bar bar!" Melotot sambil mengorek lubang telinga kanannya. Lalu memberikan bolpoin dari saku bajunya pada wanita itu. Sudah terbiasa terintimidasi oleh pria di sebelahnya, ucapan Leebin barusan dianggap angin lalu oleh wanita tersebut.

Melisa mencatat beberapa nilai temannya ke dalam note kecil yang dia bawa. Setelah selesai dia menoleh ke kiri untuk mengembalikan bolpoin Leebin yang masih di dalam genggaman tangannya. Bolpoin dengan lukisan bunga lavender. Juga tertera nama pria itu di sana. Lalebinlubin.

Dia melihat ke sekitar, ternyata pria itu telah pergi. Melisa melihat punggung Leebin. Pria itu telah keluar dari kerumunan manusia di sekitarnya. Melisa segera melangkah pergi untuk mengejar.

"Leebin! Leebiiiiiiinnnnnn!" Teriakan keras gadis itu tak didengar olehnya. Leebin sudah meluncur pergi dengan motor sportnya keluar dari halaman kampus.

"Dasar! Budeg! Dahlah aku bawa saja dulu." Umpat Melisa, dia masih menggenggam bolpoin milik pria itu, kemudian dia masukkan ke dalam tasnya. Gadis itu berniat pulang, setelah mendapatkan catatan dari papan pengumuman.

Dia melangkah menuju ke parkiran mobil di halaman kampus.

"Hai Mel?" Sapa Riki Yanuar teman satu kelasnya. Pria itu juga berniat pulang, melihat primadona kampus bibirnya gatal jika tidak menyapa.

Perfect Husband (Part Lengkap Di Dreame)Where stories live. Discover now