06 • Unexpected meeting

Bắt đầu từ đầu
                                        

Jiwon lantas menghela napas pelan. "Jiwon, Kim Jiwon" Jiwon beralih menatap Yuri di sampingnya "Dia putriku, Kim Yuri.

Hoshi akhirnya tersenyum simpul kemudian beralih menatap gadis kecil di sampingnya yang kini tengah asik melahap kue painya. "Hai Yuri, kenalkan aku paman Soonyoung." Ucapnya sambil mencoba membersihkan sisa makanan yang menempel di sekitaran mulut gadis kecil itu.

"Paman Son- siapa?" Tanya gadis itu terlihat kesulitan mengingat nama asli Hoshi.

"Soo, nyoung. Soonyoung" Hoshi berusaha membantu mengeja namanya sendiri pada gadis kecil ini.

"Aah paman Soonyoung ya. Kau sangat tampan Paman."

Pujian Yuri membuat Hoshi tersenyum bangga. Ia lalu mengusap pipi gembul Yuri gemas. "Kau juga cantik. Sama seperti ibumu."

Jiwon yang memdengarnya lantas mengalihkan pandangannya dan terlihat sedikit salah tingkah.

"Ya, ibuku memang cantik. Tapi semua orang bilang aku tidak mirip dengannya"

Yuri berucap membuat Hoshi sedikit melirik ke arah Jiwon seolah sedang membandingkan wajah kedua ibu anak itu.

"Benarkah? Tapi kupikir kalian cukup mirip kok." Ujar Hoshi membuat Jiwon mulai dirundung rasa gelisah entah mengapa.

Yuri menggeleng cepat. "Tidak Paman. Aku sepertinya lebih mirip Papa. Meskipun aku belum pernah melihat wajahnya."

Hoshi mengerutkan keningnya bingung dengan maksud perkataan Yuri barusan. Kenapa ia belum pernah melihat wajah Ayahnya? Apa itu berarti...

"Yuri-ah, kau tadi bilang sudah tidak sabar bertemu dengan teman-temanmu bukan? Sebaiknya kita pergi sekarang, ayo." Jiwon berdiri dengan gelisah. Ia dengan cepat meraih tangan Yuri untuk pergi.

Hoshi yang masih tak mengerti lantas ikut berdiri menyusul kedua ibu anak itu. "Jiwon!" Jiwon menoleh saat merasa tangannya tiba-tiba di cegat. "Apa aku membuatmu tak nyaman?" Tanya Hoshi bingung. Ia tak bisa memikirkan pertanyaan lain selain itu.

Jiwon menggeleng cepat. Ia juga tengah kebingungan harus menjawab apa "Hoshi aku..."

"Soonyoung, aku ingin kau memanggilku Soonyoung seperti di awal tadi."

Jiwon terdiam kaku. Ia merasakan desiran aneh menjalar ke seluruh tubuhnya ketika Hoshi menyebut namanya sambil mengeratkan genggamannya pada lengannya. Bodoh, nampaknya aku sudah kehilangan akal. Jiwon mengutuk dirinya sendiri sambil mencoba mengembalikan kesadarannya.

"Aku harus pergi." Jiwon mencoba melepaskan tangan Hoshi dari lengannya.

"Aku akan mengantar kalian." Hoshi terlihat mengupayakan segala usaha agar dirinya bisa berlama-lama dengan wanita yang entah sejak kapan sudah mengambil perhatiannya.

"Tidak perlu. Aku tahu kau orang yang sibuk. Sekali lagi terimkasih untuk hari ini." Jiwon mengakhirinya dengan membungkuk sedikit kemudian berlalu pergi.

Meski ada sedikit kekecewaan melihat punggung Jiwon yang semakin menghilang bersama gadis kecilnya, entah mengapa Hoshi terlihat begitu senang bisa bertemu dengan wanita itu lagi. Hoshi sampai tak bisa menyembunyikan senyumnya ketika wanita itu bahkan sudah tak bersamanya lagi.







•××ו






"Apa? Nenek sungguh sudah ada di rumah? Oh nek, aku kan sudah bilang aku baik-baik saja tinggal berdua dengan Yuri. Kenapa kau repot-repot ikut kemari?"

"...."

"Ah baiklah jika itu memang maumu. Aku akan menjemput Yuri setelah pulang kerja."

"...."

"Kalau begitu aku kerja dulu, nek. Eung, sampai ketemu di rumah."

Jiwon menghela napas berat saat sambungan telepon sudah terputus. Hari ini neneknya nekat menyusulnya ke Seoul dan berencana ingin ikut tinggal bersama dia dan Yuri. Meski Jiwon sudah berkali-kali melarang neneknya untuk tidak perlu datang dengan mengatakan dia dan Yuri baik-baik saja, namun neneknya tetap memaksa. Jiwon sampai kehabisan akal untuk mengalahkan rasa cemas neneknya yang ia rasa terlalu berlebihan. Alhasil, ia pun mau tidak mau harus menyerah dengan keputusan neneknya untuk ikut tinggal bersamanya dan memilih meninggalkan rumahnya di Ulsan untuk sementara waktu.

"Jiwon!" Suara seorang wanita yang tak lain adalah teman kerjanya membuat Jiwon sedikit terkejut. Pasalnya wanita berambut bop itu hanya menampakkan sebagian tubuhnya di balik dinding sembari memanggil Jiwon dengan seringai yang terlihat sedikit cringe. "Ada seorang pelanggan yang mencarimu. Katanya dia ingin kau yang melayaninya." Kata wanita itu sedikit bersemangat.

Jiwon hanya mengangguk paham sambil menggaruk punggung kepalanya yang tidak gatal. Ia merasa bingung juga penasaran mengenap siapa kiranya pelanggan yang sedang mencarinya. Ia baru beberapa hari bekerja disini dan seingatnya baru sedikit pelanggan yang pernah ia layani. Bahkan seingat Jiwon tidak ada satupun pelanggan yang menggapnya spesial, atau ingin menandainya sebagai pegawai yang ingin ia temui kembali. Jadi dirasanya sungguh tak mungkin ada pelanggan yang seperti itu.

Dengan penuh rasa penasaran, Jiwon pun berjalan menemui pelanggan yang di maksud rekannya tadi. Saat itu pula matanya bertemu dengan netra seorang lelaki yang begitu dikenalinya sedang duduk santai di ruang tunggu bersama creative director salon yang ia tempati bekerja saat ini. Hoshi, lelaki itu kini melambaikan satu tangannya ke udara sembari tersenyum manis ke arah Jiwon. Jiwon bertanya-tanya ada gerangan apa seorang model terkenal ingin menemuinya sampai harus ke tempat kerja. Dan lagi Jiwon sangat yakin ia tidak pernah bilang bahwa ia bekerja di salon ini pada lelaki sipit itu. Lantas darimana dia tahu tempat kerjaku?

"Jiwon, kemarilah." Wanita setengah baya itu tersenyum sembari mempersilahkan Jiwon duduk di sebelahnya. "Kau tahu dia siapa kan?" Sambil melirik ke arah Hoshi di depannya. "Hoshi bilang kau pernah meriasnya sekali dan ia sangat menyukai hasil kerjamu. Dia menawarimu untuk menjadi makeup artis pribadinya. Apa kau bersedia?"

"Apa?" Jiwon terkesiap. Otaknya masih berusaha mencerna setiap perkataan dari wanita bersurau hitam di sebelahnya. Matanya beberapa kali melirik Hoshi kemudian melirik wanita di sampingnya bergantian dengan tatapan bingung. Ia tidak salah dengar bukan? Hoshi menawarinya menjadi makeup artis pribadinya? Tapi kenapa?

Wanita disebelahnya hanya tertawa pelan. "Sepertinya dia sangat terkejut dengan tawaranmu yang tiba-tiba ini, Hoshi-ssi"

Hoshi pun ikut tertawa dan mulai menyesap teh di depannya. "Aku bersungguh-sungguh Nona Jiwon. Jadi, apa kau bersedia menjadi makup artisku?" Tanyanya dengan senyuman yang sulit Jiwon diartikan.

Jiwon berpikir sejenak sembari menatap netra lelaki di depannya yang juga tengah menatapnya lekat. Tentu bukan tanpa alasan Hoshi sampai mendatanginya kemari hanya untuk memberinya sebuah tawaran kerja. Jiwon sangat yakin ada satu dan hal lain yang tidak diketahuinya mengenai alasan dari perekrutan dirinya yang terlalu tiba-tiba ini.

Meski begitu, ini sebenarnya menjadi kesempatan yang bagus untuk Jiwon. Menjadi makup artis Hoshi sama halnya dengan ia bekerja dan menjadi bagian dari perusahaan PLEASE entertainment, yaitu perusahaan yang juga menanungi Hoshi, dan itu memang tujuan Jiwon sejak awal. Jiwon tampaknya tidak perlu berusaha lebih keras lagi agar bisa bekerja disana, karena ternyata Hoshi sendirilah yang sudah membukakan jalan baginya. Entah Jiwon harus berterimakasih atau meminta maaf pada lelaki ini nantinya, ia tak tahu. Yang terpenting adalah tujuan awalnya untuk mengungkap suatu kebenaran mungkin sedikit lagi akan menemui jalannya. Meski kebenaran itu sudah pasti ikut melibatkan lelaki di depannya.







Tbc.

BAD TEMPER • (KWON SOONYOUNG)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ