"Iya, lo bisa mati kalau makan ini udang," kata Felix yang dengan seenak jidatnya menarik ujung rambutku.

"Sakit!"

"Balik ke paviliun sana. Minum air putih aja lo malam ini, besok masih hidup. Dari pada makan udang terus nggak bernyawa di sini," kata Felix sadis.

Aku menatap Felix dengan tatapan mata tajam. "Nggak mau! Mbok Ani lagi masakin dadar telur buat gue!" seruku tidak terima melewatkan makan malam gratis.

"Terserah lo deh," ujar Felix yang meninggalkanku di meja makan. Dia berjalan menuju tangga, menuju lantai dua.

Aku mengernyit heran dengan reaksi Felix. Raut wajah Felix terlihat sangat-sangat lelah, seperti sedang banyak pikiran. Bahunya yang biasa tegap juga sedikit layu.

Mbok Ani kembali dengan sepiring telur dadar. Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Mbok Ani. Selanjutnya, aku memindahkan nasi, tahu dan tempe ke dalam piringku. Sebelum Felix turun, aku sudah harus kembali ke paviliun, tidak enak jika lagi makan terus diusir oleh Felix.

"Mau kemana?"

Langkah kakiku berhenti saat mendengar suara berat Felix. Ketika berbalik, aku melihat Felix menuruni tangga. Dia masih belum berganti pakaian, hanya lengan kemejanya digulung hingga siku.

"Makan di sini saja," tutur Felix kemudian.

Aku menatap Felix dengan tidak yakin. Takut-takut telingaku berubah jadi budeg seketika dan salah dengar.

"Duduk Zem, makan itu sambil duduk!" perintah Felix kemudian. Oke! Aku nggak salah dengar rupanya.

Felix duduk di kursi yang ada di kepala meja makan, sementara aku duduk di sebelah kanan Felix. Aku memperhatikan Felix yang mengambil nasi dan mengisi piringnya dengan lauk dan sayur.

Aku tahu Felix paling suka dengan udang, dia penggemar berat seafood. Dulu, saat berpacaran denganku Felix tidak pernah bisa mengajakku makan seafood, alhasil dia selalu pergi makan sendirian, atau aku hanya duduk menontonnya seperti sekarang.

Apa yang lo pikirin Zem!

Aku menyadarkan diriku sendiri. Bisa-bisanya aku mengenang masa lalu bersama Felix dulu. Kalau Felix tahu, dia pasti akan menertawakanku hingga mengompol.

"Besok-besok jangan masa udang lagi Mbok," ucap Felix

Tersedak! Tempe yang sedang aku makan nyangkut karena kaget mendengar ucapan Felix pada Mbok Ani. Tidak ada elit-elitnya, bukan tersedak daging, aku justru tersedak tempe.

Aku meminum air dengan rakus, mencoba mendorong si tempe dengan air. Mataku terus melirik kea rah Felix yang tidak peduli denganku. Sepertinya, aku mati tersedak di depannya, udang di atas piringnya tetap lebih menarik.

"Makanya, makan itu dikunyah. Jangan asal telan saja." Sepertinya Felix benar-benar sudah kehilangan tulang rahangnya. Dia berkata demikian dengan santai dan tanpa beban.

Aku hanya mendengus pelan saja. Melanjutkan kegiatan makan yang tertunda. Diam-diam aku terus melirik ke arah Felix.

"Sudah mengabari keluarga lo? Mereka pasti panik dan khawatir." Tiba-tiba Felix bersuara, nada suaranya terdengar bersahabat di telingaku.

Kepalaku menggeleng pelan. "Nggak berani, kalau mereka datang terus maksa gue pulang gimana?" tanyaku dengan tatapan mata memelas. Takut kalau Felix menggunakan kesempatan ini untuk mengusirku.

"Terus? Lo mau selamanya sembunyi begini? Lo nggak sayang sama keluarga lo?" Nada suara Felix mulai menaik, itu sudah lampu kuning untukku hati-hati.

"Nanti gue kabarin. Tapi ... gue nggak akan bilang tinggal dan kerja dimana," jelasku yang akhirnya mengalah. Felix benar, aku tidak mungkin selamanya mengandalkan Felix seperti ini.

Felix menyelesaikan makannya, dia bangun dari duduknya. "Jangan terlalu keras kepala. Selamat malam, Zem." Felix mengusap pelan kepalaku, membuatku terbengong-bengong kaget.

Aku berbalik melihat Felix yang berjalan menaiki tangga. "Itu barusan Felix? Atau dia kesambet?" tanyaku heran dan panik. Aku bergidik ngeri membayangkan bahwa yang tadi itu bukan Felix, hanya makhluk halus yang meminjam Felix.

"Takut!" seruku yang langsung berlari meninggalkan ruang makan. Aku keluar melalui pintu samping dan melewati garasi yang kosong menuju paviliun. "Eh mobilnya nggak ada?" tanyaku pada diri sendiri.

"Apa sudah dibawa ke bengkel ya?" gumamku. "Mak!" pekikku takut saat kaleng cat di ujung garasi terjatuh tiba-tiba. Aku langsung masuk ke dalam paviliun saat mendengar suara meongan kucing oren.

Do'aku malam ini, aku bisa tidur dengan nyenyak!

💌💌💌

Ramaikan guys!
Aku udah mulai aktif nulis lagi nih!
Aku usahain buat rajin-rajin update kayak dulu~


Rumah Mantan (Selesai)Where stories live. Discover now