: [06] m3rd3! :

601 161 41
                                    

[sh*it!]

•••

Rose mengembuskan napas lega begitu melihat sebuah villa besar yang di depannya ada banyak karangan bunga yang bertuliskan 'Happy Wedding Dita & Tama'. Artinya dia tidak perlu lagi stuck di mobil bersama Jendra dan dia bisa segera meminta penjelasan dari Lisa yang sejak kemarin masih mematikan handphonenya.

"Ya, udah sampe di venue." ucap Jendra setelah memarkirkan mobilnya di bawah pohon yang cukup rindang.

Rose mengangguk lalu mulai mengeluarkan pouch berisi peralatan make-up miliknya dari dalam tas. Mereka terpaksa berangkat pagi karena Jendra adalah tamu yang sudah dianggap seperti keluarga Bagas jadi Jendra juga akan menghadiri prosesi akad nikah adik Bagas. Karena itulah Rose tidak sempat berdandan karena dia juga telat bangun. "Kamu kalo mau keluar aja. Ketemu sama keluarganya Bagas atau ngapain gitu." ucap Rose. Sebenarnya dia ingin mengusir Jendra, tapi karena sekarang dia ada di dalam mobil Jendra setidaknya dia harus tahu diri.

Jendra tersenyum. "Gak pa-pa, aku tungguin."

Rose memutuskan untuk tidak mempedulikan Jendra yang sedang memandanginya dari samping dan fokus pada riasannya. Setelah menyudahinya dengan memulaskan lipstick pada bibirnya, Rose memasukkan kembali peralatannya ke dalam tas lalu menoleh ke arah Jendra yang saat ini sedang bengong.

"Ndra!" Rose melambaikan tangannya di hadapan wajah Jendra. Membuat Jendra tersadar dari lamunannya.

"Eh, iya."

"Ayo turun. Katanya acaranya jam sembilan, kan? Sekarang udah jam sembilan kurang lima."

"Ayo."

•••

"Ya ampun, Jendra. Kamu apa kabar, sayang?" tanya Ibu Bagas sambil memeluk Jendra erat.

Jendra tersenyum. "Baik, Tante. Mama nitip salam. Katanya maaf gak bisa dateng soalnya masih di Bali."

"Tenang aja, Mama kamu udah ngabarin Tante, kok." Ibu Bagas tersenyum sambil melirik Rose. "Aih, sekarang udah gak sendiri lagi, toh. Udah ada yang bisa digandeng."

Jendra dan Rose tertawa kecil lalu saling bertatapan dengan canggung. Oke, sepertinya mereka juga harus bermain peran hari ini. Karena tidak mungkin mereka bilang 'Saya bukan pacar Jendra, Tante. Saya dateng ke sini buat jemput temen saya yang gak nurut sama saya', kan?

"Rose, Tante." ucap Rose sambil mengulurkan tangannya pada Ibu Bagas.

Ibu Bagas menjabat tangan Rose dengan senyum ramah di wajahnya. "Kamu cantik sekali, sayang. Jendra seleranya tinggi banget ternyata."

Rasanya Rose ingin sekali tertawa mendengar komentar Ibu Bagas. Rose yang cantik kenapa malah Jendra yang dipuji? Bisa-bisanya seperti itu.

"Makasih, Tante." jawab Jendra. "Oh iya, Bagas lagi dimana ya, Tan?"

"Bagas lagi di dalem sama Lisa. Kamu pasti udah tau Lisa, kan? Pasti sering ketemu di restoran." ucap Ibu Bagas.

Jendra dan Rose kompak mengangguk. "iya, Tante. Kebetulan Rose ini temennya Lisa dari—"

"Dari dulu waktu kuliah di London." sela Rose.

"Ya ampun, udah cantik, pintar lagi sampe bisa kuliah di London. Pantesan aja Jendra milih kamu."

Rose hanya tersenyum. "Makasih, Tante."

"Yaudah, kalau gitu kalian masuk aja dulu gabung sama Bagas. Nanti acaranya di taman belakang, ya. Tante tinggal dulu mau ke tamu-tamu yang lain."

(un)expecting the unexpectedWhere stories live. Discover now