11. What's in Aeropacific

175 52 10
                                    


"Bahkan jika aku melakukan apapun cara untuk mengembalikan ingatanku kembali, sepertinya itu akan sia-sia. Karena kekeras kepalaanku, sudah menutup hatiku untuk berpikir murni." — Park Jisung, 2020.


Happy reading



"A-apa—?!"

Jeno mengangguk dengan wajah lesunya. Ia menatap jam itu dengan tatapan nanar, "gue semakin yakin kalau Park Jisung pemilik Aeropacific itu adalah Jisung dulu."

Hyerin masih terdiam, meraih jam tangan itu lalu diamatinya rinci. Mengecek seluruh sisi bagian jam itu untuk kembali memastikan itu memang benar mesin waktu milik Jisung-nya dulu.

Bentuknya tak jauh berubah seperti setelah pertarungan di Arzet beberapa tahun lalu, hanya beberapa bagiannya sudah di perbaiki. Gadis itu tersentak saat bagian kulit belakang jam itu terdapat bercak darah. Ia buru-buru menajamkan penglihatannya pada bagian itu.

"What's wrong?"

Huang Hyerin mendongak, kemudian jari tangannya menunjuk bercak darah itu. "Lihat Jen, ada bercak darah."

Lee Jeno melebarkan matanya lalu menatap bercak darah itu. Lelaki itu merutuk, sudah dua hari jam tangan itu bersamanya, namun kenapa ia sama sekali tak menyadari adanya bercak itu. Dengan cepat ia langsung menjentikkan jarinya, "great! Itu bisa kita bawa ke lab buat samain DNA-nya Jisung."

Hyerin mengangguk, kemudian ia terdiam berpikir. "Tunggu, lo punya DNA-nya Jisung?"

Lelaki itu tampak terdiam, berpikir sesuatu. "Gue bisa minta beberapa data dari Jisung yang sempat terdaftar di Korea. Dan kayaknya itu nggak perlu waktu lama."

Huang Hyerin menghela napas panjang, "tapi lo yakin dapet DNA-nya? Setau gue, Jisung itu orang yang cukup hati-hati buat nggak memberikan DNA-nya sembarangan." Kemudian gadis itu terdiam, mengingat-ingat sesuatu.

"Kayaknya tujuan lo jangan ke Seoul, tapi ke Jeju."

Lee Jeno mengerutkan keningnya, "apa pernah Jisung tinggal disana?" Setaunya, Jisung lahir dan tumbuh besar di Seoul. Dulu sekali, ia sempat mencari tau dari mana Jisung berasal dan dibesarkan, karena ia penasaran bagaimana seorang bisa sangat pandai dalam membuat benda mustahil. Mesin waktu contohnya.

Gadis itu mengangguk, "dia pernah cerita, tapi waktu itu gue kira dia bohong, jadi nggak terlalu dipeduliin."

Semenit mereka saling terdiam, berkutat dengan pikiran masing-masing. Jeno yang kebingungan bagaimana cara mendapatkan data di Jeju karena ia tak punya akses masuk kesana. Dan Huang Hyerin yang berkutat dengan memori masa lalunya.

Keheningan mereka terhenti saat Xiao Dejun meneriakkan nama Hyerin dari depan pintu ruangan milik Lee Jeno.

"Hyerin?"

Sontak Hyerin langsung menoleh dan menatap Xiaojun.

"Kenapa?"

Xiaojun tersenyum, "Lee Jeno, bisa saya pinjam Huang Hyerin sebentar?" Tanya lelaki itu sopan.

Lee Jeno mengangguk, "silahkan. Saya sudah tidak butuh."

"JENO!" Gadis itu menatap Jeno tajam, setelah itu melengos dan pergi meninggalkan ruangan itu dengan langkah tidak santai.

"Ayo, Njun. Males aku disini."

Jeno yang mendengar itu langsung tertawa puas, ia benar-benar puas telah menggoda gadis itu hingga marah. Itu bisa sedikit mengurangi stressnya.

[✔️] DEFEND LIGHT II | PARK JISUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang