6

6.5K 777 48
                                    

Pria aristokrat itu menatap jengah saingan bisnisnya. Dia, Lee Jeno paling tidak suka diremehkan oleh sang lawan.

"Tuan Lee, Anda tidak bisa seperti ini."

Perusahan miliknya sedang berkembang pesat. Banyak perusahaan yang ingin bekerja sama dengan perusahaan miliknya. Di dunia modern ini, Jeno memang mendirikan perusahaan di bidang elektronik dan beberapa usaha lainnya.

"Kenapa?" tanya Jeno. Mata elangnya menatap tajam pria di hadapannya.

"Ini jelas merugikan kami." ujar pria itu menuntut jawaban.

"Anda yakin kalau saya merugikan Anda? Bukannya terbalik ya."

"Apa maksud Anda, saya masih tidak mengerti." sangkal pria itu. Wajahnya nampak sedikit pucat.

"Surat yang Anda berikan pada saya barusan hanya salinannya saja."

"Maksud Anda?" pria itu masih mencoba untuk terlihat biasa-biasa saja setelah kedoknya terbongkar.

Memang benar apa yang baru saja Lee Jeno katakan. Surat perjanjian untuk bekerja sama hanya salinan dengan beberapa perubahan di dalam isi perjanjian. Yang asli sudah sudah dia amankan ke tempat tersembunyi. Setelah nanti dia mendapatkan tanda tangan Lee Jeno. Tanda tangan itu akan dia gunakan untuk memalsukannya di surat perjanjian yang asli. Sedikit rumit. Memang.

Namun, itulah kenyataannya. Dan bagaimana Lee Jeno bisa mengetahui perkara ini? Aneh.

"Di surat yang asli. Keuntungan yang akan kalian dapatkan jauh lebih banyak dari yang perusahaan kami dapatkan. Bukankah begitu Tuan Shin?"

Jeno mengambil surat perjanjian yang ditaruh di atas meja. Pria tampan itu menunjuk beberapa point yang dirasa akan merugikan perusahaannya.

Orang-orang yang datang ke rapat kali ini saling menatap bingung. Tidak mengerti apa yang dikatakan oleh pria tampan berwajah aristokrat itu.

"Maaf Sajangnim, isi perjanjian itu asli. Saya sudah mengeceknya kemarin." salah satu pegawai Jeno angkat bicara.

Tuan Shin yang mendengar ada yang yang membelanya merasa di atas angin. Ternyata mudah sekali untuk menipu seorang Lee Jeno. Pria itu menyeringai tipis. Tidak akan ada yang tahu perubahan ekspresi di wajah Tuan Shin, kecuali Lee Jeno.

"Point ini." Jeno menunjukkan beberapa point yang dirasanya aneh.

"Tidak ada yang aneh Tuan Lee. Saya sudah membacanya berkali-kali, akan tetapi tidak menemukan keanehan yang Anda maksud." salah satu pegawai di perusahaan Tuan Shin ikut membuka suara.

Wanita muda itu menatap beberapa point yang sudah ditandai oleh Jeno.

"Anda yakin?" Jeno terkekeh. Pria itu menatap tajam wanita muda yang dia ketahui sebagai adik dari Tuan Shin.

"Nona Shin Ryujin, kalau Anda mencermati bagian ini." Jeno menunjukkan bagian yang dianggap orang-orang yang ikut rapat tidak ada keanehan.

"Anda akan menemukan jawabannya."

"Anda tidak boleh sembarangan menuduh Tuan Lee." ujar wanita muda yang dipanggil Shin Ryujin itu geram. Tatapannya berubah nyalang saat tuduhan-tuduhan tidak berdasar itu pada kakaknya.

"Jangan membuatku ingin tertawa Nona Shin."

"Baiklah, kalau kalian masih tidak mengerti ini. Akan saya perjelas."

Beberapa orang menganggukkan kepala tanda setuju dengan usulan Jeno. Sementara yang lainnya, memilih menutup mulut. Bingung ingin mengatakan apa. Salah berujar sedikit. Posisi mereka yang akan terancam. Sudah menjadi rahasia umum, kalau ada pegawai yang melakukan kesalahan. Pria perfeksionis macam Lee Jeno pasti akan memberhentikan anak buahnya saat hari itu juga. Dan mereka jelas-jelas tidak mau hal ini terjadi. Mencari pekerjaan tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Mate? || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang