TRHIY-6B

905 118 12
                                    

Happy reading...
Jangan lupa vote, comment dan follow ya guyss.
Pastikan ngga ketinggalan Edo dan Elsa
***

Tiada hari tanpa lirikan dan gelengan kepala dari Ibu Hana. Mulai dari Elsa yang lupa mematikan kran air, mematikan lampu padahal hari sudah terang, atau bahkan lupa menutup gelas yang baru diminum Edo. Elsa setiap hari begitu, tidak. Ia hanya kadang lupa, lelah dan terlalu gugup karena merasa 24 jam diawasi mertua sendiri.

Setiap sisi rumah harus bersih; dari debu, sampah bahkan hewan. Hewan liar macam; semut, cicak, kecoa, tikus dan lainnya harus segera dibasmi. Ibu Edo bilang, hewan macam tadi bisa jadi gangguan jin yang dapat mendatangkan penyakit dan virus.

Tapi kenapa Bapak memelihara burung yang jumlahnya mencapai puluhan, tidak dilarang? Jawabannya karena burung ada di dalam kandangnya, tidak berkeliaran sesuka hati.

Ok, Elsa bisa mengerti. Kebetulan dia sendiri tidak terlalu menyukai kegiatan memelihara hewan. Ia lebih suka merawat tanaman seperti Mamahnya.

Sudah satu minggu rumah bercat putih milik Edo selalu ramai oleh suara Ibu Bagaskoro. Belum ada tanda-tanda dia untuk kembali ke Purwokerto. Memang kenapa Elsa? Sepasang suami istri itu sekarang hanya memiliki kalian berdua, Edi sudah meninggal dan istri Edi akan menikah lagi. Tempat yang diinginkan kedua orang tua itu hanyalah didekat anaknya. Tak ingin berjauhan. Edo adalah satu-satunya milik mereka.

Corona Virus 19 masih menyebar ke seluruh negeri, tidak hanya kota besar, daerah pun mulai terjangkit. Elsa merasa tertekan dan stress terus ada di rumah. Jika biasanya dengan Edo ia bebas merengek ini itu. Kali ini, Elsa harus menahannya dengan maksimal. Ia seperti menjadi orang lain saat ada kedua mertuanya. Berusaha tampil baik tanpa cela.

Baru saja ia selesai menyetrika pakaian, suara Ibu Hana terdengar sangat keras memanggil. "Iya Bu!! Elsa turun!" Katanya sambil menahan emosi.

Langkah kaki yang begitu berat menuruni tangga, diiringi panggilan yang tiada henti padahal Elsa sudah menyahut, makin membuat Elsa sakit kepala. "Iya Bu kenapa?"

"Bantu rapikan ini. Berdebu, ngga pernah kamu beresin ya?"

Tepat di ruang tengah, terdapat lemari besar tempat menyusun buku hingga cinderamata dari berbagai daerah. Tinggi lemari tersebut adalah lebih tinggi Elsa, ujungnya hampir menyentuh langit-langit. Mata Elsa hanya naik turun melintasi sisi demi sisi rak yang sangat penuh barang-barang. Tuduhan macam apa itu tidak pernah dibersihkan? Jelas dia sesekali membuanh debu. Tapi sekarang, setelah menyetrika begitu banyak pakaian. Apa dia mampu?

"Punya rumah bagus itu dirawat. Karena keadaan rumah mencerminkan penghuninya. Percuma rumah kaya istana atau hotel gede, tapi kotor dan berantakan. Sama aja menunjukkan penghuni rumah ngga becus dalam bekerja. Ada kalanya bagian-bagian rumah dibersihkan berkala. Biar ngga ada jamur atau bakteri yang tumbuh.

Misal nih rak buku, setidaknya sebulan sekali diberesin Sa. Biar kayu raknya tetap bagus dan barang di dalamnya juga kondisinya selalu baik.

Udah. Ambil kemoceg, lap sama kardus sana! Bantu ibu nurunin barang-barang ini dulu."

Itu lah deretan nasehat terpanjang yang selalu Elsa dengar. Tak bisa membela diri maupun membantah, ia hanya mengangguk patuh untuk segera mencari barang yang mertuanya tadi sebutkan.

Beberapa menit berjalan, rak sepenuhnya kosong. Isinya telah berpindah ke lima kardus besar yang berjajar rapi di belakang Elsa. Entah dulu Edo memang suka membaca atau hanya sekedar mengoleksi, bukunya saja sampai membutuhkan tiga kardus jumbo.

"Eh, itu jangan Bu!"

"Kenapa?" Tanya Ibu Hana penasaran kita dia hendak mengelupaskan kertas alas lemari yang sudah usang.

The Real Home Is You 2 [End]Where stories live. Discover now