Part 12

3.1K 114 6
                                    

Sudah satu Minggu semenjak kecelakaan itu, Darren belum juga terbangun dari tidur panjangnya dan Elle benar-benar sangat mencemaskan dengan kondisi Darren yang masih belum sadit. Ia ingin sekali bisa melihat kondisi Darren setiap harinya di rumah sakit, tetapi ketika ia hendak pergi ke rumah sakit pasti Domi selalu siap untuk melabrak bahkan sampai memaki-maki Elle.
Dan dengan nyali yang cukup besar, hari ini Elle sudah berada di rumah sakit. Ia berusaha menyembunyikan dirinya agar tidak ketahuan Domi jika ia tetap mengunjungi Darren. Elle mengintip ke jendela yang mengarah langsung dimana Darren sedang berbaring. Hatinya terasa nyeri sekali, rasanya seperti diremas ketika melihat kondisi Darren yang terlihat sangat lemah itu. Ketika Elle melihat jika tidak ada Domi yang menjaga Darren di dalam sana, Elle cukup senang karena ia bisa melihat kondisi Darren.
Dengan perlahan, Elle membuka pintu ruang inap Darren dan langsung disambut dengan suasana yang sunyi dan hanya suara alat pendeteksi yang melekat di tubuh Darren yang terdengar. Ia berjalan menghampiri Darren dengan berhati-hati agar tidak menimbulkan suara. Saat Elle sudah sampai di hadapannya, ia langsung memperhatikan wajah Darren yang begitu pucat.
"Hallo Darren. Apa kabarmu hari ini?" tanya Elle yang mengajak Darren untuk berinteraksi.
"Maaf jika aku baru bisa menjengukmu hari ini," seru Elle sambil menggenggam tangan Darren dan duduk di kursi di samping ranjang Darren.
"Apa yang kau rasakan saat ini, Darren? Maafkan aku Darren, maafkan aku yang sudah membuatmu seperti ini. Jika saja kau tidak menyelamatkanku, kau pasti tidak akan seperti ini. Lebih baik aku yang berbaring di atas ranjang rumah sakit ini dari pada melihat kau yang tersiksa disini Darren. Apa yang harus aku lakukan untuk membalas kebaikanmu ini?" ujar Elle dengan air mata yang mulai mengalir. "Dengar, aku sangat mencintaimu Darren. Apapun akan aku lakukan untuk membuatmu bahagia. Kau bisa pegang janjiku, karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membahagiakanmu, termasuk membuat hidupmu kembali seperti semula lagi dan jika bisa aku juga akan mengembalikan penglihatanmu lagi."

"Baiklah, hanya ini yang ingin aku sampaikan kepadamu. Semoga kau mendengar semua isi hatiku Darren. Kalau begitu aku pamit pulang dulu. Aku tidak ingin membuat keributan setelah Domi tahu jika aku mengunjungimu," sambung Elle sambil berdiri dari kursi.
"Aku mencintaimu Darren. Sangat mencintaimu," ujar Elle lalu mencium kening Darren cukup lama, menyalurkan rasa sayangnya selama ini. "Aku pamit dulu. Sampai jumpa."
Setelah semua isi hati yang Elle pendam selama ini sudah disampaikan kepada Darren, rasanya hati Elle sudah sedikit lega. Walaupun Elle tidak tahu jika Darren bisa mendengarnya atau tidak, setidaknya Elle sudah menyampaikan isi hatinya  kepada Darren bahwa ia sangat mencintainya.
Dan ketika Elle ingin berbelok dari lorong rumah sakit itu, tiba-tiba saja dokter dan perawat yang menangani Darren berjalan cepat melewati Elle dan masuk ke ruang inap dimana Darren berbaring. Elle yang melihat itu seketika menjadi cemas dan khawatir.
Mengapa dokter dan perawat itu terlihat buru-buru? Apa ada sesuatu yang terjadi dengan Darren? Pikiran-pikiran Elle langsung membayangkan yang tidak-tidak akan kondisi Darren. Tanpa menunggu lama lagi, Elle langsung bergegas kembali ke ruangan dimana Darren berada.
Ketika Elle sudah sampai di depan pintu ruang inap Darren, Elle melihat sudah ada Domi dan Victoria di sana. Elle hanya memutuskan untuk berdiri dan melihat apa yang terjadi dari depan pintu saja. Dan ketika Elle lihat, ternyata di dalam sana Darren sudah terbangun dari tidur panjangnya.
Elle sangat senang saat melihat Darren yang sudah siuman, tetapi ketika kesenangan yang sedang semua orang itu rasakan karena Darren sudah sadar, tiba-tiba saja Darren membuka suaranya yang membuat semua orang di ruangan itu menjadi bingung.
"Mom. Apakah kau ada di sini?"tanya Darren kepada orang-orang di ruangan itu.
"Ya Darren. Ini Mom. Mom berada di sini," balas Victoria yang berjalan menghampiri Darren.
“Aku dimana? Kenapa ruangan ini gelap sekali. Aku tidak bisa melihat apa-apa? Apa di sini sedang mati lampu?" tanya Darren dengan bingung yang membuat orang-orang di ruangan itu cukup terkejut.
"Saat ini kau sedang ada di rumah sakit, Darren. Kau baru saja mengalami kecelakaan. Dan apa benar kau tidak bisa melihat apapun?”
"Benar Mom, aku tidak bisa melihat apapun di sini. Apa terjadi sesuatu dengan mataku?"
"Dokter apa yang terjadi dengan Darren? Mengapa dia tidak bisa melihat?" tanya Domi dengan panik.
"Domi, sayang. Kau ‘kah itu?" tanya Darren untuk memastikan keberadaan Domi.
"Iya Darren, ini aku Domi. Apa kau tidak bisa melihat?" balas Domi sambil mengusap pipi Darren.
"Aku benar-benar tidak bisa melihat dan sebenarnya apa yang terjadi dengan mataku?"
"Begini. Kondisi pasien saat ini sudah stabil, hanya butuh penyembuhan tulang yang retak pada bagian kaki yang sudah saya pasang gips dan melakukan beberapa kali terapi berjalan agar kaki pasien tidak terasa kaku lagi, " ujar dokter tersebut menjelaskan kondisi Darren saat ini. "Lalu saya pernah mengatakan bahwa benturan pada kepala yang dialami pasien dalam kecelakaan itu terjadi cukup kencang, dan ada kemungkinan bahwa syaraf penglihatan mata pasien juga terkena benturan tersebut yang mengakibatkan penglihatannya menjadi terganggu. Karena pasien sudah sadar dan saya bisa mengambil kesimpulan bahwa syaraf penglihatan pasien memang sedikit terganggu hingga mengakibatkan pasien..." sambung dokter itu yang langsung di potong oleh suara Darren.
"Apa saya buta? Apa saya tidak bisa melihat lagi?" tanya Darren dengan cemas dan marah.
"Anda bisa tenang, Anda masih bisa melihat. Tetapi, anda harus mencari donor mata yang sesuai untuk anda. Jadi satu-satunya cara agar Anda bisa melihat lagi, Anda perlu menjalankan operasi transplantasi mata terlebih dahulu."
"Apa rumah sakit ini tidak memiliki pendonor mata?" tanya Victoria.
"Pihak rumah sakit selalu berusaha untuk mencari pendonor. Selain itu kami juga mendaftar kepada rumah sakit lain untuk mendapatkan pendonor. Dan saya sarankan kepada pihak keluarga untuk mencari pendonor juga, supaya operasi ini bisa secepatnya dilakukan."
"Baiklah, kami akan berusaha mencarinya," seru Victoria.
"Kalau begitu saya pamit dulu. Untuk golongan mata tuan Darren akan saya berikan besok setelah saya melakukan pemeriksaan.”
Setelah dokter itu pamit dan keluar ruangan itu. Di balik tembok, Elle yang mendengar semua penjelasan dokter itu langsung membuat hatinya seperti dihantam berton-ton batu, sangat menyesakkan ketika mendengar semua itu dan dia hanya bisa mengelurkan air matanya dengan deras.
***
Hari ini Darren sudah diperbolehkan untuk pulang oleh dokter. Mendengar Darren yang sudah diperbolehkan pulang, Elle ingin sekali ikut menjemputnya di rumah sakit. Tetapi mengingat nama Domi, ia memilih untuk tidak jadi ikut menjemputnya. Karena hatinya masih belum siap jika ia harus menerima makian dari mulut pedasnya Domi, maka dari itu Elle memutuskan untuk menyambutnya di rumah saja.
Kondisi tubuh Darren sekarang sudah stabil, hanya perlu beberapa kali melakukan terapi berjalan untuk melatih syaraf-nya yang sudah lama tidak digerakkan, Elle mendapat informasi itu dari dokter yang menangani Darren. Namun tetap saja Darren masih belum bisa melihat karena belum ada golongan mata yang cocok untuknya sampai saat itu juga.
Setelah mendengar berita buruk jika Darren tidak bisa melihat, diam-diam Elle melalukan tes golongan matanya. Namun Elle hanya bisa menelan rasa kekecewaan karena ternyata hasil tes mengatakan jika golongan matanya tidak cocok untuk Darren. Padahal Elle sangat ingin sekali bisa mendonorkan matanya untuk Darren.
Tetapi Elle tidak menyerah untuk membuat Darren bahagia, apalagi disaat kondisi pria itu yang sedang membutuhkan banyak bantuan. Elle akan melakukan apapun untuk membuat Darren agar bisa cepat sembuh. Dan saat itu Elle sedang membuat kue kesukaan Darren. Dari pada dia melamun untuk menunggu kedatangan Darren, Elle lebih memilih untuk membuat choco lava cake, karena itu adalah kue kesukaan Darren. Elle membuatnya dengan resep andalan Victoria yang waktu itu pernah diberitahukan kepadanya.
Ketika Elle baru mengeluarkan choco lava cake yang sudah matang dari dalam oven, ia pun mendengar suara deru mobil yang berasal dari halaman. Tepat sekali ketika kuenya sudah matang, mereka juga sudah sampai di rumah. Ia menaruh loyang yang berisi choco lava cake yang masih mengepul di atas meja dan melepas sarung tangan yang ia kenakan, lalu Elle langsung bergegas ke depan untuk membukakan pintu.
Disana mereka sudah turun dari mobil dan supir membantu Darren untuk dipindahkan ke kursi roda. Untuk saat ini Darren harus menggunakan kursi roda, karena kondisi kaki yang belum pulih dan Darren juga tidak bisa melihat.
"Selamat datang kembali ke rumah Darren," sapa Elle ketika mereka sudah masuk ke dalam rumah.
"Jangan mengganggu Darren," balas Domi dengan sinis lalu mendorong kursi roda yang di tempati Darren ke kamar lantai bawah untuk sementara selama Darren masih memakai kursi roda.
"Sudahlah Elle, biarkan dia bersikap seperti itu. Sejak kemarin-kemarin ketika dia memaki-makimu, rasanya Mom ingin sekali menampar mulutnya yang tidak ada sopan santunnya itu," ujar Victoria setelah melihat sikap Domi.
"Elle mengerti Mom, Elle tahu jika Domi marah kepada Elle karena Elle sudah membuat Darren menjadi seperti ini," balas Elle memberi Victoria pengertian.
"Kau masih saja membelanya? Mom tidak mengerti jalan pikiranmu Elle."
"Sudahlah Mom jangan dibawa emosi. Semuanya akan baik-baik saja ketika kita menghadapinya dengan hati dingin. Lebih baik Mom mencicipi choco lava cake yang baru saja Elle buat."
"Kau membuat choco lava cake? Wahh... menantu Mom ini sangat rajin. Apa kau sengaja membuatkannya untuk Darren?" tanya Victoria sambil menggoda.
"Choco lava cake itu kue kesukaan Darren, bukan? Jadi aku memang sengaja membuatkan kue selamat datang untuknya."
"Kau ini bisa saja mencari alasan. Ayo, Mom sudah tidak sabar mencicipi kue buatanmu," seru Victoria sambil menarik tangan Elle ke dapur.
Ketika Victoria dan Elle yang sedang ke dapur untuk mencicipi kue yang baru saja selesai di buat, sedangkan Darren yang baru saja berbaring di atas ranjang harus menelan kekecewaan karena Domi.
"Sekarang kau istirahat lagi, okay? Aku ingin pergi sebentar untuk menemui teman-temanku,” ujar Domi setelah membantu Darren berbaring di atas ranjang.
"Kau ingin pergi? Apa tidak bisa dibatalkan saja? Aku masih ingin bersamamu."
"Tidak bisa Darren. Aku sudah terlanjur membuat janji bersama mereka, jadi aku tidak bisa membatalkannya."
"Baiklah kalau itu mau-mu. Jangan pulang terlalu larut."
"Baiklah. Sampai jumpa," balas Domi lalu ia meninggalkan kamar.
Domi pergi meninggalkan Darren yang baru saja keluar dari rumah sakit, hanya untuk menemui teman-temannya.
‘Kenapa sikap Domi berubah setelah aku mengalami kecelakaan? Tidak ada rasa nyaman dan kehangatan lagi. Apa karena saat ini aku sudah cacat? Sehingga dia menjadi tidak menginginkanku lagi?’ batin Darren merasa sedih.
Ketika Darren sedang memikirkan sikap Domi yang tiba-tiba saja berubah, saat itu juga terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk," ujar Darren sambil mesandarkan punggungnya ke kepala ranjang.
Darren mendengar suara pintu terbuka lalu terturup dan seseorang yang sedang menghampirinya. Ia juga mencium aroma choco lava cake yang baru saja matang. Itu adalah kue kesukaannya, dan Darren mengira yang datang itu pasti Victoria.
"Mom, kau ‘kah itu?" tanya Darren memastikan.
Darren tidak mendapat jawaban, tetapi ia justru merasakan tepi ranjangnya bergerak. 
"Hai Darren. Ini aku, Elle."
Darren pun langsung menegang mendengar suara itu. Suara itu, sudah lama ia tidak mendengar suara itu, sedikit rasa kerinduan di hatinya ketika mendengar suara itu. Namun kini, lagi-lagi egonya muncul kembali dan mengembalikan sifatnya seperti dulu lagi.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Darren dengan datar.
"Aku kesini ingin memberikan kue kesukaanmu ini. Kau sangat suka dengan choco lava cake, bukan? Aku membuatnya sendiri dari resep yang diberikan oleh Mom. Aku harap kau menyukainya."
"Taruh saja kuenya di atas nakas, dan cepat kau keluar dari sini karena aku sedang ingin sendiri."
"Hhmmm... baiklah, nanti jangan lupa kau makan kuenya. Kalau kuenya tidak enak katakan saja. Dan kalau kau butuh sesuatu juga panggil saja aku, aku akan segera datang. Kalau begitu aku keluar dulu," balas Elle yang langsung meninggalkan Darren sendiri.
Setelah Darren mendengar suara pintu di tutup, ia meraba-raba meja nakas di samping ranjang. Setelah ia menemukan piring berisi kue itu, ia langsung mengambil garpu, memotongnya lalu memakannya. Ketika kue itu sudah berada di lidahnya, rasanya ia ingin memakannya berkali-kali. Rasanya sama persis seperti buatan Victoria. Egonya memang mengatakan tidak, tetapi hatinya sepertinya semakin hari semakin bisa menerima Elle di hidupnya.
Waktu pun sudah menunjukkan tengah malam, tetapi Elle masih belum bisa menutup matanya juga. Sejak tadi ia hanya berguling ke kanan dan ke kiri di atas ranjang ingin mencari posisi yang nyaman, tetapi tetap saja matanya tidak bisa diajak untuk beristirahat.
Karena sudah lelah tidak bisa mencari posisi yang nyaman, Elle memutuskan pergi ke dapur untuk mengambil segelas susu. Mungkin saja segelas susu dapat membantunya untuk segera beristirahat.
Ketika Elle menuruni anak tangga, pintu masuk terbuka dan menampilkan Domi yang sepertinya baru pulang. Memang seharian ini Elle tidak melihat keberadaan Domi lagi setelah dia mengantarkan Darren pulang dari rumah sakit tadi. Ellle lebih memilih untuk tidak ikut campur dengan urusannya, dari pada ia dicaci maki lagi oleh Domi yang saat ini benar-benar sudah tidak menyukai Elle.
Setelah meminum segelas susu di dapur, Elle hendak pergi ke kamarnya lagi untuk mencoba mengistirahatkan tubuhnya yang sedang tidak bisa di ajak kerja sama itu. Namun ketika baru  saja beberapa anak tangga yang Elle naiki, ia langsung mendengar suara orang bertengkar namun tidak terlalu jelas.
Elle mencoba untuk tidak memperdulikan suara itu dan melanjutkan menaikkan tangga. Namun ketika ia sudah sampai di tangga terakhir, tidak lama suara itu menghilang lalu disusul dengan suara pintu yang di tutup dengan cukup kencang hingga membuat Elle menjadi terkejut.
Hentakan suara sepatu Domi yang beradu dengan lantai menandakan bahwa orang itu sedang marah. Ketika dia berhenti di depan Elle dia menunjukkan wajah sinisnya. Namun Elle malah menanggapinya dengan senyuman, dan Domi menaiki tangga kembali dengan menghentakkan kakinya. Elle yang melihat itu memilih untuk kembali ke kamar dan beristirahat. Ia mencoba mengabaikan hal yang baru saja terjadi itu, seakan-akan ia tidak mengetahuinya.
Pagi harinya Elle dan Victoria sudah berada di meja makan. Sedangkan Robert yang belakangan ini tidak kelihatan, dia sedang menangani pembukaan cabang baru di luar negeri. Seharusnya Darren yang menangani hal itu tetapi mengingat kondisi Darren yang masih belum pulih, jadi Robert memutuskan mengurus semua itu terlebih dahulu.
Dan, saat Elle dan Victoria sedang mengobrol ringan sambil sarapan, tidak lama setelah itu Domi menuruni tangga dan ia juga sudah berpakaian rapi.
"Kau ingin pergi kemana pagi-pagi seperti ini, Domi?" tanya Victoria saat Domi melewati ruang makan.
"Aku ingin pergi bersama teman-temanku hari ini," balasnya dengan acuh.
"Dan pulang larut lagi seperti semalam? Kau pikir Mom tidak tahu kejadian semalam. Dengar Domi, tidak seharusnya kau pergi dengan seenaknya disaat pria yang kau katakan masih kau cintai sedang terbaring tidak berdaya di atas ranjang," sindir Victoria sedikit emosi.
"Aku ingin pergi atau jalan-jalan itu sudah hak-ku. Dari pada aku merawat orang sakit dan tidak berdaya seperti dia, lebih baik aku pergi refreshing bersama teman-temanku."
"Domi, jaga ucapanmu!" seru Victoria berteriak.
"Mom cukup, biarkan saja dia pergi," ujar Elle yang melerai mereka.
"Sejak tadi aku juga sudah ingin pergi," balas Domi lalu meninggalkan ruang makan.
Elle pun tidak habis pikir, tega sekali Domi berbicara seperti itu. Apa dia hanya menginginkan bersama dengan Darren jika Darren sedang tidak sakit seperti ini? Apa dia hanya ingin bersama Darren jika mereka sedang berada dalam keadaan senang saja? Elle pun berharap Domi bisa cepat sadar dan tidak bertindak seenaknya kepada Darren yang sedang mengalami musibah itu.
"Sudahlah Mom biarkan dia pergi. Nanti biar Elle saja yang merawat Darren, setelah ini Elle akan mengantarkan sarapan."
"Baiklah. Maaf hari ini Mom tidak bisa membantumu, Mom harus menjenguk paman Darren yang sedang dirawat di rumah sakit."
"Tidak masalah Mom. Kalau begitu aku siapkan dulu sarapan untuk Darren."
Setelah itu Elle langsung menyiapkan sarapan untuk Darren. Sebelum Elle masuk ke dalam kamar Darren, ia mengetuk pintu kamarnya beberapa kali, namun tidak ada respon dari dalam. Karena nampan yang berisi sarapan Darren yang ia bawa cukup berat, Elle memutuskan untuk mencoba membuka pintunya perlahan lalu ia menghampiri Darren. Darren terlihat sedang menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.
"Selamat pagi Darren. Apa kabarmu hari ini?" sapa Elle sambil tersenyum.
"Menurutmu?" tanyanya kembali sedikit ketus.
"Hhmm.. kabarmu baik. Oh ya, aku membawakan sarapan untukmu. Kau ingin makan terlebih dahulu atau ingin aku gantikan pakaianmu terlebih dahulu?”
"Terserah kau saja," balas Darren dengan acuh.
"Hhmm... lebih baik aku mengganti pakaianmu terlebih dahulu, setelah itu aku akan menyuapimu. Sebentar aku ingin mengambil air hangat dan kain."
Elle berjalan ke kamar mandi mengambil air hangat dan mengisinya di wadah yang sebelumnya sudah Elle ambil dari dapur. Lalu ia kembali duduk di sisi ranjang dan mulai  membasahi kain yang sudah ia ambil dari lemari.
"Maaf Darren aku akan membersihkan wajahmu terlebih dahulu," seru Elle dan mulai membersihkan wajahnya di mulai dari pipi, dahi, mata, hidung , dan dagu dengan kain itu.
"Selesai. Hhmm.. bagian tubuhmu ingin kau bersihkan sendiri atau..." ujar Elle dengan canggung yang langsung di potong Darren.
"Aku akan bersihkan sendiri.”
"Baiklah,, ini kainnya sudah aku cuci. Pakaianmu juga sudah ada di sampingmu. Aku akan menghadap ke belakang. Kalau sudah katakan saja."
"Sudah, kau bisa memutar tubuhmu tubuhnya,” ujar pria itu setelah membasuh dan mengganti pakaiannya sendiri.
"Baiklah. Aku akan mengelap kakimu sebentar, lalu sehabis itu baru makan. Pasti kau sudah lapar," seru Elle sambil membuka selimut Darren lalu mengelap kakinya dengan perlahan. Ia juga menambahkan sedikit pijatan untuk merespon syaraf kaki Darren. "Selesai. Sekarang kau makan okay?" sambung Elle sambil menyelimuti Darren kembali.
Lalu Elle menaruh wadah berisi air hangat tadi di atas nakas, lalu mengambil makanan yang sudah ia ambil tadi. Dan Elle mulai menyuapi Darren, sepertinya dia sangat lapar. Setiap suapan yang Elle berikan, Darren mengunyahnya dengan cepat dan Elle merasa sangat senang.
Elle pun tidak sengaja melihat piring kosong yang kemarin berisi kue buatannya itu. Berarti Darren memakan kue yang ia berikan kemarin, Elle pun tersenyum sendiri melihatnya. Tidak lama setelah ia menyuapi Darren, piring di tangan Elle yang berisi makanan ternyata sudah kosong.
"Habis! Kau ingin tambah?" teriak Elle dengan refleks mengungkapkan kesenangannya.
"Tidak usah, aku sudah kenyang. Dan kau jangan berteriak-teriak seperti itu, kau bisa membuat telingaku sakit," balasnya dingin.
"Maaf, baiklah kalau begitu saatnya minum obat."
"Aku tidak mau. Sana bawa obatnya kembali," tolaknya.
"Tapi kau harus meminum obatnya Darren, supaya kau bisa cepat sembuh," bujuk Elle.
"Tidak mau.”
"Ayolah Darren kau harus minum obatnya. Hhmm.. kalau begitu nanti aku akan membuatkan sesuatu untukmu, asal kau ingin minum obatnya."
"Benar kau ingin membuatkan sesuatu untukku?"
"Iya. Kau ingin aku buatkan apa?"
"Buatkan aku kue seperti kemarin, rasanya harus sama tidak boleh berbeda."
"Jadi kau menyukai kue buatanku?" tanya Elle berteriak dengan senang.
"Aku sudah mengatakan untuk tidak berteriak-teriak, bukan?"
"Maaf. Jadi, kau menyukai kue buatanku? Hhmm... sepertinya ada yang suka dengan kue buatanku," ujar Elle menggoda Darren.
"Diamlah atau aku tidak akan mau meminum obatnya," balas Darren dengan mengancam.
"Baiklah-baiklah aku akan membuatkannya nanti. Sekarang kau minum obatnya," seru Elle sambil memberi obat dan segelas air mineral.
"Sudah?" tanya Elle sambil mengambil gelas dari Darren dan dibalas dengan anggukan olehnya.
"Kalau begitu sekarang kau istirahat lagi, nanti saat waktu makan siang aku akan menepati janjiku untuk membuatkanmu kue," seru Elle lalu ia membantu Darren untuk berbaring kembali.
"Jangan lupa dengan janjimu," peringat Darren.
"Tentu.”
Setelah itu Elle melangkahkan kakinya  keluar dari kamar Darren sambil membawa piring kotor dan wadah yang tadi di pakai untuk membersihkan tubuh Darren tadi. Lalu Elle langsung mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat choco lava cake lagi.
Tidak sia-sia kemarin ia membuatnya dengan susah payah, ternyata Darren menyukainya. Elle berharap hubungannya dengan Darren bisa seperti ini terus bahkan bisa lebih baik lagi. Ia berjanji akan berperan sebagai seorang istri yang baik, sungguh-sungguh menyayangi suaminya dan Darren pun juga bisa melihat ketulusannya itu.
***

#1 My Bad (Life) WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang