[ noren ] how can we rewrite the stars?

206 9 0
                                    

title : how can we rewrite the stars
pairing : jeno x renjun (noren)
rating : pg-13
words count : 3,402 words
genre : romance, fanfiction
tags : fluff & light angst, canon compliant, idol!jeno, idol!renjun, mentions of dreamies

summary : Jika ada sesuatu yang bisa Jeno dan Renjun pelajari dari hubungan mereka, hal itu adalah

"Good things, sometimes, don't last forever."

-----

Restoran dan kafe yang berjajar rapi di pinggir jalan yang Renjun lalui bukanlah tempat yang asing di matanya. Jauh di dalam otaknya, ada potongan-potongan kecil kenangan dengan latar jalan penuh dengan penjual makanan itu. Lihat, ada restoran Jepang, sebuah kafe kecil di antara dua restoran keluarga, juga restoran chinese berwarna merah menyala, persis seperti yang ada di dalam memori Renjun. Tapi, ingatannya hanya sebatas mengingat restoran dan kafe di sepanjang jalan. Sejak kapan Renjun bisa jadi sepelupa ini?

Meskipun Renjun kebingungan, begitu ia menoleh ke sebelahnya di mana Jeno sedang berjalan bersamanya, mata Jeno menyipit, pipinya yang tak tertutup masker tertarik ke atas. Mengapa Jeno tersenyum? Apakah hanya berjalan bersamanya di lajur pejalan kaki ini mengingatkannya pada sebuah kenangan yang tak Renjun ingat, memori yang terkubur terlalu dalam hingga Renjun tak bisa menggali lebih dalam lagi? Apapun alasannya, Renjun penasaran. Renjun ingin tahu. Renjun tak suka ketidak tahuannya saat ini. Renjun perlu jawaban atas rasa penasarannya.

Meski begitu, mulut Renjun terkunci rapat. Tak ada kata-kata yang ia keluarkan, bahkan pertanyaan "mengapa kita ke sini" pun hanya menggantung di ujung lidah Renjun. Ia membiarkan angin musim gugur yang dingin menerpa wajahnya, memberi atmosfer "romantis" di mata Renjun, selagi mereka berjalan di antara daun-daun bernuansa kuning dan coklat terlepas dari dahan-dahan pohon. Renjun ikut tersenyum, mencoba mengirup udara segar di akhir bulan September lewat maskernya. Tidak berhasil, tentu saja, tapi hidung mancungnya menangkap wangi campuran labu dalam sebuah minuman. Ah. Halloween.

Begitu Jeno menggiringnya memasuki sebuah kafe mungil di ujung jalan dengan nuansa serba putih yang kontras dengan warna musim gugur, kabut yang menghalangi memori Renjun seolah menyingkapkan semuanya. Benaknya memutar beberapa potongan film hitam putih tentang sebuah kursi di dekat jendela, di mana di dalam film itu, Jeno dan Renjun sedang duduk dan saling menatap ke mata masing-masing. Rasanya seperti berbicara lewat mata, mengatakan kalimat-kalimat manis lewat tatapan lembut mereka. Menggelikan, Renjun tahu, tapi kadang cinta bisa membuat orang gila kata orang. Mana mungkin Renjun mau melakukan hal yang membuatnya bergidik jika bukan karena Jeno?

Entah kebetulan atau memang direncanakan, setelah memesan dua gelas latte di kasir, Jeno menariknya ke sebuah meja, persis seperti yang mereka duduki pada kencan pertama mereka. Renjun terkagum, tertegun dan heran, namun di sisi lain, ia tahu bahwa Jeno adalah apa yang disebut orang "romanticist", orang-orang dengan jiwa romantis. Kencan seperti ini bukanlah sebuah hal yang memberi rasa cemas berlebihan bagi mereka.

"Jadi, tema kita hari ini 'first date'?" tanya Renjun, menarik kursi dari mejanya, menjatuhkan dirinya ke atas situ. Ia membenarkan kacamatanya yang merosot di hidung mancungnya.

"Bingo! Padahal tadi kamu kebingungan banget pas jalan ke sini," Jeno terkekeh, tawa yang otomatis membuat Renjun tersenyum lebar. "Ya tapi namanya juga faktor u sih ya."

"Kamu cuman beda sebulan sama aku plis, nggak usah sok muda," protes Renjun.

"Tapi kan tetep aja kamu lebih tua, Jun," nada mengejek terdengar sangat jelas di dalam kalimat Jeno, tapi tidak membuat Renjun merasa terejek sama sekali. Jeno hanya berusaha membuatnya tertawa, dan berhasil. 30%.

"Lama-lama aku pukul lebih keras kamu, No," ancam Renjun mengangkat tangannya. Jeno bergerak menjauh dari tangan Renjun dengan senyum lebar—yang entah mengapa bisa Renjun lihat dan bayangkan—dari balik maskernya. Tawa renyah terselip keluar lewat bibir Renjun.

A Long Sleepless Night | NCT Ships OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang