Love

368 30 0
                                    

Beberapa saat kemudian, kedua orang itu kembali bersama seorang anak kecil.

“Maafkan aku teman-teman”, kata anak itu. “Aku sudah berusaha menghalanginya, tapi aku sendirian tidak mungkin dapat menghentikannya”

“Apa maksudmu Peter? Kau sedang membicarakan Carson kan?”, tanya anak laki-laki yang sudah bersamaku sejak tadi.

“Bukan. Ini tentang teman Carson yang satunya lagi”

“APA?! Jadi dia lolos sambil membawa kompor itu?!”

“Ya. Dia meletakannya dalam sebuah kardus”

Aku tertawa dalam hati. Tak kusangka Milter dapat meloloskan diri. Tapi bila yang mengejarku sudah sebanyak itu, tentu saja yang tersisa untuk Milter hanyalah seorang anak kecil.

Namun aku tidak menyangka, mereka akan sebodoh itu. Mereka percaya begitu saja dengan kebohonganku ini. Setidaknya aku sudah menghilangkan semangat tempur mereka. Sekarang pun mereka pasti masih mengira bahwa kompornya sudah dibawa pergi.

---------------------------------------------------------

“Hmmm, dimana bibi Winslow dan Rachel?”, tanya Peter.

“Entahlah, kami juga sudah mencoba mencari”, jawab Bud.

Perlahan-lahan aku mulai menghafalkan nama-nama mereka semua.

Beberapa saat kemudian, aku dikejutkan dengan kedatangan nyonya Winslow, Rachel dan CARSON!. Tidak hanya itu, Rachel menahan kedua tangan Carson sedangkan nyonya Winslow membawa sebuah kardus.

“Carson!? Jadi kau tertangkap!?”, seruku khawatir.

“Ya, aku lengah. Seharusnya aku mengambil resiko dengan kabur lewat jendela”

“Hah? Jika bukan melalui jendela, dari mana kau kabur?”

“jalan rahasia”

“Jalan rahasia?”

“Ya, rumah ini memiliki basement. Jadi aku mencoba membuat jalan rahasia untuk keluar dari basement itu”

“Saat mencuri panci, kau juga menggunakan jalan rahasia itu kan?”, Ungkap Rachel menyela pembicaraan kami.

“Ck! Tidak kusangka kau tahu soal jalan rahasia itu”

“Itu karena aku selalu memperhatikanmu Carson”, ungkap Rachel.

“Hah? Jadi kau juga memperhatikanku mencuri di tengah malam? Kau seorang penguntit ya?”

Rachel terdiam untuk beberapa saat. Wajahnya memerah.

“I..itu karena…A..aku…”, Rachel menghela nafas panjang, “AKU MENCINTAIMU!”, dia berteriak marah. “TAPI KENAPA…kenapa kau tidak menemuiku begitu tahu tentang surat cinta itu. Kau sudah tahu kan? Meskipun tidak kutuliskan nama pengirimnya, kau pasti sudah tahu!”

Sambil tetap menggenggam tangan Carson, Rachel menundukkan kepalanya. Tangannya bergetar. Terdengar suara isakan dan tetesan air mata.

“Ah, dia menangis”, ujarku dalam hati

“Andaikan saja….”, dia melanjutkan, “Andaikan saja kau menemuiku dan menolakku, mungkin tidak akan sesakit ini. Aku sudah tahu, sejak awal kau tidak ada perasaan padaku. Tapi, bukan berarti kau boleh mengacuhkanku”

Suasana menjadi hening. Semua orang diam tanpa kata. Tidak ada yang berani berbicara dalam kondisi yang tidak mengenakkan itu. Carson pun memecahkan keheningan.

“Jadi, apakah kau akan berhenti mencintaiku? Setelah tahu bahwa aku orang yang egois, orang yang tidak memperdulikanmu”

Rachel mengusap wajah sedihnya. “Aku tidak bisa. Dulu kau tidak seperti ini”

“Manusia cepat berubah”, ungkap Carson. “Jadilah dewasa. Perasaanmu pun cepat atau lambat akan berubah”

Carson pernah mengatakan hal ini padaku dan Milter. Ini bukan pertama kalinya. Dan kalimatnya itu membuatku jengkel. Aku berdiri dan berlari dihadapannya. Dengan penuh emosi, kupukul pipi kanannya.

“APAKAH KAU SUDAH BERUBAH SAMPAI SEJAUH ITU!”, teriakku didepan wajahnya yang memar. “Kau bilang untuk menjadi dewasa. Tapi apakah dengan bertambah dewasa, berarti kau akan mengacuhkan teman-temanmu?!”

“………………….”, Carson menatapku tajam. “Jadi begitu ya…”, Carson berbicara. “Jadi kau pun berpikir begitu tentangku”. Dia mengalihkan pandangannya padaku, kemudian mulai memperhatikan anak-anak yang lain. “APAKAH KALIAN SEMUA JUGA BERPIKIR SEPERTI ITU?! APAKAH AKU ORANG YANG TIDAK MEMPEDULIKAN TEMAN-TEMANKU!?”

Suasana kembali hening. Tidak ada seorang pun yang berani berbicara. Mereka semua hanya menunduk, merasa tidak ingin terlibat.

“LIHAT! Tidak ada satu pun mata yang memandangku. Sekarang, kalian semua mengacuhkanku”. Carson melanjutkan, “Baru satu kali kalian melihat sikapku yang seperti ini. Tapi penilaian kalian tentangku sudah berubah 180 derajat”.

Perkataan Carson membuatku sadar. Setelah memukulnya, aku mengalihkan pandanganku. Aku tidak mau melihat wajahnya lagi. Dimata Carson, itu terlihat seperti aku sedang mengacuhkannya.

Carson berbalik ke arah Rachel. Dia meletakkan kedua tangannya ke pundak Rachel.

“Kau begitu ingin aku menjawab surat cintamu kan? Baiklah”. Carson mengambil nafas panjang dan berteriak, “AKU MENCINTAIMU!”.

Kami semua terkejut. Rachel segera mengangkat kepalanya dan menatap wajah Carson.

“Kalian semua…..AKU MENCINTAI KALIAN SEMUA!”. Tanpa sadar air mata mengalir deras diwajah Carson.

Semuanya memandang ke arah Carson. Mataku sembab. Air mata haru mengalir diwajah semua orang.

Dengan terisak-isak Carson melanjutkan, “A..aku tidak peduli….aku tidak peduli bila kalian menganggapku pencuri. Tapi aku menyayangi kalian semua. Karena itulah……karena itulah aku mencuri”, dia memandang kearahku dan tersenyum. “Karena itulah kami bertiga membangun sebuah bunker…..Supaya…bila bencana datang, kalian semua akan selamat. Supaya orang-orang yang aku sayangi selamat”

“Carson”, Rachel berbicara, “Jadi panci dan kompor itu…..untuk sebuah bunker?”

Carson mengusap wajahnya. Berusaha menghentikan tangisnya. Setelah pikirannya benar-benar tenang, dia berkata,

“Ya! Bibi Winslow, aku tahu bahwa ide kami masih kekanak-kanakan. Aku tahu bahwa kami hanya akan membuang-buang waktu. Tapi aku juga tahu bahwa secerdas apapun, aku tidak akan dapat melindungi kalian dari bencana alam”

“Jadi begitu ya”, sahut nyonya Winslow. “Aku ingat sekarang. Dulu saat kau masih kecil, kau pernah menjelaskan ide ini pada bibi. Tapi bibi melarangmu dengan alasan hanya akan membuang-buang waktu. Tak pernah kusangka, kau berusaha mewujudkan impian itu tanpa bantuan dari bibi”

“Tanpa bantuan dari orang dewasa”, ungkapku dengan bangga. Aku pun memandang Carson. “Maafkan aku. Tidak seharusnya aku meragukan temanku sendiri…Sepertinya akulah yang egois… Kita bertiga yang telah membangun bunker bersama, tidak mungkin melupakan tujuan kita. Tujuanku pun juga sama denganmu. Aku ingin menyelamatkan orang-orang yang aku sayangi”

“Ya. Menyelamatkan orang-orang yang kita sayangi”, ulang Carson setuju

------------------------------------------------------------

Kids BunkerUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum