Little farmer

270 33 0
                                    

“Ugh, kau datang lagi. Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak mau membantu masalah kalian”, ujar Ennie jengkel.

“Tapi, jebakanmu sangat berguna untuk mengamankan bunker. Apa 10 dollar masih belum cukup?”

“Aku tidak punya waktu untuk mengurusi masalah kalian. Sekarang sedang musim panen, dan apakah kau tahu berapa harga 1 kilo lobak? lebih dari 5 dollar! 10 dollar yang kau tawarkan tidak akan ada artinya bila kugunakan waktuku untuk memanen puluhan lobak”

“Jadi itu ya alasanmu. Kalau begitu begini saja, aku akan membantumu memanen lobak-lobak ini. Lalu sebagai gantinya, kau harus membantuku. Bagaimana?”

“Terserahlah! Tapi lobak-lobak di ladang ini sangat banyak. Dengan bantuanmu pun, masih butuh 5 hari untuk memanen semuanya”

“Tidak masalah!”, jawabku senang. Tentu saja karena dalam 5 hari kedepan, tidak ada hal yang bisa aku lakukan.

Tapi meskipun aku sudah menyetujui ideku sendiri, memanen lobak bukanlah pekerjaan yang mudah. Terutama untuk anak berusia 15 tahun. Pertama, aku harus mencabutnya dengan hati-hati agar akarnya tidak rusak. Ditambah lagi, Ennie terus mengomel karena kinerjaku yang lambat. Padahal dialah yang bekerja dengan sangat cepat. Seperti yang diharapkan dari anak petani lobak.

Pekerjaan itu berlangsung dari pagi hingga sore. Cukup melelahkan untukku yang bertubuh kecil. Kenapa anak kecil harus dilibatkan dalam pekerjaan berat ini? Seharusnya kan anak-anak menikmati masa muda dengan bermain bersama teman-temannya.

Pekerjaan ini tidak baik untuk fisik dan mental anak-anak. Dan lagi, berkat pekerjaan ini aku jadi mengenal dekat ayah Ennie. Orangnya lembut dan sabar, tidak seperti perkiraanku. Istrinya meninggal karena sakit. Dan dia pun harus harus bekerja keras mengolah ladang lobak demi mencukupi kebutuhan hidup.

Benar-benar hidup yang berat bagi Ennie. Di usianya yang masih muda, dia harus membantu ayahnya mengolah ladang. Melupakan kebahagiaan-kebahagiaan yang seharusnya dia nikmati di usia muda. Dia tidak punya teman, hanya pembeli dan rekan kerjalah yang dia kenal. Mungkin karena itulah dia selalu membahas tentang uang dan uang. Tentang laba dan rugi. Tidak pernah sekalipun membicarakan film-film, cerita-cerita seru ataupun kesulitan-kesulitan yang menimpanya.

-----------------------------------------------------------------

Kids BunkerWhere stories live. Discover now