17. Menjadi Miliknya

921 121 8
                                    

Setelah mendengar penolakan secara tidak langsung dari mulut Retania untuk menjadi istrinya, Adiwilaga semakin menatap tajam gadis di hadapannya tajam.

"Bukankah aku sudah bilang? Apa yang aku inginkan akan aku dapatkan. Lagipula memangnya kamu mau bersanding dengan orang dari bangsa yang sudah banyak menghabisi nyawa saudaramu sendiri?"

Setelah mengatakan itu, Adiwilaga berdiri. "Bersiaplah, kita akan makan bersama Ibu dan Romoku" Ucapnya lalu keluar dari kamar, meninggalkan Retania yang masih mematung.

Hingga detik berikutnya, air mata Retania meluruh tanpa suara. Ia tidak suka dipaksa, apalagi dipaksa untuk dipersunting oleh pria yang sama sekali tak dikenalnya. "Mama, Reta mau pulang. Reta ngga mau ada disini lagi. Jemput Reta, Ma.."

*****

Setelah menikmati jamuan dan berbincang ringan dengan Sri Susuhunan Pakubuwono dan istrinya, kini Retania hanya duduk lesehan ditepian pendopo. Ia tidak mengerti kemana perginya semua orang, kenapa dirinya ditinggal seperti ini. Alhasil Retania terus misuh-misuh karena kebaya dan jarik yang ia pakai mempersulit pergerakannya.

"Iya benar, kenapa Pangeran memilih gadis biasa seperti dia ya?"

"Tapi aku dengar, dia masih ada darah keturunan Kesultanan Cirebon. Ya, meskipun hanya dari seorang selir"

"Tapi tetap saja aku tidak terima. Lihat saja caranya memakai jarik, sangat numpang"

Samar-samar, Retania mendengar celotehan itu dari belakang pendopo. Ia menggerutu kesal saat melihat para pelayan itu menatapnya tidak suka. Kemudian perhatiannya teralihkan ketika melihat banyak orang yang sedang sibuk mempersiapkan sesuatu di area halaman belakang keraton.

"Eh permisi, itu sedang apa?" Tanya Retania mencegat seorang pelayan yang tepat lewat di hadapannya.

"Sedang mempersiapkan menjelang pesta rakyat, Ndoro" Pelayan itu pun menunduk dalam, sambil berlalu dari hadapan Retania.

Retania mulai menghampiri perlahan. "Pesta rakyat? Emang ada apaan sih?" Gumamnya penasaran.

"Nanti malam gerbang ini akan terbuka untuk semua rakyat. Baik itu bangsawan, kalangan menengah, bahkan sampai jelata"

Retania sedikit tersentak ketika ada sebuah suara menggema tak jauh darinya, saat menoleh sudah ada seseorang yang berdiri disampingnya. Orang itu adalah Adiwilaga.

"Agar mereka semua tau dan melihat bagaimana rupa ayu calon istriku" Sambungnya tanpa mengalihkan pandangan dari kesibukan jauh di depan matanya.

Entah kenapa Retania jadi merasa takut sekarang. "Aku rasa.. aku ragu dengan rencana pernikahan ini" Ucapan Retania sukses membuat perhatian Adiwilaga tertuju padanya.

"Kamu tau sendiri kan, kalau sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik" Lanjut Retania yang kini berbalik menatap pria tersebut.

Adiwilaga terkekeh pelan. "Kamu akan menikah dengan calon pemimpin Surakarta. Hidupmu akan terjamin, kamu juga akan terbebas dari tuduhan dan bayang-bayang londo yang selalu mengincar para gadis diluar sana. Lalu apa lagi yang kamu ragukan?"

Jangan tanyakan itu, Retania pun tidak tahu kenapa masih enggan untuk menikah dengan calon penerus takhta yang tampan ini. Padahal jika dilihat dari segi apapun pria di hadapannya ini tidak memiliki kekurangan baik seujung kuku.

"Apa kamu masih memikirkan laki-laki kulit putih itu?" Tanya Adiwilaga dingin, membuat Retania yang sempat tertunduk kembali menatapnya. "Jika iya, tunggu saja. Aku akan membuatmu menjadi milikku sebelum waktunya"

AKHIR PERMULAAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang