chapter 1 : library

933 84 2
                                    

Lilianne Grace Genevie, kembali ke Hogwarts untuk melanjutkan pendidikannya di tahun ke 3. Dikenal sebagai gadis yang cukup pandai dan suka menghabiskan waktunya untuk pergi ke perpustakaan. Bisa dibilang sifatnya mirip seperti Hermione namun Grace adalah seseorang yang lebih pendiam.

"Aku akan merindukan masa masa liburan seperti ini." Ucap gadis dengan mata indah berwarna biru.

Seiring perjalanan, Grace sangat menikmati indahnya pemandangan sekitar. Kupu kupu dan burung berterbangan di langit, dalam batin ia berkata mereka sangat berbahagia. Grace tidaklah sendiri, tentu saja Hermione, Ron & Harry ada bersamanya. Kedekatan mereka dimulai ditahun pertama ketika mereka menempati asrama yang sama yaitu Gryffindor.

"Hei, kalau boleh jujur aku sangat merindukan kalian. Yah walaupun kita tetap mengirim surat untuk satu sama lain rasanya aku masih merindukan kalian." Ucap Grace sebagai salah satu yang memulai obrolan.

"Kau terlihat begitu dramatis." Celoteh pemuda dengan nama Ron Weasley.

Hermione dan Harry hanya terkekeh akibat perkataan Ron, dan Grace? Ia sedang menahan rasa kesal sampai sampai ingin sekali memukul kepala Ron.

"Bloody hell, aku hanya berkata yang sesungguhnya. Apakah itu salah?" Tanya Ron dengan wajah kebingungan.

"Diamlah, tunggu saja pembalasanku setelah ini." Grace memalingkan pandangannya dan dia hanya mau menatap wajah Ron dengan raut muka sinis khasnya.

Kereta pun tiba di tempat tujuan, yaitu Hogwarts. Hagrid sudah menunggu dan segera memberikan arahan kepada seluruh siswa untuk segera turun agar kembali berkumpul bersama sama.

Grace, Harry, Ron & Hermione menuruni kereta. Ditengah perjalanan, tiba tiba Grace berkata bahwa dia ingin untuk ditinggal saja dan akan menyusul nanti karena sweaternya ketinggalan di kereta. Aku benar benar pelupa, gumamnya dalam hati.

"I got you!" Ucap Grace setelah menemukan sweaternya. Secepatnya ia keluar dari kereta dan menyusul teman temannya agar tidak ketinggalan jauh. Ibunya baru membeli sweater itu untuk Grace, maka dari itu ia tidak mau meninggalkannya di kereta karena ia menganggap bahwa sweater itu adalah sesuatu yang harus dirawat dengan baik.

Tak disadari, terdapat laki laki dengan rambut pirang sedang memandang Grace dari kejauhan. Dan disinilah semuanya dimulai. Draco Malfoy, untuk pertama kalinya merasa jatuh cinta pada gadis bernama Lilianne Grace Genevie.

Malamnya, seluruh siswa diminta untuk hadir di great hall untuk makan. Seperti biasanya, mereka juga akan mendengarkan sedikit pembukaan dari kepala sekolah alias profesor Dumbledore. Grace termasuk gadis yang tidak terlalu suka makan, bisa disebut ia makan dalam porsi cukup. Tak seperti temannya, Ron Weasley yang selalu makan dengan alasan ia lapar. Dia benar benar selalu lapar setiap saat. Grace selalu berpikir apakah perutnya sudah dibuat lubang sehingga apa yang masuk secepatnya keluar begitu saja.

******

Siang yang panas dan cukup membosankan, Grace pun mengajak Hermione pergi ke perpustakaan namun Hermione sedang tidak bisa karena ia sibuk dengan buku baru yang sedang dia baca. Grace pun memutuskan untuk pergi sendiri, walaupun terlihat membosankan. Kakinya melangkah, bibir pink yang khas menghias wajahnya yang cantik. Diperjalanan, seorang laki laki bertanya kepadanya, ia merasa familiar dengan suara itu namun tak mengingat si pemilik suara.

"Oh, nampaknya aku menemukanmu berjalan sendirian. Dimana teman teman yang kau banggakan itu?"

Sialan, dia lagi. Suara itu datang dari salah satu murid slytherin, Draco Malfoy. Yang selama ini selalu menyisihkan waktunya untuk mengganggu Grace dan teman temannya.

"Mau apa kau kemari? Aku tidak punya hutang denganmu." Tanya Grace dengan nada ketus.

"Tenanglah, lagi pula aku tak ingin mengganggu harimu. Kau mau kemana?" Pria berambut pirang itu bertanya dengan nada santai.

"Perpustakaan."

"Bisakah mau menjawabku dengan nada yang enak didengar?" Nadanya agak tinggi, sepertinya Draco kesal karena Grace hanya menjawab dengan cuek.

"Nada bicaraku memang seperti ini, kalau kau tak suka aku minta maaf." Entah mengapa Grace meminta maaf, padahal ini bukan salahnya. Draco hanya salah mengartikan.

"Akan kumaafkan, namun dengan syarat aku boleh ikut ke perpustakaan denganmu." Draco menjawab dengan santai sementara Grace merasa kebingungan harus bagaimana. Lagipula aku tak mengharap maaf darimu, namun karena ia tak punya pilihan, ia hanya mengiyakan Draco.

Dekat denganmu adalah sesuatu yang aku harapkan, Grace.

Mereka sampai di perpustakaan, siswa yang berada disana menatap Grace & Draco dengan tatapan penasaran karena tidak biasanya Draco pergi berdua saja, apalagi bersama seorang wanita. Namun Draco tak menghiraukan tatapan mereka dan hanya menganggap sebagai angin yang berlalu lalang.

Anehnya, Draco hanya ikut kemana Grace pergi karena ia tak tau apa yang mau dia lakukan disini. Grace sendiri ingin sekali bertanya mengapa Draco hanya membuntutinya, namun ia malas mengeluarkan effort untuk bertanya. Setelah menemukan buku yang cocok untuk dibaca, akhirnya Grace duduk. Diikuti si pirang yang daritadi hanya membuntutinya.

"Buku apa yang sedang kau baca?" Tanya Draco penasaran.

"Sebuah dongeng, menceritakan tentang mitologi putri duyung yang tinggal di lautan." Jawab Grace sembari menatap Draco.

Draco terdiam sesaat, matanya tertuju pada gadis yang ada di sebelahnya. Ia tak percaya mata biru itu menatap kearahnya dengan tulus dan berpikir bahwa dia akan gila karena jatuh cinta. Terlalu indah, gumamnya.

"Tuan? Mengapa kau melamun? Apakah kau sedang tidak sehat?" Pertanyaan yang muncul dari bibir Grace membuat Draco mulai mengabaikan pikirannya sesaat.

"Maaf, aku tak menyadari bahwa aku sedang melamun. Terkadang pikiranku berubah begitu saja tanpa kusadari." Jawab Draco.

"Aneh." Draco tidak suka disebut sebagai seseorang yang aneh, namun apa yang bisa ia lakukan jika yang berkata adalah Grace? Draco hanya tersenyum, seketika perutnya geli karena ia salah tingkah.

Suasana kemudian berubah menjadi hening, Grace kembali fokus pada bukunya dan Draco hanya diam dan terus memandang Grace dengan tatapan kosong. Sayang sekali, Draco harus berpamitan karena ia lupa akan ada kelas tambahan khusus slytherin. Ia takmau berpisah dengan Grace, namun apa yang bisa dilakukan? Bisa bisa slytherin akan kehilangan 50 points hanya karena satu siswa tidak hadir.

"Aku akan pergi sekarang, kelas tambahan sedang menungguku. Jaga dirimu baik baik, ok?" Draco berkata dengan lembut. Sebelum ia kembali, Draco mengacak acak rambut Grace sebagaimana seseorang sedang gemas.

Grace sedikit kesal dengan Draco, tapi sama sekali tak bisa menahan senyum di bibirnya. Pipinya memerah, menandakan ia malu. Astaga, aku tak pernah melihatnya se lembut ini, ujarnya dalam hati.









Hello! Ini pertama kalinya aku bikin story jadi maaf banget yaa kalo freak. : (

heather ft. draco malfoyWhere stories live. Discover now