Prolog

48 29 15
                                    

Senyumanmu ... yang indah bagaikan candu, ingin terus kulihat walau dari jauh~

Lagu itu selalu saja menghantui pikiran Bunga, setiap mendengar lagu itu Ia akan teringat pada seseorang yang sangat Ia sukai.

Rangga.

Mereka tidak pacaran, jujur saja ... cinta Bunga itu sepertinya bertepuk sebelah tangan. Apalagi jika melihat dari kedekatan Rangga dengan beberapa perempun, Bunga bukanlah satu-satunya.

Inginnya Bunga sih, dia bisa move on. Meninggalkan kenangan manisnya dengan Rangga, tapi semua terlalu sulit untuknya.

"Nih! untukmu," ucap Rangga setelah memberikan coklat berbentuk love pada Bunga.

Tuh kan, masih bilang ingin move on?

Sikap Rangga yang penuh perhatian itu yang membuat Bunga tak bisa berpaling darinya, tapi jangan salahkan Rangga juga.

"Untuk adik tersayang," lanjutnya lagi.

Karena Rangga selalu mempertegas hubungan mereka yang sebenarnya, ya ... selama ini Rangga hanya menganggapnya sebagai seorang adik. Padahal dia sudah menganggap Rangga seperti belahan jiwanya sendiri.

Poor Bunga

"Jangan coklat terus, kalo aku gendut gimana?" rengek Bunga, karena bukan hanya sekali Rangga memberikannya coklat seperti ini.

"Ya, bagus. Jadi kamu tidak akan mendapatkan pasangan," ejek rangga.

Sikap Rangga itu seakan-akan memberi harapan pada Bunga, bahwa hanya dia yang boleh menjadi pasangan Bunga.

Pipi Bunga memerah samar, senyumnya juga berusaha ia tahan. Anak muda jaman sekarang bilang, Bunga Baper.

"Jadi kakak punya teman men-jomblo," jelasnya.

Tetap saja ujungnya jelek, tidak enak. Pahit melebihi pahitnya kopi yang sering kak Rangga minum.

"Sudah dulu ya kak, aku mau menemui temanku," kataku.

Mana tahan aku lama-lama di samping kak Rangga, bisa mimisan aku. Lagi pula selain kak Rangga, aku juga mulai membuka hati pada temanku yang satu ini.

Satria

Sebenarnya dia juga seangkatan sama kak Rangga, tapi karena kami sedang masa 'pdkt' dia menyuruhku untuk menganggapnya sebagai teman saja. Katanya kalo menganggap dia seorang kakak takutnya keterusan, jatuhnya nanti bukan pacaran.

"Dari Rangga lagi?" tanyanya.

Lantas aku mengangguk, memangnya dari siapa lagi? Sebenarnya dia atau mungkin semua orang juga sudah tahu, kak Rangga itu tak pernah absen memberiku coklat.

Itu makanan kesukaanku omong-omong.

Sikap kak Rangga itu benar-benar ambigu, orang-orang jadi mengira bahwa aku itu pacarnya. Satria juga saat itu menganggapku seperti itu, tapi tidak setelah aku menjelaskannya.

"Jangan mau menerima coklat dari dia lagi," katanya ketus.

Lalu dia meninggalkanku begitu saja, hey tak perlu seperti itu. Bukankah ini sudah biasa?

Satria cemburu

Ini bukan pertama kalinya, satu-satunya cara yang ampuh untuk membujuknya adalah membuang coklat dari kak Rangga.
Dengan terpaksa lagi-lagi aku harus membuangnya, padahal dia telihat sangat lezat tadi.

"Tuh! Sudah kubuang kok," kataku cepat.

Aku berlari kecil untuk menyusulnya, lihat senyumnya mulai berkembang lagi.

"Bagus, ayo beli es krim!" Sebagai gantinya Satria selalu membelikanku es krim yang lezat di toko es krim depan sekolah.

Itu sudah langganan kami

Sudah dulu yah, nanti akan kuceritakan lagi kisahku dengan mereka.

To Be Continued

Bunga [✔️] Where stories live. Discover now