The Beginning Of Us

20 5 0
                                    

Waktu itu malam hari, mungkin sekitar jam 9 malam. Gemerlap Kota Seoul terpampang nyata di depan mata, lampu-lampu di setiap penjuru kota berkelap-kelip indah tak ada habisnya, ditemani semilir udara kelewat sejuk membuatku selalu betah menghabiskan setiap sekonnya disini.

Sayup-sayup dapat kudengar bisingnya kota sibuk ini, angin malam yang kian menyelimuti diri tak urung membuat diriku lebih memilih kembali ke kamar bergelung dengan selimut yang hangat.

Sebenarnya tempat ini sama seperti kamar loteng pada umumnya, memiliki balkon dengan halaman yang tidak begitu luas, dihubungkan dengan tangga sederhana diujung yang menjadi perantara kamar ini dengan jalan setapak tepat disamping rumahku. kamarnya pun tidak lebih besar dari ruang tengah rumahku yang ada di bawah, tetapi suasana disini terlalu membuatku candu.

Menyempatkan diri setiap malamnya  kesini, rasanya sudah menjadi kebiasaan tersendiri. Aku selalu kesini mungkin setiap tengah malam ? atau menjelang pagi buta? Entahlah.

Menghabiskan semalaman suntuk disini adalah satu-satunya cara aku beristirahat meski tak tidur seharian. Katakan saja, aku mengidap Insomnia. Tapi sepertinya cara itu tak lagi berguna mengingat tempat ini akan disewa seseorang.

Huft. ingatkan aku untuk tidak mengumpat pada orang itu.

Tak sampai setengah jam aku berdiri memandangi indahnya kota kelahiranku, tiba- tiba suara seseorang menginterupsi,

“Shit. Benar-benar menyusahkan!”

Terdengar tidak terlalu jauh, mungkin dia di ujung tangga sana. Ditambah deru nafas yang kian beradu tak beraturan itu, bisa kupastikan dia sedang kesusahan.

Apa dia sudah datang?

“Seharusnya aku meminta Jimin datang kesini!” dumal orang itu lagi.
Belum rasanya sepuluh detik, aku mendengar suara seseorang terjatuh.

“Astaga! Kenapa hari ini sial sekali sih!”

Aku tersenyum kecil mendengar umpatannya, entah dimana letak lucunya aku juga tidak mengerti, tapi itu cukup membuat terkekeh sebentar.

Oke, Kurasa harinya memang benar-benar buruk.

“Butuh bantuan?” tawarku
Setelah tahu dia terjatuh, aku menghampirinya, itu sudah menjadi tugasku jika ada seseorang yang akan pindah ke kamar loteng ini—atas suruhan ibu tentu saja memangnya siapa lagi.

“Ah ya, terimakasih” ucapnya singkat, sesekali menghalau rambut panjangnya yang menggangu pandangan.

“Ya, tentu” Salahkan mulut sialan ini yang tidak bisa berhenti tersenyum menatapnya.

Ah sial, kenapa aku jadi begini, maksudku semuanya terasa normal sampai aku melihat paras ayu itu.

“Oke. jadi apa itu dirimu? Kau kah Kim Taehyung itu?”

Diriku tersentak, netra kecoklatan manik kembar itu bisa kulihat dengan jelas dibawah sinar rembulan malam ini. Entah kenapa hawa Seoul terasa berbeda malam ini, eh? Atau hawa diriku saja?

Kedua pipinya yang terlihat memerah malu-malu lengkap dengan beberapa bulir keringat yang turut andil menghiasi wajahnya.

Aku melihat itu.

Rasa-rasanya memang benar, ada yang salah dengan hawa Seoul sekarang, kenapa aku jadi gugup tak beralasan begini?

“Halo? Permisi?”

Mengerjap cepat, baru kusadari kalau kami sudah sampai di depan kamar lotengnya. Yaampun kurasa ada beberapa fungsi otakku yang bermasalah. Aku yakin itu.

“E—eh i—iya ?”

Gadis yang belum aku tahu namanya itu kini menghela nafas sebentar diakhiri senyumannya yang—yang manis?

Tidak, tidak. Ayo fokus Kim!

“Kau. Kau Kim Taehyung atau bukan?”

“Oh ya! tentu saja! Aku—aku Taehyung, Kim Taehyung. Perkenalkan aku Kim Taehyung.”

Buru-buru ku ulurkan jabat tangan dihadapanya.

Tunggu, ini benar-benar memalukan. Kenapa aku terlihat terlalu bersemangat begini?!

Padahal aku sudah berencana  mengumpati si penyewa baru kamar ini, aku sudah menyiapkan kata-kata terpedasku selama berhari-hari asal kalian tahu.

Sekarang? Lihatlah.

Buka lebar biji bola matamu Kim, gadis itu bahkan terlihat ragu-ragu membalas jabatan tanganmu!

Sadarlah, dirimu menakutkan. Siapa yang tidak was-was jika ditatap--sangat bersemangat begitu.

Jangankan gadis didepanmu sekarang, pasti bibi penjual ikan langganan ibumu bisa lari terbirit-birit.

“Oke, Kim. Aku Hyunhee, Song Hyunhee”

Aku tidak yakin apakah aku masih bernapas atau tidak setelah melihat dia mengakhiri kalimatnya dengan senyum termanis yang pernah ada.

Tidak buruk juga ternyata bersikap semangat dipertemuan awal.

Well—aku akan menyimpan baik-baik memori saat jabatan hangat dari tangan mungilnya itu membalasku.



Sabtu, 7 Nov 2020.

Woaaahhhjjasdfghklvhiuo💃💃💃

Berani-beraninya aku publish story baru sedangkan cerita sebelah belum pun ada setengah jalanㅠㅠ

Tapi gapapa abisnya aku greget banget sama Tae disini :3 yg pasti beda sama Mas Chef disebelah ya heuheu, 180° totally different! Wkwk

Buat kamu yang mau overdosis manis manis bisa mampir disini ya *eh jangan overdosis juga si bahaya

Well,
Pantengin terus yaw!

Well, Pantengin terus yaw!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


So, i hope you enjoyed and liked the story 💜

See u soon, 🍃





With ma deepest luv,
Brishine.

Sweet Night Where stories live. Discover now