❄ MrB 2

42 6 0
                                    

"Semuanya ada karena terbiasa"
-Raffa Sebastian Bagaskara-

Suasana ruangan luas yang sangat hening dan tenang, fajar yang menyambut pagi hari ini sangat indah, semua penghuni bumi bangun pagi hari untuk melakukan aktifitasnya masing-masing. Tapi, tidak dengan pria jangkung yang masih terlelap dibawah gulungan selimut, pria itu masih enggan untuk bangun dari nikmatnya dunia mimpi. Ya, dia Raffa.

Saat sedang asik menikmati mimpi yang begitu indah, tiba-tiba terdengar suara yang sangat mengganggu pendengaran Raffa.

TOK TOKK TOKKKK
TOKK TOKKK

"BANGGGGG TIAAAAAAAANNNNNN, UDAH SIANG KATA MAMAH BANGUN ABANGGGG" ucap Riffa, adik Raffa.

"Ish, pagi-pagi" ucap Raffa mendumel didalam selimut.

CEKREKKKK
BRAAAAAKKKKKKKKKK

"Abang, bangun ih" ucap sang adik sambil menarik selimut Raffa.

Raffa masih enggan bangun, mengingat yang menbangunkan Raffa adalah orang yang sangat Raffa benci setelah mamah tirinya.

"Bang tian udah jam 6.45 abangggg"
"ABAAAAAANGGGGGGGG"

"JANGAN PANGGIL GUA TIAN!" ucap Raffa sangat emosi.

Ya, Raffa sangat tidak suka jika orang lain merubah nama panggilannya, apalagi yang memanggil dia dengan nama lain adalah mama dan adik tirinya.

"Iya, abang bangun. Udah siang" ucap Riffa pelan.

"Iya ini gue bangun, puas lu?" ucap Raffa sengit, sambil mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.

"BANG RIFFA TUNGGU DIBAWAH YAAAA SAMA MAMAH, MANDINYA JANGAN LAMA LAMA ABANGGGG" ucap sang adik.

"IYA!" ucap Raffa datar.

***

Raffa sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Seperti biasa setiap pagi suasana meja makan selalu hening, tidak ada suara lain selain suara cempreng Riffa yang selalu membuat suasana meja makan setiap pagi menjadi sedikit lebih ramai, meskipun setelahnya selalu ada pertengkaran kecil di meja makan.

"Bang tiaaan kok nasi gorengnya gak dimakan? Nasi gorengnya enak tau buatan mamah" ucap Riffa.

"Abang kok diem aja sih dari tadi? Abang sakit ya?" ucap Riffa bawel.

"Abang marah ya sama Riffa?" ucap Riffa.

"Abang kesel ya gara-gara Riffa tadi teriak-teriak dikamar abang hiks" ucap Riffa menahan tangis.

"Udah dek jangan nangis ya, sekarang makanannya abisin dulu. Tuh liat, abangnya kan lagi sarapan, jangan dulu diganggu ya" ucap sang papa lembut.

"Tapikan pah-" ucap Riffa terpotong dengan ucapan Raffa.

"BISA GAK SIH BUAT GA MANGGIL GUA DENGAN SEBUTAN TIAN HAH? MUAK GUA LAMA LAMA DENGERNYA" ucap Raffa emosi.

Riffa yang di bentak oleh Raffa hanya diam mematung sambil menahan isak tangis, kian lama suara tangis Riffa semakin terdengar. Tasya yang melihat anaknya menangis langsung memeluk Riffa dengan kasih sayang sambil terus menenangkan.

"Eh, anak mamah gaboleh nangis dong" ucap Tasya bercanda.

"Hiks hiks ke...napa ab...ang mara...hin Riiif..faaa mah hiks Rif..aaa sal..ah a...paaa hiks sa..ma aba..ng" ucap tasya sambil terisak.

"Cup cup anak cantik kok nangis? Riffa gak salah kok, abang tadi cuma lagi kesel, karena pusing banyak PR dari ibu guru sayang" ucap Tasya lembut.

"Hiks ta..pi Rif..faaaa taa...kut li..hat aba...ng marah ka..ya ta...di hiks hiks" ucap Riffa semakin terisak.

"Eh kok makin nangis sih kesayangan mamah. Jangan nangis ah, maafin abang ya sayang, abang gak akan kaya gitu lagi sama Riffa, oke?" ucap Tasya meyakinkan Riffa, Riffa hanya mengangguk kecil sambil mengusap air mata yang mulai mengering.

Usai melihat drama ibu dan anak yang sangat raffa benci dirumah ini, Raffa segera beranjak dari meja makan tanpa sepatah katapun. Sampai suara sang papa terdengar sangat keras.

"BAGAS!"

"DIA INI ADIK KAMU, GAK SEHARUSNYA KAMU BENTAK SEPERTI ITU" ucap sang papa dengan nada tinggi.

"JANGAN PERNAH SEBUT NAMA ITU LAGI!"ucap Raffa.

"Dan, dia bukan adik Raffa, jangan pernah bertingkah so baik sama Raffa. Semenjak kehadiran cewek dan anak ini papah gak pernah lagi jenguk mamah, gak pernah lagi peduliin Raffa, semanjak mamah tinggalin Raffa papah berubah" ucap Raffa menahan emosi.

"Papa sayang sama kamu Bagas, papa sayang sama almarhuma mamah. Maafin papa sayang" ucap Fathan tulus.

Raffa sudah sangat emosi, Raffa terus berjalan tanpa menghiraukan ucapan sang papa.

"BAGAS, PAPA BELUM SELESAI BICARA!" ucap Fathan kesal.

"Udah mas, gapapa. Tian mungkin belum bisa nerima kehadiran aku dan Riffa secepat ini, Tian masih butuh waktu mas." ucap Tasya sambil mengusap punggung tangan sang suami.

"Tapi dia udah kelewat batas sya, dia gak seharusnya berbicara seperti itu di depan Riffa" ucap Fathan masih tersulut emosi.

"Gapapa mas, mungkin Tian masih butuh waktu buat nerima Riffa" ucap Tasya lembut.

"Huhh, iya sya. Maafin aku ya, aku belum bisa jadi papah yang baik buat Riffa" ucap Fathan sedih.

"Kamu udah jadi sosok papah yang hebat untuk Tian dan Riffa mas, kamu gak boleh nyerah ya untuk luluhin hatinya Tian" ucap Tasya sambil tersenyum.

"Terima kasih sya, udah selalu ada untuk aku dan Bagas" ucap Fathan.

"Sama-sama mas" ucap Tasya.

***

Maap dikit, masih bingung gitu 😭

Tinggalin terus kritiknya dikolom coment yaaaaaaaa gais 😻

Jangan lupa vote sebanyak-banyaknyaaaa yaaa. Luvv ❤
.
.
.
.

Follow instagram aku biar tau info update ceritanya ya 👇
@briliandw

Mr. Bagaskara ( On Going ) Where stories live. Discover now