83 : Uninvited Guests

Start from the beginning
                                    

"Minum gratis," ucapnya sambil tersenyum.

"Oi, Anjay, menu yang paling mahal, dua," ucapnya pada Ajay.

"O--oke, Bang," jawab Ajay.

Ajay tahu benar, Dirga sangat benci dengan keluarga dan marganya, kecuali Tirta. Setelah beberapa kejadian yang menimpa mantra, ia pikir ombak akan tenang untuk sesaat. Namun, siapa yang sangka? Badai semakin mengamuk, ombak besar terus menerjang kapal layar milik Mantra tiada hentinya.

"Jadi--ngapain lu ke sini?" tanya Dirga dengan sorot mata yang tajam.

"Aw--takut," ledek Frinza.

"Frinza!"

"Udah gua bilang kan, cuma ga sengaja aja main ke kafe. Dan beruntungnya malah ketemu sama adek sendiri," jawab Frinza.

"Ga! Kalo lu ga tau tentang keberadaan gua, lu ga akan nyuruh Ajay buat bikinin pesenan lu. Dan lu ga akan minta gratisan karena lu ga tau kalo gua itu owner di sini."

"Ahh--"

"Gua emang sering banget ngelakuin kesalahan sih, sorry," balas Frinza.

Frinza mengeluarkan amplop dan meletakkannya di meja, ia menyodorkan amplop itu ke Dirga.

"Gua butuh bantuan lu," ucap Frinza.

"Hahahaha, lu tau kan jawaban gua? Ga akan pernah gua bantu keluarga yang numbalin anaknya sendiri! Keluarga yang bunuh ibu gua karena berusaha nolongin gua."

"Ini bukan permintaan keluarga Martawangsa, ini pure permintaan gua sebagai kakak lu, cek aja dulu isinya."

Dirga membuka amplop itu, tentu saja isinya adalah uang.

"Gua ga butuh uang," Dirga membanting amplop itu ke meja. Seketika itu sebuan pin berwarna emas keluar dari dalam amplop.

"Pin itu, kan?" Mata Dirga tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Iya, ini adalah pin yang cuma dimiliki sama petinggi keluarga. Ini punya gua, dan gua kasih buat lu--"

"Dengan ini lu punya akses masuk ke seluk beluk Martawangsa Corp. Lu cuma harus bantu gua."

Di dalam amplop itu juga ada beberapa foto seorang pria yang tak asing untuk Dirga.

"Lu kenal orang itu kan?" tanya Frinza.

"Jambrong?"

Jambrong adalah salah satu pengguna topeng, seperti Dirga dan Bayu.

"Ya, dia adalah salah satu anggota Dasamuka," jawab Frinza.

Dasamuka? Orang-orang yang dicari Bayu, batin Dirga.

"Dia itu pengkhiat, dia ngebunuh salah seorang Dasamuka lain dan kabur ke daerah jawa tengah. Perkiraannya dia ada di sekitaran Jogja, mengingat kampung halamannya ada di sini. Gua mau lu bantu gua cari orang ini."

Frinza mengeluarkan sebuah kartu nama. "Kalo lu liat, Si Jambrong, hubungin gua. Jangan terlibat! Lu bisa mati."

"Apa peduli lu kalo gua mati?"

Frinza mencengkeram kerah baju Dirga.

"Gua itu beda sama Gemma. Nyawa yang diselamatin ibu, ga boleh mati di tangan Martawangsa! Paham lo?"

"Kalo sampe lo mati di tangan Martawangsa lain, gua kejar lu sampe neraka!"

"Ini, Kak pesanannya," ucap Puspa.

Pesanan Frinza sudah datang, dua botol cold brew.

"Buat lo satu, gua mah orang baik, suka berbagi."

Mantra Coffee ClassicWhere stories live. Discover now