63 : Jalan Keluar

1.8K 368 17
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Sehari sebelum malam pertarungan Tirta dan Tara, Dirga menghampiri Uchul.

"Apa yang Tirta rencanakan?" ucap Dirga pada Uchul yang sedang memakan buah apel.

Uchul mengisyaratkan Dirga untuk duduk terlebih dahulu.

"Chul?"

"Duduk dulu, santai. Semua yang terburu-buru itu ga baik," balas Uchul sambil tersenyum.

Dirga paham betul, Uchul yang saat ini berada di hadapannya, adalah Uchul yang pernah membawanya ke Alam Suratma. Uchul memiliki kepribadian ganda, satu sisinya bersifat konyol, tetapi berbahaya dalam sebuah perkelahian. Dan sisi satunya bersifat tenang, dan agresif dalam menyusun rencana gila. Yang paling mencolok dari perbedaan sifatnya adalah senyum dan seringai, atau cara Uchul tertawa.

Uchul melempar sebuah ponsel pada Dirga, tentu saja Dirga menangkap ponsel yang Uchul lempar.

"Di situ ada tiga aplikasi, namanya Anna, Uchul sama Tirta."

"Kita kelabuhi peti hitam--bawa tawanan palsu," sambung Uchul sambil menggigit apelnya.

"Kalo gitu, Septa bisa dalam bahaya?"

"Mereka ga akan bawa Septa," balas Uchul dengan yakin.

"Kalo terjadi pertempuran lagi, Septa itu cukup merepotkan mereka. Apa lagi dia itu emang antinya ilmu hitam--"

"Gua berasumsi bahwa, peti hitam akan datang dengan tiga orang. Ya, walaupun ada satu orang yang jadi kartu as mereka, dan ga ada sama sekali informasi tentang si kartu as ini," sambung Uchul.

"Dan mereka ga akan membunuh siapa-siapa, kecuali jika memang terjadi pertempuran. Dan jika kita membawa tahanan asli--"

"Skenario terburuknya adalah, tahanan bebas dan Tirta kalah," ucapnya lagi.

"Jadi, gua pasang alat pelacak yang nantinya akan berfungsi jika salah satu dari gua bertiga ada yang kalah dan di bawa--gua udah ngirim laporan ke atasan juga, buat nurunin pasukan. Kalo lu mau ikut, itu gua kasih salah satu alat pengintai. Kalo ada salah satu dari gua bertiga yang di bawa, atau justru gua bertiga di bawa, alat itu bakalan nunjukin posisi markas besar peti hitam."

***

Tama berjalan dengan membetulkan posisi sarung tangannya. Di sampingnya, Andis mengenakan topi beanie coklat khas miliknya. Dan Ajay yang berjalan sambil mengantongi kedua tangannya pada kantung jaketnya.

"Ayo, kita berangkat," ucap Dirga yang berjalan ke motornya sambil memegang topeng.

"Siap!" seru mereka bertiga dengan serempak.

Dengan mengendarai dua motor, mereka melaju mengikuti jejak pelacak yang telah diberikan Uchul.

***

Sementara itu, sesampainya di markas besar. Tara seorang diri membawa Tirta menuju tempat ia menahan Septa.

"Ti ... Tirta," ucap Septa lirih.

"Syukur deh kalo lu ga kenapa-napa," balas Tirta yang melihat Septa sepertinya baik-baik saja.

"Reuni yang mengharukan," timpal Tara.

Sambil membuka pintu ruang tahanan, Tara melakukan sesuatu pada Tirta, hanya butuh waktu beberapa detik saja tiba-tiba Titra tumbang di lantai, ia tak sadarkan diri.

Mantra Coffee ClassicWo Geschichten leben. Entdecke jetzt