82 : Sayonara Mantra

Mulai dari awal
                                    

"Thanks, Jay."

"Lu serius, Tam?"

"Gua merasa udah ga layak di sini, Jay."

"Lu lebih dari layak kali! Mungkin kemarin, Andis cuma ga tau harus ngapain ... dulu dia udah relain, Sarah buat lu. Dan sebuah tamparan keras buat dia yang ngeliat lu nampar, Sarah--"

"Jangan dibahas lagi, Jay."

"Intinya, ini tuh kesalahan kita semua, Tam."

"Please--stay, ya?"

Tama menepuk pundak Ajay, ia menatap Ajay. "Lu itu, sahabat terbaik gua, Jay."

"Ya walau pun gua sempet benci sama lu, waktu liat masa lalunya, Aqilla--"

"Lu udah buat skenario yang jahat." lanjut Tama.

"Tapi disamping itu, lu lakuin itu semua buat gua, thanks, Jay."

"Gua cuma ga tinggal di sini lagi, tapi ga ada yang berubah kok."

Ajay dan Tama turun membawa barang-barang Tama. Tak ada benda yang tertinggal sedikit pun di kamar Tama.

"Kalo lu mulai lelah sama kehidupan lu di sana, jangan pernah lupa tempat lu pulang--"

"Sebulan. Gua harap, sebulan itu adalah waktu yang paling lama. Gua harap persahabatan kita semua ga pernah berubah."

Tama menjulurkan tangannya untuk mengajak Ajay bersalaman, Ajay berjalan menuju Tama yang berada di belakang mobil. Alih-alih menjabat tangan dengan sarung tangan hitam itu, Ajay mendekap tubuh Tama.

"Gua tunggu lu di sini, jangan kelamaan ngambeknya," ucapnya.

"Salam buat, Dirga, sorry semalem jadi nyamber ke dia."

"Andis?" tanya Ajay.

Tama tak menjawab pertanyaan Ajay, raut wajahnya berubah. Ia sinis jika mendengar nama Andis. "Gua pergi dulu, Jay."

Aqilla menarik lengan kaos kuning yang masih dikenakan oleh Tama, "pikirin sekali lagi," tuturnya.

"Ayo." Tama menggandeng tangan Aqilla.

Meaow~

Anna menggigit celana Tama, seolah ia menahan Tama untuk pergi.

"Kamu di sini aja, biar ada yang urusin. Oke?"

Kucing itu tak melepaskan gigitannya pada celana Tama. Tama berusaha melepasnya, ia menggendong Anna, tetapi Anna terus mencakarnya.

Meaow~

Tama meletakkan Anna di dalam mantra dan menutup pintunya. Kucing itu berusaha membuka pintunya, tetapi ia tak cukup tenaga untuk membukanya. Setelah itu Tama menaiki mobil bak dan segera pergi meninggalkan mantra.

Di perjalanan, Tama melihat mobil Dirga yang berada di lajur yang berbeda. Secara kebetulan, Dirga tak sengaja sedang melihat ke arah mobil bak yang dinaiki Tama. Ia melihat Tama dan Aqilla, lengkap dengan barang-barang milik Tama yang berada di belakang. Dirga mempercepat lajunya, ia menuju mantra. Untuk memastikannya, ia berharap bahwa yang ia lihat tadi bukanlah Tama. Namun, sirna semua harapnya ... kamar Tama sudah kosong, ia pergi.

Dirga mengambil ponselnya dan menelpon Nisa.

Dirga    : "Halo, Nisa."

Annisa : "Halo, Kak. Kenapa?"

Dirga     : "Nisa, mau minta tolong boleh?"

Annisa : "Minta tolong apa, Kak?"

Dirga : "Kamu ke mantra ya, sekarang kalo bisa."

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang