• 41 •

1K 216 130
                                    

"Dad, aku berangkat," Yoona menggigit bibir bawahnya. Ia setengah hati meninggalkan Sehun. Jika saja, tumpukan dokumen tidak menghalangi Sehun, mungkin saat ini mereka akan berangkat ke Amerika berdua. Ya, memang berdua. Hanya saja, bukan Sehun yang menemaninya, tetapi Ver yang Sehun percayakan untuk menjaga Yoona saat Sehun tak berada di sisinya.

Sehun mengusap lembut puncak kepala puterinya, "Kau tahu? Adam dan Ellena berada di Amerika saat ini. Kau bisa berkunjung dan sampaikan salamku untuk mereka. Juga ibumu," Sehun mendekatkan wajahnya, mengecup pelipis kanan Yoona. Sedangkan Yoona memejamkan matanya menikmati tiap sentuhan ringan Sehun, "Jadilah anak baik selama jauh dariku," ia beralih mengecup puncak kepala Yoona.

Sehun merasa berat hati melepaskan Yoona. Untuk pertama kalinya, ia akan berada jauh dari Yoona. Bukan tingkat daerah, tetapi tingkat negara. Terlalu sulit untuk Sehun menemui Yoona, karena waktu yang ia punya sangatlah tipis. Terlebih, ia harus mengecek setiap cabang perusahaannya yang berada di Korea Selatan. Di saat seperti ini, ia berharap menjadi orang biasa yang banyak mempunyai waktu. Tetapi Sehun tahu, membahagiakan wanita bukan selalu tentang cinta. Materi ia butuhkan agar wanita tercinta dan anak-anaknya tidak terlantar karena kekurangan uang.

Ver membantu Yoona membawa sedikit barangnya, karena koper dan barang bermuatan besar sudah di urus oleh staff bandara, "Nona, sudah waktunya," Ver memberitahukan Yoona. Serta seorang pilot dan satu orang pramugari yang menemani Yoona. Sebelumnya sudah diberitahukan, jika Sehun akan menuju ke bandara, dan menyuruh petugas bandara untuk menyiapkan pesawat pribadinya untuk membawa Yoona ke Amerika. Menurut Yoona, itu berlebihan. Tetapi Sehun tidak ingin hal yang tidak diinginkan terjadi. Ia mempercayakan pada kru pesawat yang biasa ia gunakan untuk berpergian dengan pesawat.

Tangan Yoona tetap menggenggam tangan Sehun, seakan tak ingin melepaskan kehangatannya. Sehun tersenyum, "Yoona, kau bisa mengganggu jadwal penerbangan lain jika terus menggenggam tanganku,"

Yoona mendengus, "Aku berangkat, dad," ia masih enggan melepaskan tangannya.

"Kau sudah mengatakannya tujuh kali, dan kau masih belum melepaskan tanganku," Yoona hanya tersenyum menampilkan giginya. Dengan berat hati, ia melepas tangan Sehun, dan berbalik arah memunggungi Sehun. Belum melangkah menjauh dari Sehun, ia terus membalikkan wajahnya untuk melihat wajah Sehun. Pria itu menggeleng pelan dan berjalan cepat menghampiri Yoona. Ia menggenggam tangan Yoona dan membawa ke ruangan private yang memang itu ruang pribadi di khususkan untuk Sehun sang chaebol yang menduduki peringkat pertama untuk segi kekayaan dan menjadi peringkat kelima yang masuk ke dalam forum 50 orang berpengaruh di dunia.

Yoona hanya menuruti tarikan lembut di tangannya. Sehun menghimpit Yoona ke dinding, dan mengurung tubuh itu dalam kurungan lengannya, "Jangan menatapku seperti itu. Sohee akan kecewa jika ia tahu kau batal berangkat ke Amerika hari ini," Sehun mengecup bibir Yoona. Kecupan pertama terasa ringan dan sebatas kecupan manis. Kecupan kedua berdurasi tiga detik lebih lama. Kecupan ketiga kecupan yang bertubi-tubi. Pada kecupan keempat, Yoona melingkarkan tangannya di leher, membawa rambut kelam Sehun di genggaman jarinya. Menyatukan bibir kembali, dan seakan Yoona ingin sekedar lebih dari kecupan, ia menahan kepala Sehun untuk menciumnya lebih lama. Bukan sekedar kecupan.

Sehun menyeringai dalam ciumannya yang dalam itu. Ia melumat bibir bawah Yoona, memberikan gigitan-gigitan kecil yang membuat Yoona mengeluarkan erangan tipis. Mereka bertukar saliva, lidah Sehun pertama kali berinisiatif memasuki rongga mulut Yoona. Menyecap manisnya rasa saliva milik gadis kecilnya. Tangan Sehun berpindah memeluk tubuh Yoona. Mengusap punggung kecil milik gadisnya.

Pasokan udara yang menipis, membuat Yoona harus mendorong pelan dada Sehun. Seperti berebut oksigen dengan Sehun, nafasnya terengah-engah. Yoona memeluk tubuh Sehun walau kakinya harus sedikit berjinjit agar tangannya mampu melingkari leher Sehun. Pria itu terkekeh pelan, membawa wajahnya mendekat ke leher Yoona. Bibirnya bermain di leher Yoona, memberikan sebuah tanda kemerahan pada leher Yoona adalah pilihan terbaik. Pria Amerika tidaklah bodoh untuk mengetahui tanda merah di leher seorang wanita adalah bukti sebuah kepemilikan.

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now