85: Sherlin Natawidya

Magsimula sa umpisa
                                    

"Makannya pelan-pelan aja, kalo mau nambah bilang ya."

"I--iya--Kakak." untuk pertama kalinya Tama mendengar suara Sherlin.

"Kakak kerja dulu, tunggu ya," ucap Tama sambil melepaskan sarung tangannya dan mengelus lembut rambut Sherlin. Sekelibat memori merekat erat di benak Tama.

Sherlin hanya mengangguk sambil menatap es krimnya yang sudah mau habis.

Hari ini mural tempo gelato telah selesai, Tama mendapatkan bayaran penuhnya. Ia mengajak Sherlin pergi ke plaza ambarukmo. Sesampainya di sana, Sherlin hanya terdiam menatap bangunan tinggi itu.

"Ini kan mall." Sherlin belum pernah masuk ke dalam mall sebelumnya.

"Iya, kita main ke mall," jawab Tama.

"Sherlin takut--banyak orang ...,"

"Jangan takut, Kan ada Kak Tama," balas Tama sambil menggandeng tangan bocah itu.

Mereka masuk ke dalam mall dan berkeliling di dalamnya, Tama masuk ke toko baju anak-anak dan membelikan Sherlin beberapa baju baru.

"Bajunya mahal," ucap Sherlin yang bahkan tak mampu membeli permen gulali.

"Tapi cocok kalo di pake Sherlin, gimana dong? Mau kan?"

Sherlin hanya mengagguk. Tama membayar baju itu di kasir dan lanjut ke toko alat musik.

"Sher, Kak Tama mau beli biola buat temen kak Tama, Sherlin bantu pilih ya, yang menurut Sherlin bagus," ucap Tama.

Sherlin segera berlari untuk mencari biola yang menurutnya bagus, sedangkan Tama melihat-lihat koleksi gitar.

"Kak Tama," panggil Sherlin. Sepertinya ia telah menemukan sebuah biola yang menarik perhatiannya.

 Sepertinya ia telah menemukan sebuah biola yang menarik perhatiannya

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

CAVALIERS BIOLA SYN 200B 1/2

Biola dengan jenis Cavaliers Syn 200B 1/2, harganya 1.800.000 rupiah. Tama menatap amplop yang diberikan oleh tempo gelato, dan sepertinya bahkan uang itu tak cukup untuk membeli biola tersebut.

Tama mengambil ponselnya dan mengecek saldo di rekeningnya. Ia tak pernah menggunakan sepeserpun uang di atm itu, karena ia selalu hidup dari Mantra Coffee selama di Jogja. Uang saku dari orang tuanya sekitar 2.000.000 per bulan. Jika di total hingga saat ini, kurang lebih uang di rekening Tama saat ini ada sekitar 50.000.000 rupiah.

Terpaksa deh, pake uang orang tua, batinnya.

Ia membeli biola itu, tentu saja Sherlin menatapnya dengan wajah mupengnya yang juga menginginkan biola tersebut. Sherlin adalah seorang pemain biola. Setelah selesai dengan acara jajan-jajannya, Tama dan Sherlin pergi menuju kafe legend yang berada di Kotabaru, Yogyakarta.

"Kita kemana lagi, Kakak?"

"Mau nonton, Kakak main band ga?"

"Waaaah, band. Mau, mau, mau," ucapnya antusias dengan wajah yang berseri-seri, karena menurutnya, anak band itu keren.

Mantra Coffee ClassicTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon