80 : Akar Masalah

Mulai dari awal
                                    

"Terus sekarang, mau gimana?" tanya Tama pada Sarah.

"Nasi udah jadi bubur. Ada wanita lain yang aku suka, dia mungkin ga sebaik kamu, ga secantik kamu, ga sepandai kamu dalam bermain musik--"

Tama menatap Aqilla. "Tapi entah kenapa--setiap deket dia, aku merasa tenang ... aku merasa ga sendirian lagi."

"Kamu itu, wanita yang sempurna loh, Sarah--"

"Serius, ga bohong. Angkat kepala kamu," ucap Tama.

"Kamu cuma kurang beruntung, sekeras apapun aku berusaha suka sama kamu. Pada akhirnya, hati aku yang memilih pemiliknya sendiri."

Sarah menatap Tama dan mencoba menelan semua ucapannya. Ia juga melirik ke Aqilla dan mencoba ikhlas melepaskan punggung pria yang selama ini ia tunggu, dalam dekapan gadis berjaket kuning itu. Sarah menghampiri Aqilla.

"Selamat," ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman.

"Sorry," balas Aqilla sambil menyambut salaman dari Sarah. Ia agak merasa bersalah pada Sarah.

"Gue pinjem sebentar ya, cowok lu." Sarah menarik tangan Tama menuju tempat akustik.

"Aku mau minta, kamu nyanyiin aku lagi, kayak waktu itu. Ini yang terakhir--" ucapnya sambil berharap Tama mau.

"Beneran yang terakhir kok." Sarah menatap lantai mantra. Matanya sendu, ia mencoba tersenyum dalam perihnya.

"Oke," jawab Tama singkat, sambil ia berjalan ke sebelah Sarah dan mengambil sebuah gitar. Dia bukan tipe orang yang banyak bicara, ia lebih suka langsung bertindak.

"Kita main bareng, oke?" Jari-jari Sarah sudah menempel pada senar-senar gitar.

Tama hanya menganggukkan kepalanya.

"Hoi, Spongebob, gapapa kan, aku pinjem sebentar pacarnya?" tanya Sarah pada Aqilla sekali lagi. Ia tak tahu nama Aqilla, yang ia tahu hanya pacar Tama itu mengenakan jaket berwarna kuning seperti warna Spongebob.

"Jangan kecewain orang yang tadi lu hina permainan pianonya ya! Gue bisa nilai permainan gitar lu juga loh," balas Aqilla pada Sarah.

"Kamu juga--" Aqilla menatap Tama yang sudah siap untuk memainkan gitarnya. Mulutnya dekat dengan mic yang biasa Aqilla gunakan. Sejujurnya ia cemburu, sangat cemburu. Apa lagi melihat dan mendengar Tama bernyanyi untuk wanita lain. Tapi ia berusaha menahannya dan menurunkan ego nya. Yang ia tahu, Sarah lebih cemburu dari padanya, ia hanya menghormati wanita yang sedang berusaha mengikhlaskan Tama, dan memberikannya selamat karena berhasil mendapatkan hati seorang Retsa Pratama.

"Buat permainan malam ini secantik mungkin ya, dia suka kamu loh! Hargain dia, tapi jangan bales perasaannya," pesan Qilla pada Tama.

Tama hanya mengacungkan jempolnya.

"Jadi, mau main lagu apa?" tanya Tama.

"Dewa 19, pupus," jawab Sarah.

Tama mulai memainkan intro dan Sarah membalasnya dengan permainan cantik. Duet maut ini membuat Aqilla semakin dibakar api cemburu, permainan guru dan murid itu sangat selaras. Tanpa latihan sekali 'pun, mereka tetap satu frekuensi. Iramanya membuat nada-nada yang harmonis. Nyaman, terasa sangat nyaman di telinga.

Aku persembahkan hidupku untukmu,
Telah kurelakan hatiku padamu,
Namun kau masih bisu diam seribu bahasa,
Dan hati kecilku bicara.

Baru kusadari,
Cintaku bertepuk sebelah tangan,
Kau buat remuk seluruh hatiku.

Baru kusadari,Cintaku bertepuk sebelah tangan,Kau buat remuk seluruh hatiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang