Malioboro tak seramai ketika akhir pekan, tetapi Tama tak peduli. Ia mengeluarkan gitarnya dari dalam case, dan menyetel senar gitar itu agar terdengar merdu sauranya. Setelah sudah terdengar merdu, Tama mulai memainkan gitarnya. Ia tak bernyanyi, hanya pure mempertunjukan skill freestyle nya.

Beberapa orang yang sedang berlalu-lalang, mulai berhenti dan menyempatkan diri untuk menonton pertunjukan dari Tama, tanpa ia sadari, sepasang bola mata menatapnya hingga beberapa jam.

Selesai Tama memainkan gitarnya, seorang pria berambut gondrong datang menghampirinya dan menyuruh Tama untuk mengikutinya dengan tatapan yang tajam mengintimidasi Tama.

"Di sini wilayah punya Undercover," ucapnya yang membawa Tama ke dalam gang sempit.

"Gua belum pernah liat lo, dari mana lo?" sambungnya lagi.

"Dari kampus," jawab Tama polos.

Pria itu tampak menggelengkan kepalanya, tetapi setidaknya ia tau, bahwa Tama bukanlah pengamen liar, ia hanyalah seorang mahasiswa yang sedang iseng tampil di panggung jalanan.

"Cuma Undercover yang boleh ngamen di wilayah ini, untuk mengurangi kesumpekan Mailoboro," tuturnya.

"Mendingan sekarang lu pulang deh."

Pria itu pergi meninggalkan Tama.

"Gimana caranya gabung?" tanya Tama. Membuat pria itu menghentikan langkahnya.

"Sini, lo ikut gua," ajak pria itu lagi, ia membawa Tama ke sebuah tempat yang berisi belasan pengamen jalanan. Tempat itu berada di samping kali, ada sebuah rumah yang nampaknya merupakan basecamp mereka.

"Ini rumah kami, Undercover."

"Kita pake sistem voting--kalo lu bisa narik perhatian mereka semua dan mereka suka sama permainan lu, sama personal lu, lu boleh gabung," ucap pria gondrong itu. "Tapi kalo lu enggak bisa narik mereka. Sorry, kemampuan lu belum bisa buat ada di sini."

Tanpa banyak bicara, Tama mengeluarkan gitarnya dan mulai memainkan sebuah lagu dengan gaya fingerstyle nya. Tak semua gitaris bisa bermain seperti itu, kemampuan Tama dapat memperoleh banyak perhatian, para anggota Undercover mulai terhanyut dalam permainan Tama. Selesai Tama menunjukan kemampuannya, sorak-sorak dan tepuk tangan terdengar sangat keras, mereka semua menerima Tama.

"Selamat datang di Malioboro Undercover," ucap pria gondrong itu sambil bertepuk tangan. "Panggil gua, Penjol."

"Tama," balas pria itu singkat.

Undercover memiliki sistem bagi hasil, para pengamen hanya mendapatkan hasil sebanyak 50% dari penghasilannya per hari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Undercover memiliki sistem bagi hasil, para pengamen hanya mendapatkan hasil sebanyak 50% dari penghasilannya per hari. Sisanya akan dikumpulkan dengan setengah penghasilan para pengamen lain dan dibagi rata dengan seluruh anggota. Agar anggota yang memiliki hasil sedikit, bisa merasakan kebahagiaan dari acara berbagi itu. Sistem itu untuk menguatkan solidaritas mereka, kebanyakan pengamen Undercover, bukanlah anak jalanan yang tidak memiliki rumah dan memilih mengamen untuk profesi utamanya. Melainkan orang-orang yang sudah bekerja dan menjadikan musik sebagai wadah menjalankan hobi. Namun, tetap saja, beberapa anggotanya merupakan anak jalanan yang sudah tak memiliki siapa-siapa. Penjol mencoba memberikan mereka sesuatu yang di sebut dengan rumah.

Mantra Coffee ClassicWhere stories live. Discover now