Bagian 07 : Panti Asuhan

1K 224 20
                                    

Happy Reading!

.

.

.

Gue turun dari motor dan nyerahin helm ke arah Sungchan. Gue bener bener kerumah Sungchan, tapi pas gue balik badan di sana ada tulisan di papan Panti Asuhan.

Gue? Kejut nya bukan main. Gue panik dong, kenapa Sungchan bawa gue kesini? Sedangkan dia ngajak gue buat kerumah nya buat nemuin ibu nya.

"Chan, Ngapain kesini?" Tanya Gue.

"Ini rumah gue, Kenapa?"

"Lo serius?"

Dia Ngangguk dan naruh helm nya. Gue ditarik masuk sama dia dan gak lama pas masuk ada anak anak kecil langsung kerumunin Sungchan.

"KAK SUNGCHAN! kenapa baru pulang?!"

"Tau ih kak Sungchan jahat! Kak Sungchan katanya janji mau main sama kita kita"

"Iya, Kak Sungchan malah pergi dan baru pulang"

Ocehan ocehan itu keluar dari mulut anak anak kecil yang sekiranya antara umur 8 tahun atau sekitar 5 tahunan.

"Kak Sungchan, ini siapa?" Tanya Bocah lelaki dengan mata coklat terang itu, ah bahkan gue iri sama matanya. Cerah banget, coklat banget.

"Ini pacar kak Sungchan ya?!" Balas Anak perempuan dengan rambut di kuncir belah dua.

"Eh-, enggak! Kita cuman temen- iya temen!" Selak gue.

"Ih, Kaka gugup tuh jawab nya, berarti kak Sungchan beneran pacaran ya sama Kaka ini?!" Ledek Mereka.

"Cie cie" mereka bersorak dengan tawaan. Gue garuk kepala gue yang gak gatel dan nengok ke arah Sungchan.

"Bukan bukan, udah sana masuk! Nanti di marahin bunda belum tidur!"

"Ih, bunda Gak marah. Ibu juga bolehin kita main"

"Tapi udah malem, kalian besok harus sekolah" Jawab Sungchan. Anak anak kecil itu menghela nafas dan pergi ninggalin gue sama Sungchan.

"Sorry Ya Ra, mereka emang kayak gitu"

"Gapapa Chan, Santai aja"

Dia Ngangguk dan ngajak gue masuk. Jujur, Yang di fikiran gue saat melihat anak anak kecil rasanya dada gue sesak. Demi apapun gue ngerasa kalo jadi rasanya sakit banget kehilangan orang tua, apalagi mereka dimasa masa dimana mereka pengen di manja, di kasih sayang sama orang tua.

Jujur, Gue sedih ngeliat mereka yang tertawa tanpa beban.

"Assalamualaikum, Bu ini Ada Temen Sungchan"

"Walaikumsalam, Oh Sini nak masuk"

Gue mencium tangan keriput yang agak basah, kayaknya dia abis cuci piring. Gue duduk di sofa, duduk di sebelah wanita paruh baya yang tadi Sungchan bilang Ibu.

"Ini temen mu atau pacar ku Chan?"

"Ibu! Ini temenku yang aku ceritakan, bukan pacar aku Bu. Jangan asal ngomong"

Ibu itu hanya tertawa lalu mengangguk.

"Kamu ambil minum sana Chan, kamu mau minum apa nak?"

"Ah, Air putih aja Bu Gapapa hehe"

Sok alim banget kan anjir gue? Gapapa lah, kan harus sopan sama Yang tua walaupun sama omah gak sesopan ini hehe.

Sungchan Mengangguk dan menuju ke dapur. Akhirnya tinggal gue sama Ibu ini.

"Kamu temen Sungchan ya?"

"Iya Bu, baru kenal beberapa Minggu ini"

"Iya ibu tau, nama Kamu Nara kan?"

"Ah? Iya Bu"

"Sungchan sering banget cerita tentang kamu, katanya kamu itu wanita yang melindungi dia dari pembullyan, makasih ya nak Nara udah mau nolongin Sungchan"

"Gak usah terima kasih Bu, Emang udah sesama Manusia Harus Saling membantu" ujar gue tersenyum.

Ibu itu menggenggam tangan gue. Tangan nya yang mulai keliatan jelas keriput.

"Masyaallah, Ibu bersyukur Sungchan dapet temen Seperti kamu. Dia sebenarnya jarang sekali berkomunikasi sama orang orang, bahkan dia sudah hampir 5 kali pindah sekolah karena kasus pembullyan"

Gue tertegun dengan ucapan ibu itu. Heol? 5 kali?

"Apa separah itu Bu?" Tanya gue dengan rasa hati sedikit gak enak. Tapi penasaran.

"Iya, Dia setiap kali pulang selalu ada luka lebam, bajunya sobek, Tapi yang buat ibu sakit hati dia gak pernah ngeluh sakit atau Menangis di depan ibu. Dia gak pernah ngeluh tentang rasa sakit nya"

Gue masih diam menyimak.

"Orang Tua Sungchan sebenarnya masih ada, Cuman dia gak mau tinggal sama mereka. Sungchan lebih nyaman disini sama adik adiknya. Kata nya orang tua nya selalu sibuk sama pekerjaan, orang tua nya selalu sibuk dengan uang"

Gue paham apa yang di rasakan Sungchan. Setidaknya dia sama kayak gue. Orang tua gue sibuk sama uang, sibuk sama bisnis. Paling kalo dirumah ada omah, jujur walaupun kesal tapi seenggaknya rumah gue rame.

"Sebenernya Sungchan punya ibu kandung tapi sayang ibunya meninggal karena melahirkan adik nya yang anak kecil bermata coklat cerah persis seperti Sungchan"

Gue melirik ke arah anak kecil lelaki yang di tunjuk sama ibu. Gue ngeliat, ternyata dia bocah lelaki yang ledek gue pacaran sama Sungchan. Gak heran, Dia emang mirip banget sama Sungchan.

"Ibu senang, Sungchan memiliki teman. Apalagi seperti kamu yang katanya jago bela diri?"

"Ah, Gak bisa di bilang jago juga sih Bu" ucap gue lalu tertawa. Dia Tersenyum manis dan menggenggam tangan gue erat.

"Ibu mohon sama kamu Nak Nara, Jaga Sungchan. Dia anak laki laki polos yang harus di jaga. Maaf merepotkan, setidaknya ibu senang ada kamu, jika kamu tida keberatan boleh?"

Gue membalas genggaman nya dan tersenyum getir.

"Nara Janji, Akan Jaga Sungchan sebaik mungkin Bu"

Dia tersenyum lalu memeluk gue. Gue jadi rindu Mamah, mamah sekarang aja jarang peluk gue.

"Aduh ueue romantis banget"

Sungchan duduk di depan gue. Dia menaruh air putih.

"Kamu ambil air putih lama banget?"

"Abis Ngeliat bunda, Bunda sakit Bu?"

"Iya katanya masuk angin"

Sungchan Mengangguk.

"Ibu Pamit ya Ra, harus ada Kerjaan" gue mengangguk dia berdiri lalu pergi ninggalin gue.

Sekarang tinggal gue dan Sungchan.

"Di minum Ra"

"Ah iya"

Gue meminum air putih itu lalu menaruhnya kembali.

"Ra, Jangan turutin kata ibu. Lo gak perlu jaga gue"

"Tapi kalo gue mau gimana?"

Dia diam. Dia menarik kedua sudut Bibirnya dan tersenyum lebar. Gue ikut tersenyum. Jujur, senyumannya BIKIN GUE DIABETES ANJIR, alay.

What Is Love? | Jung Sungchan✔Where stories live. Discover now