Jihan meneguk ludah gugup, tangannya sedikit bergetar ketika merasakannya. Keras sekali, pasti sedari tadi Jungkook menahannya.

"Ini Gugeom, Jihan." gumamnya santai seraya mencetak senyum paling manis pada Jihan. Caranya berbicara seakan dirinya tengah mengenalkan seseorang pada Jihan.

Jihan sudah tahu dan mengerti apa yang sebenarnya diinginkan kekasihnya ini. Tapi herannya adalah untuk apa Jungkook menamai miliknya dengan nama begitu. Seperti nama peliharaan saja.

"B-biarkan Jihan pakai celana dulu, Jihan tak nyaman," Serius, bersimpuh dengan keadaan setengah telanjang seperti ini membuat Jihan risi.

"Dan aku lebih tak nyaman ditahan-tahan begitu." Jungkook menangkup wajah Jihan yang tepat duduk di bawahnya, mengecup bibir lembut itu dengan pelan sebelum bertanya, "Kau tahu kan, aku ingin apa?"

Gadis Kim itu mengangguk dua kali. Jungkook yang melihatnya sempat tertegun juga, ia kira Jihan tak paham. "Apa perlu aku ajari?" tanyanya lagi.

Jihan menggeleng kecil, pertanyaannya terlalu sulit untuk Jihan jawab—malu mendengar lebih tepatnya. Setelah meyakinkan diri, Jihan membuka ikatan tali celana yang dipakai Jungkook walau tangannya masih sedikit bergetar.

Jungkook sendiri yang menyaksikan itu terkejut dalam diam, Jihan nampak biasa saja menerima permintaannya. Tapi sebenarnya kalau dilihat-lihat, Jungkook yang kesannya nampak memaksa Jihan tadi. Dan sekarang setelah kekasihnya mau, ia malah terkejut.

"Kau pernah melakukan ini sebelumnya, Jihan?" Jungkook hanya memastikan, walau sebenarnya ragu mendengar jawaban yang akan Jihan katakan. Sedih saja kalau tahu sebenarnya Jihan sudah pernah memberikan service pada seseorang sebelum dirinya. Dengan mantan kekasihnya mungkin.

"Belum, J-jihan cuma lihat lewat video." katanya jujur.

Oh, sekarang Jungkook tahu kalau Jihan tak sepolos yang ia pikirkan. Mana mungkin ia tak tahu cara memuaskan lawan jenis, diajak berciuman saja pandai.

"Lakukan, Jihan," Jungkook menurunkan sedikit tubuhnya, mengelus pucuk kepala Jihan sebelum berkata, "Lakukan apapun yang kau bisa, aku akan senang kalau Jihan-ku ini yang melakukannya."

Entah bagaimana celana santai yang dipakai Jungkook itu sudah melorot lepas dari tempatnya, kedua tangan Jihan juga sudah berada di pinggiran bokser yang dipakai Jungkook. Dalam hati ketika hendak melepas kain penutup terakhir itu Jihan merasa amat berdosa.

Kenapa ia bisa bersimpuh di bawah Jungkook dan lagi kenapa ia mau melakukannya padahal bisa saja ia menolak meski pada akhirnya mengiyakannya juga. Ada sesuatu yang mengganjal di benak Jihan jika sampai ia menolak keinginan Jungkook, ia tidak tahu itu apa.

"Sebentar, ini panas sekali." Sebelum boksernya diturunkan Jungkook lebih dulu berdiri untuk menjangkau kipas angin yang berada di samping meja belajar Jihan. Entah, keringatnya sedari tadi mengalir terus padahal mereka sama sekali belum bermain.

Setelah hidup, Jungkook langsung kembali duduk di sisi ranjang tak lupa menuntun tangan Jihan agar segera melepas boksernya.

"Santai saja, jangan takut." Jungkook melihat Jihan nampak gugup, "Gugeom tidak menyeramkan."

Perasaan Jihan mulai tak karuan saat sudah melepasnya. Ia melihatnya secara nyata bukan lewat layar ponsel lagi, astaga tolong selamatkan matanya ini.

Melihat Jihan gemetar di bawahnya membuat Jungkook menarik tengkuk gadis itu untuk diajak berciuman terlebih dahulu supaya meminimalisir rasa canggung yang Jihan alami sekarang.

Setelah pagutan itu terlepas Jungkook berucap dengan amat pelan, "Pakai tanganmu dulu, Sayang."

Walau sedikit gemetar, Jihan melakukannya dengan lumayan baik. Kepalanya terus dielus Jungkook, kadang rambutnya yang berantakan itu dirapikan agar tidak menghalangi pemandangan.

Sport ✔जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें