2. Dihukum

2.8K 675 189
                                    


.
.
.

 Dikamar sempit beralaskan karpet dan bantal seadanya itu terlihat seorang gadis yang tengah menuangkan imajinasi di kepalanya ke dalam bentuk sebuah sketsa, ditemani secangkir teh hangat dan suara gemericik hujan. Sederhana tapi itu sudah cukup membuat Galena nyaman. Hawa dingin dan lampu redup tidak menghentikan kegemarannya untuk menggambar. Itulah cara Galena untuk menenangkan dirinya sendiri.

Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama saat suara keributan dari luar kamarnya terdengar. Suara barang-barang yang dilempar dan suara teriakan juga bentakan saling sahut menyahut.

"Berhenti aja lo kerja! keluarga kita juga gabakalan jadi kaya!" teriak Adi.

"Mulut lo jaga ya! gapernah diajarin sopan santun ya sama keluarga lo?!"

"Tau apa lo tentang keluarga gue?! keluarga gue baik sama gue engga kayak keluarga lo itu!"

"Oh ya? tau diri dong bangsat! kalau keluarga lo baik kenapa kemaren minjem uang sama keluarga gue hah? dasar engga tau diri!"

Galena menghela napas berat seraya memasang earphonenya, kemudian menyalakan musik dengan volume yang tinggi. Tidak apa-apa telinganya sakit asalkan kata-kata itu tidak terdengar lagi olehnya.

"Udah 16 tahun" lirih Galena dengan mata yang berkaca-kaca.

Enam belas tahun berlalu dan kata-kata kasar itu sudah enam belas tahun pula Galena terima. Ia muak tentu saja tapi jika Ia melawan, maka kekerasan yang akan Ia dapat. Gadis itu akhirnya menutup sketch booknya kemudian tidur dengan menyembunyikan wajahnya pada bantal miliknya. Kapan penderitaannya akan berhenti?

 dukk

 Seseorang melemparkan sekantung makanan dan minuman ringan kekepala Galena. Membuat gadis yang tadinya ingin tidur itu akhirnya terbangun. 

"Tuh ciki. Gue tau lo pengen" ketus Devi, kakak perempuan dari Galena.

 Galena yang menerima makanan dan ringan itu seketika melupakan kesedihannya. Salah satu kebiasaan buruknya adalah Ia sering mengkonsumsi makanan ringan dan tidak sehat lainnya. Semua berawal dari Ibunya yang tidak sempat memasak dan uang yang Ia punya  hanya cukup untuk membeli sebungkus makanan ringan. 

 "Hehe... Makasih!" ucap Galena namun kakaknya tidak lagi menanggapi dan langsung melenggang pergi kekamarnya dengan wajah datar tanpa ekspresi. Lebih tepatnya ekspresi datar itu memperlihatkan raut lelah yang sangat kentara.

 "Maafin Galena" lirih gadis itu. 

 Seluruh anggota keluarganya tidak ada yang memiliki perkerjaan layak. Ayahnya hanya menjadi pengangguran dan pemabuk, Ibunya hanya berkerja sebagai Ibu rumah tangga yang sesekali membantu ibu-ibu lain untuk mendapatkan uang dan terakhir kakak perempuannya yang berkerja sebagai driver ojek online. Sedangkan Ia hanya bisa meminta uang dari keluarganya dan memberatkan mereka. Sungguh Ia merasa sebagai seseorang yang tidak berguna dan hanya menjadi beban. 

...

 Pagi hari ini pelaksanaan upacara bendera dimulai. Galena yang selalu menjadi sasaran bully oleh teman sekelasnya akan selalu dipaksa untuk berada di barisan paling depan yang mana Ia akan langsung terpapar sinar matahari langsung. Namun walaupun demikian, Galena tetap menjalani upacara dengan serius.

EarphoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang