15. Kabur🏃‍♀️

3 2 0
                                    

Yerim keluar dan terjatuh begitu saja saat tubuhnya berubah tadi. Yang awalnya Yerim sedang tertidur di dalam rumahnya alias bunga anggrek bulan putih itu, kini Yerim berada di pekarangan rumah seseorang yang dekat dengan bunga anggrek bulan putih tadi.

Sekarang sudah begitu larut. Hampir semua orang sudah masuk ke dalam rumahnya dan mulai mematikan lampu rumahnya dan mengunci pintunya. Bahkan sepertinya orang-orang sudah menggulung dirinya dengan selimut dan berbaring di kasurnya yang empuk.

Yerim menatap sekelilingnya. Matanya menyipit dan dahinya mengerut. Sepertinya dia penasaran dengan apa yang terjadi pada dirinya dan sekelilingnya.

"Aku ada dimana ya?", tanya Yerim dengan suara yang pelan pada dirinya sendiri.

Karena penasaran, Yerim melangkahkan kakinya perlahan-lahan dan mulai mengelilingi tempat itu. Dia membalikkan tubuhnya dan memandang sebuah rumah sederhana yang ada di belakang tubuhnya. Matanya memicing dan terus saja melihat-lihat rumah itu.

"Itu apa ya? Kenapa sangat besar?"

Yerim berdiri di sana seorang diri. Hanya berdiri dan tidak melakukan apa-apa. Jika dilihat-lihat, Yerim sepertu sedang memantau keadaan dan orang akan mengira dia adalah seorang maling. Tapi untung saja ini sudah larut malam, jadi tidak ada yang perduli tentang apa yang terjadi di sekitarnya. Karena orang akan lebih memilih tidur daripada mengurusi seorang perempuan yang tengah seorang diri dengan nasibnya yang luntang-lantung.

Yerim menguap karena dirinya mengantuk. Yerim ingin segera tertidur tapi ia tidak tahu harus tidur dimana. Ia tidak memiliki tempat tinggal sekarang. Sebenarnya bunga anggrek bulan putih itu masih ada, tapi mana mungkin dengan keadaan tubuh Yerim yang sekarang, bunga anggrek bulan putih itu mau menerima Yerim bukan? Lagipula, Yerim cukup sadar diri.

Yerim melihat sebuah tempat yang dapat dijadikannya tempat bernaung sementara. Sebuah teras. Terus milik rumah yang ia tatap sedari tadi. Yerim berjalan perlahan menuju teras rumah itu. Kebetulan, rumah itu tidak memiliki pagar untuk menutupi rumahnya, jadi Yerim bisa ke sana-kemari dengan mudah.

Yerim mendudukkan dirinya dan mulai membaringkan tubuhnya di lantai dingin itu. Walaupun tidak nyaman karena tidak memiliki alas yang lembut dan hangat, setidaknya Yerim bisa beristirahat sebentar. Yerim menjadikan satu lengannya sebagai bantalnya karena ia tidak memiliki bantal di sini.

Namun, baru sebentar Yerim merebahkan tubuhnya, ia sudah merasa tidak nyaman. Tubuhnya terasa sedikit gatal dan berdebu. Yerim bangkit dan mulai melihat keadaan teras itu. Kotor. Banyak debu yang menempel. Bahkan ada beberapa batu-batu kecil di sana. Yerim jadi merasakan gatal di badannya.

"Eungh ..."

Yerim mengerang karena tubuhnya merasa begitu gatal. Yerim bingung harus menggaruk yang mana terlebih dahulu. Karena semuanya begitu gatal. Jadi Yerim mengeluh dan mengerang seperti itu.

Tanpa sadar bahwa dirinya terlalu berisik, Yerim terus mengeluh dan mengerang karena gatal. Yerim terus berusaha menggaruk tubuhnya, bahkan hingga kulitnya memerah semua.

Pemilik rumah itu, yang terasnya Yerim tempati tadi mulai mendengar suara Yerim. Dia mulai curiga dan merasa was-was.

"Suara apa itu?"

Pria tua Bangka alias pemilik rumah itu menghampiri jendela rumahnya, dan ia bisa melihat dengan jelas ada seorang gadis sedang duduk di teras rumahnya. Rambutnya tergerai dan sepertinya kulitnya putih.

"Sepertinya dia cantik hahahaha."

Dia membuka pintu rumahnya dengan sebuah botol minuman keras di genggamannya. Dia berjalan susah payah menghampiri gadis itu, Yerim.

"Hei, manis ...", katanya dengan tangannya yang tidak sopan itu menyentuh wajah Yerim yang cantik.

Yerim menoleh saat dia merasa kalau dagunya ditarik oleh seseorang.

"Kamu siapaah eungh ...", ujar Yerim sambil menggaruk kakinya yang masih gatal itu.

Orang itu menaikan salah satu ujung bibirnya dan menatap Yerim intens.

"Oh apa itu? Desahan? Oh apa kamu ingin aku bermain dengan dirimu?"

"Apa?", tanya Yerim.

"Kemari sayang, biarkan aku memuaskan dirimu ..."

Yerim terdiam dan hanya menatap pria tua itu lurus. Dia kebingungan. Melihat respon Yerim yang sama sekali tidak mencoba untuk melarikan diri membuat lelaki tidak tahu diri itu semakin tidak tahu diri. Botol minuman keras yang digenggamnya ia letakkan di lantai dan di biarkan menggelinding saja. Dia makin mendekatkan dirinya pada tubuh Yerim dan menangkupkan telapak tangan miliknya yang besar dan kasar itu ke wajah mulus nan cantik Yerim. Yerim hanya diam sembari menatap pria itu. Dia tidak mengerti apa-apa.

Lelaki tak tahu diri itu tertawa mengejek Yerim karena Yerim nampak seperti menikmati perbuatan bejatnya. Lalu dengan inisiatif yang ia miliki, dia mengarahkan jarinya ke arah bibir Yerim yang berwarna merah muda itu. Saat tangan bejat itu sudah hampir mengenai bibir Yerim, Yerim merasa tangannya gatal dan ia buru-buru menggaruknya. Yerim menunduk sehingga pria itu tidak dapat menyentuh bibirnya.

"Hei, kemari! Perlihatkan wajahmu!"

"Terutama, bibirmu yang cantik itu, manis ..."

Yerim mengerutkan keningnya lagi dan mulai merasa risih. Kenapa pria tua itu mendekatinya terus? Hingga pada akhirnya Yerim mendapat ide untuk kabur dari tempat ini.

"Maaf, tapi apakah aku bisa meminta minum terlebih dahulu? Aku ingin minum ...", ujar Yerim dengan bibirnya yang mengerucut.

"Hei, kamu ingin minum? Kemari, biar aku memberimu minuman terenak yang pernah ada di bumi ini, sayang.", katanya dengan senyuman yang benar-benar menjijikkan.

Dia memajukan tubuhnya dan berusaha menarik Yerim ke dalam pelukannya. Namun, Yerim menggeleng-gelengkan kepalanya. Yerim memundurkan tubuhnya, dan tetap meminta air biasa untuk di minum.

"Tapi aku ingin minum air biasa ..."

"Sudah ku katakan aku akan memberikan itu kepadamu!"

Yerim terkejut mendengar orang dihadapannya berkata dengan nada bicaranya yang keras. Yerim ketakutan dan mulai menangis.

"Hiks ... Huwaaaaa ... Hiks hiks ..."

"Ck, baik-baik aku ambilkan minum.", katanya dengan berdecak.

Pria tua itu membuka pintu rumahnya dan mulai berjalan sempoyongan ke dalam rumahnya untuk mengambilkan Yerim secangkir air putih sesuai permintaannya.

"Cih, jika saja bukan karena aku ingin menyicipi tubuh jalang itu, aku tidak akan pernah mau mengambilkannya minuman."

Melihat pria tua bangka yang tidak tahu diri itu sudah masuk ke dalam rumah, Yerim berlari kencang. Tapi sebelum pergi Yerim menggunakan kekuatannya dan membasahi rumah laki-laki itu. Ya sebagai jaga-jaga supaya dia tidak bisa mengejar Yerim nantinya.

"Rasakan itu."


🐶❤️🐶

Cerita ini diikutsertakan dalam APproject individu generasi keempat.

My Secret Lovers From Another Galaxy #APprojectWhere stories live. Discover now