[13]

12.6K 1.3K 287
                                    

"B-bukan..." Renjun tergagap ditatap tajam oleh Mark.


"Renjun?!!"

Renjun terkesiap. Suara tuan Hwang semakin lantang. Renjun yang terus menerus dipanggil pun semakin ketakutan.

"Mark minta penjelasannya nanti aja, kita harus keluar dari sini dulu" Jeno menginterupsi keduanya.

Sementara itu teriakan tuan Hwang semakin menggema mencari-cari keberadaan Renjun bahkan langkah kaki pria tua itu sudah mulai mendekati keberadaan mereka. Mark yang kesal langsung mendorong tubuh Renjun mendekati pintu baja berwarna abu-abu itu.

"Loh loh?!"

"Lo keluar" bisik Mark.

"Kak Mark mau aku mati?!" Protes Renjun berbisik.

"Sshht diem! Lo harus alihin perhatian dia, buat dia menjauh dari tempat ini!"

"Hah?! Gimana caranya?!"

"Gimanapun caranya! Lo juga harus telepon polisi! Anggep aja ini harga yang harus Lo bayar karena nyembunyiin ini semua"

Mark membuka pintu besi itu perlahan agar tak menghasilkan suara, lalu mendorong Renjun keluar secara paksa dan menutup pintu itu kembali. Membiarkan Renjun berdiri ketakutan di depan pintu dengan Tuan Hwang yang semakin mendekat.

"Renjun? Kamu di bawah sini nak?"

Masa bodoh! Jika ia mati, ia akan menghantui Mark. Begitu pikir Renjun. Dengan nyali yang masih ciut, ia berusaha untuk tetap tenang dan menghampiri tuan Hwang yang sudah sampai di tengah lorong.

"Iya dok?" Ujar Renjun saat ia berdiri tepat di depan pria paruh baya itu.

"Kamu ngapain di bawah sini?"

"O-ohh anu.. tadi aku denger suara dari sini, aku kira Donghyuck tapi ternyata gak ada siapa-siapa, cuma ada pintu besi itu" tunjuk Renjun.

Renjun mencoba sekeras mungkin agar tidak tergagap. Kedua telapak tangannya bahkan sudah basah oleh keringat dingin karena ketakutan. Tangan Renjun semakin bergetar saat ayah Hyunjin itu memeluk leher dan pundaknya dengan sebelah lengan. Masih terbayang di benaknya tubuh-tubuh manusia dalam tabung kaca itu. Memikirkannya membuat Renjun mual.

"Kamu seharusnya gak ke bawah sini. Gak ada apa-apa disini. Ayo, kita cari Donghyuck di tempat lain"

Renjun mengangguk, mengikuti apa kata tuan Hwang, mereka pun keluar dari ruang bawah tanah.

"Tunggu disini sebentar, saya ambil jas lab saya dulu" tuan Hwang mendudukkan Renjun di atas sofa ruang tamu. Renjun hanya mengangguk mengiyakan. Renjun menatap tuan Hwang yang barlari manaiki anak tangga.

'KESEMPATAN!' Batin Renjun. Dengan cepat ia merogoh kantong celananya, mengambil ponselnya dan mendial nomor polisi dengan tangannya yang masih bergetar.

"Halo, 119 disini. Apa keadaan daruratmu?"

"H-halo! T-tolong c-cepat kemari! K-kami dalam b-bahaya!" Ucap Renjun dengan suara pelan dan terbata-bata.

"Baiklah, tenang dulu, bisa kamu beri kami alamatnya?"

"M-mansion di jalan Haeri-"








"Ayo Renjun! Kita cari Donghyuck"

Renjun tersentak, ia langsung memutuskan panggilan telepon darurat nya. Tuan Hwang sudah berdiri di bawah anak tangga. Renjun menoleh, lalu berdiri.

"Kamu teleponan sama siapa?"

Ditanyai seperti itu membuat jantung Renjun berdetak cepat karena semakin ketakutan.

HEART BEAT [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang