5. Dealing With Blindness [26.10.2020]

Start from the beginning
                                    

Jeno berinisiatif untuk mendekati penghuni baru camp disana. Dia sedang tidak ingin mendebatkan alasan kenapa langit berwarna biru. Jeno hanya ingin membuka mata itu kepada dunia.

"Makan." Ucapnya.

Wajah Nana langsung merengut. Tanpa dilirik pun dia tau kalau itu orang yang telah memecahkan tabungnya.

"Gigit, kunyah dan telan." Jeno memberi tutorial singkat cara memakan binatang tidak lazim untuk dimakan.

"Dunia semengerikan ini sampai kalian memakan ular?"

"Ini lebih baik. Lima tahun yang lalu kami memakan kelabang."

Wajah pucat itu membentuk keterkejutan. Setelah dipikir-pikir, Nana pada akhirnya memasukkan daging panggang itu ke dalam mulutnya. Kunyahannya berjalan lambat. Kedua alisnya bertaut tidak suka. Detik berikutnya dia melepahkannya dari mulut.

"Rasanya seperti lumpur yang dibakar."

Jeno menatapnya jengah. "Setidaknya hargai orang yang telah susah payah menangkapnya. Untuk selanjutnya jangan sampai aku melihatmu memuntahkannya lagi."

Pria berumur empat puluhan tahun itu sebenarnya sudah muak dengan perilaku Nana. Dia masih belum mengerti betapa berharganya makanan jenis apapun di dunia ini. Bahkan serangga seperti kecoa sangat berarti saat mereka kelaparan di dalam bunker disaat di luar sana masing-masing negara sedang meluncurkan misil mereka.

"Kalau begitu kau saja yang makan." Nana menyerahkan potongan daging jatahnya pada Jeno. Meskipun dia sudah diberitahu tidak akan ada makanan lagi sampai malam nanti. Jeno menerimanya dengan sukarela dan memakannya. "Apa yang akan kau lakukan jika melihatku memuntahkan hasil buruan temanmu lagi?"

"Aku akan menjejalkan muntahan itu ke dalam mulutmu."

Jeno bukannya sadis. Hasil alam itu tidak boleh disia-siakan. Di organisasi pecinta alam juga berprinsip demikian saat mereka mendaki gunung.

"Aku dengar kau setuju dengan kincir angin?"

"Hm."

"Jika aku memberimu senapan apa kau bisa membidik?"

Raut wajah Nana berubah berseri-seri mendengar pertanyaan itu. "Senapan? Untuk menembak monster? Aku melawan monster?"

Pada awalnya orang memang menyebut makhluk pemangsa manusia itu monster. C-Subject adalah istilah ilmiahnya. Lambat laun masyarakat mulai mengaitkannya dengan ghoul dan menjadi kebiasaan memanggilnya dengan sebutan itu.

"Apakah objek bergerak cukup terlihat olehmu?"

"Aku.. bisa melihatnya." Tangan pucatnya menerawang ke depan. Bayangan hitam pergerakan orang dapat dilihatnya dengan jelas meskipun semuanya buram.

"Itu akan menjadi perjalanan ke duamu mengenali dunia ini. Yang pertama kemarin itu.. kita hanya beruntung."

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BLINDZER - NOMIN [✅]Where stories live. Discover now