5. Dealing With Blindness [26.10.2020]

9.2K 1.5K 570
                                    

🏴 Jeno Lauret

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🏴 Jeno Lauret.

Pada dasarnya, jika manusia bekerja sama semua akan menjadi lebih baik. Mereka baru akan menyadarinya setelah dunia hancur.

Jeno dapat melihatnya sekarang. Penghuni perkemahan Atrium mempunyai tugas bergilir untuk menunjang hidup semua orang. Bangun pagi, menyiapkan air dalam wadah, menguliti binatang buruan untuk sarapan dan ada yang membuat api untuk memanggang.

Semua itu terorganisir baik selama sepuluh tahun ini. Pembagian tugas yang merata sesuai kemampuan mereka. Kini para tream harus bekerja keras untuk mempersiapkan persediaan selama musim dingin yang sebentar lagi akan datang.

Jeno sedang duduk di atas batang potong sambil menikmati daging ular panggangnya. Sejauh ini binatang melata itu adalah bahan pangan paling aman untuk dikonsumsi. Keberadaannya di bawah tanah membuatnya terhindar dari sisa radiasi yang ada.

Berbeda dengan sosok penghuni baru disana yang nampak masih ragu dengan apa yang akan ia makan. Nana memandangi tusukan daging ular itu cukup lama sejak tadi. Seorang pekemah berusaha menyakinkan jika itu aman. Bagi mereka yang hidup dalam bayang-bayang radiasi selama ini, memakan ular tidak akan menjadi sesuatu yang asing. Namun untuk orang yang terlelap selama mimpi buruk radiasi nuklir itu berlangsung, ular cukup aneh untuk dikonsumsi.

"Mungkin kita harus memberinya daging kelinci." Chenle datang duduk di sebelahnya. Ikut mengamati sosok bersurai biru terang itu diam-diam. "Kalau aku lebih suka ular daripada melihat telinga kelinci harus dimutilasi."

"Itu bagian terlembutnya." Jeno berpendapat.

"Bisa kau mintakan pada April? Anakmu satu itu sangat pandai menangkapnya di gorong-gorong."

"Jangan memanjakannya. Biarkan dia merasakan kegetiran dunia ini."

Sejujurnya Jeno sangat keberatan Nana diperlakukan spesial oleh Chenle. Dia tidak bisa selamanya menjadi Nana Bladz 12 tahun yang lalu. Dunianya berubah, dia juga harus ikut berubah.

"Lagipula, kenapa kau sangat cemas dengan memakan kelinci?" Selama ini Jeno tidak pernah melihat wajah bahagia Chenle saat memakan hewan berbulu tersebut. Dokter itu hanya memakannya saat terpaksa.

"Waktu kecil aku pernah bermimpi ayahku mengiris telinga seekor kelinci. Lalu aku berdiri di depan cermin, ada aliran darah di leherku berasal dari telingaku yang sudah terpotong. Ternyata kelinci itu adalah aku."

Mimpi yang sangat buruk hingga terbawa trauma sampai dewasa. Jeno mengusak kepala pirang itu setelah mendengar ceritanya yang terdengar cukup aneh dan menyeramkan.

"Bagaimana dengan kincir anginnya?" Tanya Jeno mengubah topik pembicaraan mereka.

"Dia setuju untuk memperbaikinya." Jawab Chenle. "Tapi kita tetap mempunyai masalah."

"Matanya." Jeno langsung bisa menebak.

"Yangyang mungkin bisa membantu." Setelah mengatakan itu Chenle bangkit beranjak. Masuk kembali ke dalam basement tempatnya bekerja.

BLINDZER - NOMIN [✅]Where stories live. Discover now